Pertemuan tidak sengaja antara Claire dan Sean di sebuah hotel membuat mereka memiliki hubungan rumit. Pertemuan singkatnya dengan Claire meninggalkan kesan buruk di mata Sean.
Suatu hari mereka dipertemukan kembali dalam sebuah perjodohan. Sean harus menerima perjodohan yang diatur oleh kakeknya dengan gadis desa yang miskin tanpa bisa menolaknya. Tanpa Sean dan ibunya tahu bahwa sebenarnya Claire berasal dari keluarga konglomerat.
"Suatu hari nanti kau akan menyesal karena sudah memperlakukan aku seperti ini." -Claire
"Claire, sebentar lagi, Sean akan membuangmu." -Helena
"Kau adalah istriku, jangan pernah lupa itu." -Sean
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jiriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Kembali
Pagi harinya saat terbangun, Claire sangat terkejut saat melihat dirinya berada di ruangan asing bersama dengan seorang pria di sebelahnya. Dia lebih terkejut lagi saat melihat dia mengenakan baju kemeja putih milik seorang pria yang dia yakini adalah milik pria yang sedang tidur di sampingnya.
Dia berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi semalam dengan dirinya dan pria itu, tetapi dia tidak bisa mengingat satupun kecuali saat dia mabuk, menabrak seseorang lalu masuk bersama dengan pria itu ke hotel.
Mata Claire terbelalak dan bersamaan dengan itu dia menutup mulutnya yang terbuka lebar saat satu bayangan melintas. Bayangan saat dia mencium pria itu. Matanya kemudian menoleh pada pria di sebelahnya yang sedang bertelanjang dada.
Claire menepuk jidatnya berkali-kali sambil merutuki kebodohannya. Dengan gerakan sangat pelan, dia turun dari tempat tidur dan mengambil tasnya. Dia berniat untuk pergi sebelum pria itu bangun, tapi kemudian dia menyadari penampilannya yang hanya mengenakan kemeja pria. Seketika dia berpikir sejenak.
Dia mencari sesuatu, setelah itu mengambilnya. Ada kacamata hitam di atas nakas dan ada jas pria itu di dekatnya. Setelah mengambilnya, Claire menuliskan sesuatu di kertas yang ada di atas nakas. "Aku pinjam baju, jas, dan kacamatamu. Aku akan mengembalikannya nanti."
Selesai menulis, Claire memakai kacamata dan jas tersebut setelah itu keluar dari kamar Sean. Saat berada di dalam lift, Claire menelpon seseorang.
"Ayah, aku menyetujui perjodohan tersebut, tapi dengan syarat, sembunyikan identitasku yang asli. Berikan aku indentitas baru sebagai gadis desa yang miskin."
Setelah mendengar jawaban dari ayahnya, dia kemudian berbicara lagi, "Aku akan berangkat seminggu lagi setelah urusanku di sini selesai. Aku akan ke suatu tempat lebih dulu. Berikan saja alamat rumah mereka. Aku sendiri yang akan ke sana untuk melihat bagaimana keluarga mereka."
**********
Tibalah Claire di kota S, tepatnya di depan kediaman calon suaminya setelah menempuh perjalanan selama 4 jam lamanya. Sudah seminggu berlalu semenjak insiden di hotel tersebut, Claire mendadak menghilang. Wild tidak bisa bertemu dengan Claire karena dia memutuskan komunikasi dengan Wild.
Setelah tertegun sesaat, Claire memencet bel rumah besar tersebut. Dia langsung disambut oleh wanita paruh bayar bertubuh kurus. "Selamat malam Nona, kau mencari siapa?"
Kedatangan Claire pada malam hari membuat wanita itu heran, apalagi saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.
Claire tersenyum ramah. "Mencari kakek Samuel." Meskipun Claire tidak pernah bertemu dengannya, tapi ayahnya sudah menunjukkan foto kakek Sam pada Claire agar dia tidak salah mengenali orang nantinya.
Wanita itu membuka pintu lalu menyuruh Claire untuk menunggu di ruang tamu, sementara dirinya berjalan masuk ke dalam rumah. Sekitar 10 menit kemudian keluarlah seorang pria tua.
"Kau sudah datang?" Pria tua itu tersenyum senang ketika melihat Claire sudah berada di rumahnya.
Claire berdiri sambil tersenyum. "Iyaa. Selamat malam Kakek." Pria tua itu mengangguk.
Pria tua itu adalah pengusaha paling terkenal di negara M dan paling disegani saat masih muda dulu. Bahkan dia mampu membuat perusahaanya menjadi perusahaan terbesar di negara M hingga diambil alih oleh anaknya.
Pria tua itu adalah tuan Samuel Cakrana Louris. Memiliki anak bernama Vieth Alexander Louris, tetapi sudah meninggal beberapa tahun dan meninggalkan istri bernama Kate dan seorang anak laki-laki.
Selain itu, kakek Samuel masih memiliki satu lagi anak yaitu Meriana. Karena anaknya sudah meninggal, jadi ahli waris otomatis turun ke cucunya, anak dari putranya yaitu Sean Alexander Louris.
Kakek Sam mengarahkan tangannya memberikan isyarat pada Claire untuk duduk. "Aku tidak menyangka kalau akan secantik ini setelah dewasa," puji kakek Sam dengan senyum yang merekah, "wajahmu sangat mirip dengan ibumu."
Claire nampak mengerutkan keningnya. Dia merasa tidak pernah bertemu dengan kakek Sam sebelumnya, tapi sepertinya Kakek Sam mengenalnya.
"Kau pasti sudah lupa kalau kita pernah bertemu sewaktu kau masih kecil," lanjut kakek Sam lagi setelah melihat wajah heran Claire.
"Maaf Kakek, aku tidak ingat apa-apa."
"Tidak masalah, wajar saja kau tidak mengingat kakek. Saat itu usiamu baru 5 tahun."
Clare tersenyum canggung. Pantas dia tidak mengingat apapun. "Kau pasti lelah, lebih baik kau istirahat. Kita bicara lagi besok."
Kakek Sam kemudian memanggil pelayan rumahnya. Seorang wanita paruh baya menghampiri kakek Sam.
"Bibi Mey, ini Claire, mulai sekarang dia akan tinggal di sini. Dia akan menjadi istri Sean kelak, jadi atur kamar untuknya besok. Untuk malam ini biarkan dia menempati kamar Sean lebih dahulu."
"Tapi Tuan besar, tuan muda tidak suka kalau ada orang yang menempati kamarnya. Saya takut tuan muda akan marah," ucap Bibi Mey dengan raut wajah cemas.
Sean memang tidak suka kalau ada orang yang memasuki kamarnya, terlebih lagi menyentuh barang-barang pribadi. Bahkan yang boleh membersihkan kamarnya hanya Bibi Mey, padahal di rumah itu ada banyak pelayan yang bekerja di sana.
"Sean tidak akan tahu kalau tidak ada yang memberitahunya. Dia bilang akan pulang besok, jadi tidak akan ada masalah. Antarkan saja Claire ke kamar Sean."
Sean memang sedang berada di luar negeri untuk urusan pekerjaan. Rencananya dia akan pulang esok hari, jadi kamar tersebut bisa digunakan oleh Claire sementara malam itu.
Meskipun ragu, bibi Mey akhirnya melaksanakan perintah Kakek Sean. "Mari Nona Claire, saya antarkan ke kamar tuan muda." Bibi Mey meraih koper Claire yang berada di dekat tempat duduknya yang dibawa oleh Claire.
Claire mengangguk lalu mengikuti bibi Mey dari belakang setelah berpamitan pada kakek Sean.
"Silahkan masuk, Nona." Bibi Mey membawa masuk koper Claire dan meletakkan di dekat tempat tidur.
"Terima kasih, Bibi Mey," ujar Claire sopan.
Setelah bibi Mey keluar, Claire meletakkan kopernya di dekat lemari. Karena merasa lelah setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, Claire memutuskan untuk tidur setelah dia berganti pakaian. Dia mengganti pakaiannya dengan celana tidur panjang dan atasan tanktop.
Ketika dia berbaring, tercium aroma musk yang lembut dari bantal dan selimut yang dia gunakan. Aroma tersebut menenangkan sehingga membuat Claire lebih mudah tertidur.
Tengah malam, pintu kamar yang ditempati oleh Claire terbuka, seseorang masuk ke dalam kamar tersebut dengan langkah gontai menuju tempat tidur. Pria itu masuk tanpa menghidupkan lampu yang tadi di matikan oleh Claire.
Penerangan kamar tersebut hanya berasal dari lampu balkon kamarnya. Tidak gelap dan tidak juga terang. Pria yang masuk itu adalah Sean, pemilik dari kamar itu.
Dia baru saja tiba di rumah utama pukul 2 pagi, karena merasa lelah setelah melakukan penerbang selama lebih dari 8 jam lamanya, Sean memutuskan untuk langsung tidur tanpa mandi terlebih dahulu.
Sebelum tidur dia melepaskan baju kemejanya lalu naik ke tempat tidur tanpa menoleh ke sebelahnya. Sean tidur terlentang menghadap ke arah langit-langit setelah itu memejamkan matanya.
Karena sudah dilanda kantuk yang luar biasa dan lelah yang sudah mendera sejak masih dalam pesawat, membuat Sean tertidur dengan cepat. Dalam hitungan menit dia sudah terlelap. Kedua orang tersebut terlelap tanpa tahu kalau mereka tidur dengan orang lain dalam satu kamar.
Keesokan paginya, ketika membuka matanya, Claire dikejutkan saat melihat dirinya berada di pelukan seorang pria. Pria yang sama sekali tidak dikenalnya. Untuk sesaat dia berpikir kalau dia bermimpi, tapi saat dia mencubit pipinya di baru menyadari kalau dia sudah sadar sepenuhnya.
"Aaaaaaaaaaa." Claire berteriak kencang setelah itu melepaskan pelukan pria itu lalu menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.
"Kau siapa? Kenapa bisa masuk dan tidur di sini? Apa kau pria mesum?" tuding Claire sambil menutupi tubuh bagian atasnya dengan selimut.
Sean yang terkejut dengan suara teriakan Claire yang kencang seketika membuka matanya secara perlahan, dan seketika matanya terbelalak saat melihat wanita di sampingnya. Dia lalu duduk dengan gerakan cepat.
"Apa yang kau lakukan di sini? Kenapa kau bisa berada di dalam kamarku?"
Sean memicingkan pada Claire ketika melihat wajah bingungnya. Dia merasa kalau Claire sedang memainkan trik kotor padanya.
"Kamarmu?" Claire termenung sesaat.
Sean menyeringai. "Kenapa? Ingin berpura-pura polos setelah kau menaiki ranjangku untuk yang kedua kalinya?" Sean mencibir, "trick seperti ini tidak berlaku untukku. Sekarang katakan padaku, apa yang kau inginkan, uang atau kekuasaan?"
Dia tidak menyangka kalau akan bertemu lagi dengan wanita yang sudah meninggalkannya di hotel tanpa berpamitan lebih dulu padanya. Baginya itu adalah sebuah penghinaan besar karena sudah dipermainkan oleh wanita.
"Apa maksudmu?"
Sean memajukan wajahnya, menatap Claire dari dekat. "Setelah menabrakku lalu muntah dibajuku, kemudian menciumku dan bermalam denganku di hotel, sekarang kau berpura-pura amnesia? Kau pikir bisa mempermainkan aku begitu saja?"
Claire berpikir sejenak, dia baru menyadari kalau pria di depannya adalah pria yang sama dengan pria yang ada di hotel waktu itu. Pantas saja saat melihatnya, wajahnya nampak tidak asing.
"Ma-maaf." Claire menelan salivanya, "aku tidak bermasud untuk meninggalkanmu begitu saja. Waktu itu aku kembali ke hotel lagi untuk menemuimu, tetapi kau sudah tidak menginap di sana lagi."
Waktu itu Claire memang kembali, tetapi Sean sudah kembali ke kota asalmna sehingga mereka tidak bertemu.
"Lalu bagaimana bisa kau menemukan rumahku? Apa kau sungguh berniat ingin mengejarku setelah kau dicampakkan oleh kekasihmu?"
Claire mengerutkan keningnya karena tidak mengerti maksud dari perkataan Sean. Setelah berpikir sejenak, Claire baru teringat kalau dia pernah menawarkan Sean untuk menjadi kekasihnya demi membalas Wild yang sudah menghianatinya.
"Kau salah paham padaku, aku... Malam itu aku mabuk dan tidak sadar mengatakan omong kosong. Aku harap kau tidak menganggap serius ucapanku."
Claire berdiri lalu memakai bajunya dengan santai. "Aku minta maaf mengenai kejadian di hotel itu. Aku harap kau bisa melupakannya."
Mendengar hal itu, api kemarahan terlihat sangat jelas di bola mata Sean. Wanita ini pikir siapa dirinya, bisa mempermainkan dirinya begitu saja.
"Omong kosong kau bilang? Setelah kau menggodaku di hotel dan kini di rumahku sendiri. Kau bilang lupakan saja?" Sean mendengus dengan wajah dingin.
Dia kemudian berjalan ke arah Claire dan menyudutkannya ke tembok. "Aku bahkan belum membalas apa yang sudah kau lakukan padaku waktu itu, bagaimana bisa kau menyuruhku melupakan seolah tidak terjadi apa-apa. Kau menjadikan aku pelampiasan setelah kau dicampakkan kekasihmu. Sekarang kau ingin aku melupakan semuanya? Jangan bermimpi. Aku tidak akan melepaskanmu begitu saja."
Sean menahan kedua tangan Claire di tembok sejajar dengan wajahnya.
Meskipun Claire takut, tapi dia tetap berusaha untuk tetap tenang. "Ganti rugi. Aku akan mengganti kerugianmu. Katakan saja padaku, berapa yang harus aku bayar agar kau mau melepaskanku?"
Wanita ini, berani sekali berbicara mengenai uang dihadapannya. Apa menurutnya, dia yang memiliki segalanya, masih menggharapakan uang yang tidak seberapa dari orang lain, terlebih lagi dari seorang wanita.
Mata Sean semakin memancarkan api kemarahan setelah mendengar ucapan Claire. "Berikan tubuhmu, maka aku akan melepaskanmu."
Mata Claire membelalak. "Jaga bicaramu, aku bukan wanita murahan yang bisa kau tiduri seenaknya."
Sean menyeringai. "Apa kau lupa, kau sudah pernah menaiki ranjangku. Sekarang, masih berpikir kau wanita suci?"
Mata Claire memerah karena marah setelah mendengar penghinaan Sean padanya. Tangannya mengepal lalu mendorong tubuh Sean dengan kuat hingga Sean mundur beberapa langkah.
"Itu hanyalah kecelakaan. Kau jangan terlalu percaya diri. Aku tidak menyukaimu sama sekali. Aku hanya sial karena bertemu denganmu malam itu."
Setelah mengatakan hal itu, wajah Sean menjadi lebih gelap lagi dan wajahnya mengeras. Sean meraih baju dan memakainya lalu menarik tangan Claire dengan kuat.
"Keluar dari kamarku. Jangan pernah kembali ke sini lagi. Kalau tidak, aku akan menghancurkan hidupmu."
Sean menarik dengan kasar Claire keluar dari kamarnya lalu menuruni tangga dan berjalan ke arah pintu keluar.
"Lepaskan aku, aku tidak mau pergi. Kau tidak bisa mengusirku begitu saja. " Claire berusaha melepaskan cengkraman kuat tangan Sean.
Melihat Sean menarik paksa Claire, bibi Mey kemudian pergi ke kamar kakek Sean.
"Kau tidak memiliki hak untuk berada di sini." Sean tetap menarik tangan Claire melewati ruang keluarga.
Claire lalu menggigit tangan Sean dengan kuat hingga terlepas. "Kau... berani sekali menggigitku." Aura mematikan seketika keluar dari tubuh Sean.
Claire mundur beberapa langkah karena takut. "Maaf, itu karena kau menarikku dengan kasar."
"Jangan menguji kesabaranku. Keluar dari sini sebelum ibu dan kakekku bangun. Jangan membuat masalah yang tidak perlu."
Sean kembali mendekati Claire lalu menariknya kembali. Karena Sean mencengkram tangannya dengan kuat, kali ini, Claire tidak bisa meloloskan diri lagi.
Ketika Sean baru saja membuka pintu utama, terdengar suara lantang dari belakang. "Sean, berhenti. Mau kau bawa ke mana Claire?"
Bersambung...
suka semua watak2 dalm novel ini... perannya
clair biar d tindas tp tidak lemah.happy ending.
semoga terus succes berkarya thor