NovelToon NovelToon
Jejak Cinta Dan Dosa

Jejak Cinta Dan Dosa

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Konflik etika / Selingkuh / Mengubah Takdir / Kaya Raya / Harem
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Lucky One

Hidup Kirana Tanaya berubah dalam semalam. Ayah angkatnya, Rangga, seorang politikus flamboyan, ditangkap KPK atas tuduhan penggelapan dana miliaran rupiah. Keluarga Tanaya yang dulu disegani kini jatuh ke jurang kehancuran. Bersama ibunya, Arini—seorang mantan sosialita dengan masa lalu kelam—Kirana harus menghadapi kerasnya hidup di pinggiran kota.

Namun, keterpurukan ekonomi keluarga membuka jalan bagi rencana gelap Arini. Demi mempertahankan sisa-sisa kemewahan, Arini tega menjadikan Kirana sebagai alat tukar untuk mendapatkan keuntungan dari pria-pria kaya. Kirana yang naif percaya ini adalah upaya ibunya untuk memperbaiki keadaan, hingga ia bertemu Adrian, pewaris muda yang menawarkan cinta tulus di tengah ambisi dan kebusukan dunia sekitarnya.

Sayangnya, masa lalu keluarga Kirana menyimpan rahasia yang lebih kelam dari dugaan. Ketika cinta, ambisi, dan dendam saling berbenturan, Kirana harus memutuskan: melarikan diri dari bayang-bayang keluarganya atau melawan demi membuktika

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kenyataan Pahit

Kirana menatap pintu gudang yang terbuka dengan derit menyakitkan. Sinar lampu jalan dari luar membuat bayangan sosok pria masuk perlahan ke dalam ruangan. Haryo. Wajahnya yang dingin dan penuh percaya diri tampak bercahaya di bawah remang cahaya gudang, sementara Kirana hanya bisa menatapnya dengan campuran ketakutan dan kemarahan.

Dia melangkah mendekat dengan tenang, mengenakan jas mahal yang kontras dengan suasana kumuh gudang tersebut.

Haryo tersenyum tipis "Kirana, kau tahu... aku sangat menyukaimu. Kau istimewa, tahu? Tapi sayangnya, kau masih keras kepala."

Kirana melawan tatapannya "Lepaskan aku. Kau tidak punya hak melakukan ini padaku."

Haryo tertawa kecil, langkahnya terhenti tepat di depannya. Dia berjongkok sehingga wajahnya sejajar dengan Kirana yang masih terikat di lantai dingin.

"Kau tahu, aku bukan pria yang suka memaksa. Tapi terkadang, orang harus diberi pelajaran agar mengerti situasi. Kau mungkin berpikir aku pria jahat, tapi aku hanya memberi ibumu dan dirimu kesempatan hidup lebih baik."

Kirana mendesis "Kesempatan hidup? Dengan menghancurkan hidupku? Kau benar-benar tak punya hati."

Haryo mengangkat bahu acuh tak acuh, lalu berdiri. Dia melirik ke arah salah satu anak buahnya yang berdiri di sudut ruangan.

"Pastikan dia tetap di sini. Berikan makanan dan air kalau perlu. Aku tidak ingin dia terlihat seperti korban penyanderaan. Aku akan memberinya waktu untuk berpikir. Tapi ingat, kalau dia mencoba macam-macam..."

Haryo berhenti, menatap Kirana dengan pandangan penuh ancaman.

"Kau tahu aku tidak suka bermain-main, bukan?" Haryo menyentuh wajah Kirana

Kirana mengepalkan tangannya di balik ikatan tali.

Kirana membalas penuh keberanian "Aku tidak akan pernah tunduk padamu. Aku lebih baik mati."

Haryo tertawa lagi, kali ini lebih keras, seolah ucapan Kirana adalah lelucon lucu.

"Ah, kau gadis yang bersemangat. Itu yang membuatmu semakin menarik. Tapi kita lihat saja nanti, Kirana. Aku yakin kau akan berubah pikiran."

Dia berbalik, langkahnya bergema di lantai beton gudang. Sebelum melangkah keluar, dia menoleh sekali lagi.

"Oh, dan Kirana... katakan pada ibumu, aku orang yang murah hati. Aku tidak akan memaksamu kalau kau mau bicara baik-baik denganku. Sampai jumpa, sayang."

Pintu gudang kembali tertutup dengan keras, meninggalkan Kirana dalam kegelapan dengan hanya satu lampu berkedip di atasnya.

Kirana merasa lemah, tubuhnya masih nyeri dari perjuangannya sebelumnya. Namun, amarah di dalam dirinya menyala lebih besar dari rasa takut. Dia tahu satu hal: dia tidak akan pernah menyerah pada Haryo atau rencana jahat ibunya

...****************...

Di sebuah ruangan mewah dengan pencahayaan redup, Haryo duduk di kursi kulit sambil memutar-mutar gelas berisi minuman beralkohol. Ia mengeluarkan ponselnya dan menekan nomor yang sudah dihafalnya dengan baik. Saat panggilan tersambung, suara tegang Arini terdengar dari ujung sana.

“Halo, Pak Haryo? Ada apa?” tanya Arini, mencoba terdengar tenang meski hatinya gelisah.

“Arini,” suara Haryo terdengar dingin, menusuk. “Aku sudah bosan menunggu. Kau bilang akan membujuk Kirana, tapi nyatanya tak ada hasil. Jadi, aku mengambil tindakan sendiri.”

Arini tertegun. Wajahnya seketika memucat, dan tangan yang memegang ponsel mulai gemetar.

“Apa maksud Anda?” tanyanya dengan suara bergetar, meskipun hatinya sudah tahu jawabannya.

“Kirana sekarang ada di tanganku,” ujar Haryo tanpa basa-basi. “Aku tidak punya waktu untuk permainanmu, Arini. Kau terlalu lambat. Aku sudah mengeluarkan banyak uang, dan aku tidak akan membiarkanmu mempermainkanku lebih lama.”

Mata Arini membesar. Keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya.

“Apa yang Anda lakukan padanya? Haryo, dia anakku!” serunya, panik.

Haryo tertawa kecil, seolah-olah tidak terpengaruh oleh nada cemas Arini. “Jangan drama, Arini. Anakmu ada di tempat yang aman. Aku hanya memastikan dia memahami posisinya. Lagipula, ini semua sudah kau setujui, bukan?”

“Tapi... tapi saya tidak pernah setuju Anda memperlakukannya seperti ini!” suara Arini meninggi, tapi ia tahu bahwa ia tidak memiliki kuasa untuk menentang Haryo.

“Kau tidak dalam posisi untuk protes, Arini. Kau sudah mengambil uangku, dan itu membuatmu terikat dengan kesepakatan ini. Jadi, lebih baik kau tenang dan tunggu kabar selanjutnya. Kirana akan baik-baik saja, asalkan dia mau bekerja sama.”

Panggilan itu terputus begitu saja, meninggalkan Arini dalam keterkejutan yang mendalam. Ia terduduk di sofa, kedua tangannya memegang kepala. Bayangan Kirana, anak perempuan yang dulu ia peluk dengan penuh kasih sayang, kini terjebak dalam situasi yang ia ciptakan sendiri.

“Apa yang sudah aku lakukan?” gumamnya pelan, tetapi air mata tak kunjung jatuh. Ia terlalu terpaku pada rasa takut dan kebingungan.

...****************...

Kirana terus meronta, tangisnya pecah di sudut ruangan gudang yang gelap dan lembap. Suaranya serak karena terlalu sering berteriak meminta dilepaskan, tetapi tidak ada yang menghiraukannya. Dua bodyguard yang berjaga mulai menunjukkan tanda-tanda kesal dengan kelakuan Kirana.

“Kau ini berisik sekali!” salah satu dari mereka, seorang pria berbadan besar dengan suara berat, mendekat sambil mengacungkan telunjuk ke arah Kirana. “Harusnya kau bersyukur, Pak Haryo mau menikahimu. Banyak perempuan di luar sana yang hanya jadi mainannya semalam, lalu dibuang begitu saja.”

Kirana menatapnya tajam, matanya yang memerah menyiratkan kemarahan yang tidak bisa dibendung. “Aku tidak peduli! Aku tidak minta dinikahi dia, aku hanya mau pulang!” teriaknya, meski suaranya terdengar hampir putus.

Bodyguard yang lain, lebih kurus dan tampak lebih tenang, menyela. “Dengar, Nona. Pak Haryo bukan orang biasa. Kalau dia mau sesuatu, dia akan mendapatkannya, dan kau termasuk dalam keinginannya. Kau seharusnya merasa beruntung. Hidupmu bisa jauh lebih baik dari sekarang, masa depanmu terjamin.”

Kirana menggeleng dengan kuat, air mata terus mengalir di pipinya. “Aku tidak butuh masa depan yang seperti itu! Aku tidak butuh uang atau hidup mewah! Yang aku mau hanya bebas dari kalian semua!”

Pria berbadan besar mendengus, melipat tangan di depan dada. “Percuma kau melawan. Pak Haryo sudah membayar mahal untukmu. Kau tidak punya pilihan lain.”

Kirana menatapnya dengan penuh kebencian. “Pilihan? Pilihan apa? Dijual oleh ibuku sendiri, dipaksa menikah dengan pria yang merusak hidupku? Itu bukan pilihan, itu neraka!”

Pria kurus itu mengangkat bahu, berusaha tetap santai meski jelas terganggu oleh teriakan Kirana. “Kau boleh menangis atau berteriak sepuasnya, tapi pada akhirnya, kau tetap harus menerima kenyataan. Pak Haryo tidak main-main. Kalau aku jadi kau, aku akan berhenti melawan dan mulai menerima nasib.”

Kirana mengalihkan pandangannya, menghindari tatapan kedua pria itu. Ia merasa mual mendengar kata-kata mereka, seolah-olah hidupnya hanyalah barang dagangan yang tidak punya nilai kecuali uang.

“Kalian semua sama saja. Tidak punya hati,” katanya dengan suara lemah, tapi penuh kebencian.

Bodyguard berbadan besar hanya tertawa dingin. “Selamat datang di dunia nyata, Nona. Di sini, uang adalah segalanya.”

1
Wega kwek kwek
kasih syarat Kirana kau mau menikah asal ayahmu dibebaskan dari semua tuduhan , jangan mau rugi minta bagi harta juga sebagai mas kawin
Wega kwek kwek
semoga kirana itu darah daging mu Haryo biar kapok
Wega kwek kwek
ayo semangat kak author,,,,kita tunggu updatenya
Lucky One: makasih udah mampir
total 1 replies
Uti Enzo
kok yh like dikit ya
Lucky One: makasih ya, udah mampir
total 1 replies
Uti Enzo
Luar biasa
Uti Enzo
hadir thor
Yuniarti Yuniarti
lg 10persen
Ninik
semoga aja Kirana darah daging Haryo biar Haryo menyesal dan hancur
Ninik
ya Alloh ada ya seorang ibu yg tega menjual anaknya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!