Karena tidak ingin menyakiti hati sang mama, Garren terpaksa menikahi gadis pilihan mamanya.
Namun baru 24 jam setelah menikah Garren mengajukan perceraian pada istrinya.
Tapi perceraian mereka ada sedikit kendala dan baru bisa diproses 30 hari kedepan.
Bagaimanakah kisahnya? Apakah mereka akan jadi bercerai atau malah sebaliknya?
Penasaran? Baca yuk! Mungkin bisa menghibur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode tiga puluh
Pagi menjelang, Septy sudah selesai menyiapkan sarapan untuk mereka. Setelah itu barulah ia akan bersiap-siap untuk ke perusahaan.
Sementara Garren sudah terlihat rapi dengan setelan formalnya yang menambah ketampanan.
Garren duduk di sofa menunggu Septy, karena mereka akan bersama-sama untuk sarapan.
Setelah beberapa saat, Septy juga sudah siap dengan pakaian formalnya juga. Keduanya pun keluar dari kamar dengan bergandengan tangan.
Dengan telaten Septy melayani suaminya. Garren tersenyum sambil menunggu layanan dari istrinya.
"Terima kasih sayang," ucap Garren setelah menerima piring dari Septy.
"Iya Mas, sama-sama," ujar Septy dengan senyum manisnya.
Keduanya pun sarapan bersama. Setelah selesai keduanya segera berangkat. Garren mengecup kening istrinya sebelum menjalankan mobilnya.
Septy mulai terbiasa dengan perlakuan lembut suaminya. Dan perlahan-lahan ia mulai mencintai suaminya.
Meskipun tidak pernah ia ungkapkan, namun ia tidak akan menyia-nyiakan pria atau suami seperti Garren.
Mobil bergerak perlahan keluar dari pintu gerbang, lalu melaju dijalanan. Beruntung perjalanan mereka tidak ada hambatan. Sehingga mereka tiba di gedung perusahaan.
Saat keduanya sedang berjalan memasuki gedung perusahaan, para karyawan menyapa mereka.
Hanya Septy yang tersenyum kepada semua karyawan. Sedangkan Garren seperti biasa, cuek dan dingin.
"Tuan, kenapa dingin banget sih? Mereka hanya menyapa loh," tanya Septy. Saat ini mereka sudah berada didalam lift.
Garren tersenyum lalu memeluk Septy. "Aku hanya akan ramah kepadamu, sayang."
Septy mencebikkan bibirnya sehingga Garren tidak tahan lalu menciumnya. Menurutnya Septy begitu menggoda jika seperti ini.
Septy hanya terdiam dan membalasnya, hingga mereka tiba di lantai yang dituju. Barulah Garren melepaskannya.
Saat mereka keluar dari dalam lift, ternyata Tomi sudah ada. Beruntung mereka menyudahinya sebelum pintu lift terbuka.
"Ngapain kamu menunggu didepan lift?"
"Tidak ada apa-apa Tuan." Tomi pun segera keruang kerjanya.
"Kenapa tuh anak?"
"Dia bukan lagi anak-anak, Tuan."
"Hmmm, tapi agak rada-rada aneh dia hari ini. Datang lebih awal dari aku."
"Gimana sih? Datang lebih awal dari bos dibilang aneh. Datang belakangan di bilang terlambat," batin Septy sambil menggelengkan kepalanya.
"Sayang, kamu sakit?"
Septy tidak menjawab lalu melenggang pergi dan masuk kedalam ruang kerjanya. Garren terdiam ditempatnya.
"Kenapa semua pada aneh?" batin Garren. Kemudian masuk kedalam ruangannya.
Garren membuka ponselnya dan tersenyum saat melihat Septy dari kamera pengintai. Garren kemudian melanjutkan pekerjaannya.
Pesan masuk ke ponsel Garren, Garren pun segera membuka dan membacanya.
'Mas nanti aku ingin makan bersama Sierra, Mas jangan melarang aku ya?'
Garren hanya membaca pesan tersebut tanpa berniat untuk membalasnya. Fokusnya hanya pada pekerjaan dan ponsel didepannya yang menampilkan Septy yang sedang bekerja.
Waktu pun berlalu, hingga saatnya untuk istirahat makan siang. Septy bangkit dari duduknya dan bersiap-siap untuk ke kantin.
Namun saat baru keluar dari ruangannya, Garren kembali membawanya masuk. Garren langsung memeluknya dan menciumnya.
"Untuk semangat ku," bisik Garren. Kemudian melepaskan Septy dan mengizinkan Septy untuk makan di kantin.
"Tuan jangan lupa makan," pesan Septy.
"Sayang, jika kita berdua saja, tidak usah panggil Tuan."
Septy mengangguk. "Baiklah, jangan lupa makan Mas."
Garren menatap Septy hingga Septy menghilang di balik lift. Garren yang malas hendak keluar pun memesan makanan dari restoran.
Garren menghela nafas, kemudian masuk kedalam ruangan nya dengan langkah lesu. Tomi yang melihat tuan seperti itu tidak berani menyapa.
Sementara Septy sudah berada di kantin. Namun ia melihat pemandangan yang tidak enak untuk lihat.
"Ada apa ini?" tanya Septy.
Mereka semua menoleh dan menunduk hormat. Septy melihat ada seorang karyawan sedang terduduk dilantai.
"Kenapa bisa seperti ini? Dan kenapa kalian diam saja?"
Mereka malah semakin tertunduk saat mendengar pertanyaan demi pertanyaan dari Septy. Karena Septy terdengar tegas di setiap pertanyaannya.
"Ada yang bisa jelaskan?" tanya Septy lagi.
"Nona, tadi ia terjatuh dan sepertinya ...." Karyawan wanita yang lain tidak dapat meneruskan ucapannya.
Septy segera memanggil ambulans, setelah itu ia menghubungi suaminya untuk mengurus masalahnya.
Karyawan wanita yang yang terduduk dilantai masih meringis kesakitan. Dan da*ah segar masih mengalir dari pan*kal pa*anya.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Septy. Namun wanita itu hanya meringis menahan sakit.
Garren pun segera datang ke kantin bersama dengan Tomi. Ia melihat jika wanita itu sudah dibawa oleh petugas rumah sakit.
Para karyawan tidak ada yang berani bersuara. Tentu mereka akan takut karena mereka juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi?
"Sayang, apa yang terjadi?" tanya Garren yang datang langsung memeluk Septy.
"Sebaiknya cek rekaman cctv, Tuan," jawab Septy.
Garren baru sadar jika mereka di tengah-tengah para karyawan perusahaan. Garren segera mengambil ponselnya dari saku jasnya.
Garren tidak melihat ada kejanggalan, hingga 10 menit sebelum wanita itu jatuh, ada seseorang yang sepertinya sengaja ingin mencelakai wanita itu.
"Tomi, cari tau cleaning service ini!"
"Baik Tuan!"
"Kalian, lanjutkan makan dan setelah itu semuanya boleh pulang!"
"Baik Tuan!" jawab mereka serentak.
Garren dan Septy kembali ke ruangannya. Rencana Septy yang ingin makan siang bersama Sierra pun gagal.
Sementara Tomi ke bagian HRD untuk menyelediki karyawan yang bertugas sebagai cleaning service itu.
Setelah mendapatkan daftar karyawan, Tomi segera menemui Garren. Tomi sendiri juga tidak hafal dengan para karyawan. Itu sebabnya ia kebagian HRD.
"Tuan, semua informasi karyawan ada disini, dari yang lama hingga yang baru," ucap Tomi menyerahkan setumpuk map kepada Garren.
"Cari orang yang bernama Mirna!"
"Tuan, bukankah anda seorang peretas? Mengapa harus memeriksa ini satu persatu?" tanya Septy.
Garren menepuk keningnya pelan. Ia lupa jika dirinya ahli dalam bidang IT. Sementara Tomi hanya menghela nafas.
"Tomi, mengapa tidak bilang dari tadi?"
"Tuan, mengapa Anda menjadi pikun?"
"Kamu! Potong gaji!"
Tomi menggeleng cepat, karena ia merasa tidak bersalah. Meskipun Garren selalu menyebut potong gaji, namun saat gajian tidak juga di potong.
Garren pun membuka laptopnya, dan mencari tahu informasi tentang Mirna. Tidak butuh waktu lama iapun berhasil mendapatkan informasi tersebut.
"Jadi dia sengaja bekerja disini hanya untuk mencelakai wanita itu?" gumam Garren.
"Hah ... Tuan, coba dari tadi, aku tidak perlu bolak-balik ke bagian HRD," batin Tomi.
"Bagaimana dengan masalah ini? Apa perlu kita laporkan?" tanya Garren.
"Sebaiknya selidiki lagi, agar kita tidak salah dalam bertindak," jawab Septy.
"Disini sudah jelas, jika wanita itu merebut suami dari wanita yang bernama Mirna. Berarti ini motifnya dendam. Dan aku tidak ingin ikut campur." Garren menjelaskan.
Sebenarnya Septy dan Tomi juga bingung dengan masalah ini. Tapi ini sudah tindakan yang melanggar hukum.
Namun Garren tetap akan membayar kompensasi atas wanita itu yang sekarang ada di RS. Karena kejadian itu terjadi di perusahaannya.
semngat thor..
itu sih yg aq tau dari ceramah nya UAS