Cerita ini mengisahkan tentang kehidupan seorang gadis yang sangat ingin merasakan kehangatan dalam sebuah rumah. Tentang seorang gadis yang mendambakan kasih sayang dari keluarganya. Seorang gadis yang di benci ketiga kakak kandungnya karena mereka beranggapan kelahirannya menjadi penyebab kematian ibu mereka. Seorang gadis yang selalu menjadi bulan- bulanan mama tiri dan saudara tirinya. Kehidupan seorang gadis yang harus bertahan melawan penyakit mematikan yang di deritanya. Haruskah ia bertahan? Atau dia harus memilih untuk menyerah dengan kehidupannya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SunFlower, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#16
Saat membuka pintu kamar Keyla, Aga langsung di hadapkan dengan tatapan khawatir dari kedua sahabatnya.
"Bagaimana Keyla?" Tanya Feli.
"Dia sudah tertidur." Jawab Aga.
Nico meraih tangan Aga lalu membawanya sedikit menjauh dari kamar Keyla. "Kami tadi mendengarnya muntah- muntah."
Aga menganggukkan kepalanya. "Salah satu efek dari kemoterapi.. "
"Apa maksud kamu?" Potong Feli. "Ini bahkan baru beberapa jam Keyla melakukan Kemo."
"Aku tadi sempat menemui dokter Ferdi, dan beliau sudah mengingatkan bahwa kemungkinan kondisi seperti ini akan terjadi kepada Keyla." Aga menjelaskan. "Ini baru salah satu dari efek yang di beritahukan dokter Ferdi." Lanjut Aga yang langsung mendapatkan tatapan dari kedua sahabatnya.
" Beberapa hari kedepan mungkin Keyla akan mulai merasakan, penurunan nafsu makan, mudah lelah, panas, sariawan, rambut rontok, diare, bahkan bisa saja tiba- tiba Keyla akan mengalami pendarahan." Lanjut Aga.
"Sampai berapa kali Keyla harus melakukan kemo?" Tanya Nico.
Aga menghela nafasnya. "Aku tidak tahu. Tapi yang pasti tiga minggu dari sekarang Keyla sudah ada jadwal kedua untuk melakukan Kemo lagi."
Feli menangis. "Apa tidak ada cara lain? Aku tidak sanggup jika harus melihat Keyla menahan sakit seperti tadi. Aku tidak sanggup melihatnya berpura- pura kuat di depan ku, bahkan dia tadi masih bisa tersenyum." Nico mendekat lalu mengusap lembut bahu Feli.
"Untuk saat ini hanya ada cara itu yang paling efektif. Jika pun bisa dengan meminum obat- obatan, proses kesembuhannya akan cukup lama tapi efeknya akan tetap sama saja." Ucap Aga.
.
.
Keyla terbangun dengan tubuh yang menggigil. Ia ingin meraih selimut yang berada di bawah kakinya tapi tubuhnya terlalu lemah. Kepala Keyla berdenyut sakit dengan mata yang berkunang- kunang.
Aga membuka pintu berniat untuk membangunkan Keyla karena ini saatnya ia meminum obat. Ia terkejut saat melihat Keyla yang meringkuk di atas tempat tidur.
Aga bergegas menghampiri Keyla. "Key.." Aga mengusap peluh pada kening Keyla. Aga membulatkan matanya saat merasakan suhu tubuh Keyla yang terasa panas. "Key.." Panggilnya lagi.
Keyla membuka matanya perlahan. "Dingin Ga." Rintih Keyla.
"Tunggu sebentar ya." Ucap Aga lalu bergegas untuk memanggil Feli.
"Ada apa Ga?"
Aga bergegas berdiri dan berjalan menuju almari untuk mengambil sepasang piyama untuk Keyla.
"Tolong bantu Keyla untuk mengganti bajunya."Ucap Aga lalu ia bergegas berjalan keluar lalu menutup pintu kamar Keyla.
"Kenapa?"
"Keyla menggigil, ia mengeluh kedinginan tapi suhu badannya memanas." Ucap Aga dengan wajah khawatirnya.
"Apa kita perlu membawanya kembali ke rumah sakit?" tanya Nico.
Saat Aga ingin menjawab, Feli muncul dari balik pintu kamar Keyla. "Kita harus bagaimana ini Ga. Keyla berkeringat, tapi ia menggigil terus padahal suhu tubuhnya juga panas." Ucap Feli.
Aga berjalan masuk untuk menghampiri Keyla. Merasa ada yang mengusap keningnya, Keyla kembali membuka kedua matanya perlahan. Ia mencoba untuk tersenyum saat melihat wajah ketiga sahabatnya yang terlihat khawatir.
"Apa masih dingin?" Tanya Aga sambil menatapnya sendu. Keyla menganggukkan kepalanya lemah.
Aga bergegas kembali membuka almari Keyla untuk mengambil selimut baru. Ia langsung membungkus tubuh Keyla. "Bagaimana?"
"Masih dingin Ga." Lirih Keyla.
Aga meraih tubuh kurus Keyla yang terbalut selimut untuk ia peluk. Keyla menyamankan kepalanya pada dada Aga. "Merasa lebih baik?" Keyla menganggukkan kepalanya dan kembali memejamkan matanya.
"Jangan tidur dulu. Sebentar lagi waktunya kamu untuk minum obat." Ucap Feli. "Aku siapkan makanan dulu ya." ucapnya lagi sambil mengusap kepala Keyla.
Setelah selesai makan dan meminum obatnya, Keyla kembali tertidur.
"Bagaimana?" Tanya Feli saat Aga mencul dengan membawa nampan.
"Hanya beberapa suap." jawab Aga sambil meletakkan nampan berisi makanan yang bahkan terkesan masih utuh ke atas meja dapur.
"Apa kita benar- benar tidak akan memberitahu keluarganya?" Tanya Nico untuk memastikan.
Lagi- lagi Aga hanya bisa menghela nafasnya. "Bukankah kamu mendengar sendiri permintaan Keyla?" Ucap Aga.
"Mungkin untuk saat ini kita masih bisa menyembunyikan ini dari keluarganya. Tapi nanti?" Tanya Feli.
Aga menatap Feli. "Lalu apa menurutmu dengan memberitahu keluarganya mereka akan peduli?" Aga balik bertanya.
Feli hanya bisa terdiam. "Bahkan jika mereka mengetahui kondisi Keyla sekarang, aku rasa mungkin mereka akan senang."
Cukup lama mereka bertiga terdiam larut dengan pikiran masing- masing hingga Aga memecah keheningan. "Ini sudah hampir malam, lebih baik kalian berdua pulang."
"Aku malam ini akan tidur disini." Putus Feli.
Malam ini Keyla terbangun karena merasakan tubuhnya yang terasa amat sangat sakit. Ia kembali meringkuk di atas kasur. Feli yang merasa ada pergerakkan dari samping tempatnya tertidur membuka matanya secara perlahan. "Key." Panggil Feli.
"Sakit." Ucapnya lirih masih dengan tubuh meringkuk. Feli berpindah ke depan Keyla lalu mengusap punggungnya perlahan.
"Stt.. Stt.. Stt.. Ada aku disini. Aku percaya kamu kuat, kamu pasti bisa melewati ini semua karena kamu sahabatku yang paling hebat." Ucapnya berusaha untuk menenangkan Keyla. Ia kembali mengusap punggung Keyla untuk mengalihkan rasa sakit yang dirasakan sahabatnya
Feli sedikit memberikan jarak antara dirinya dan Keyla saat di rasa tidak ada lagi pergerakkan dari Keyla. Ia tatap lekat wajah sahabatnya yang tertidur, Keyla sesekali masih mengerutkan keningnya karena merasakan sakit.
Feli mengusap kening Keyla hingga kerutan di keningnya menghilang.
.
.
Pagi ini Aga terbangun karena di hebohkan dengan Feli yang berteriak histeris karena tidak mendapati keberadaan Keyla di sisinya.
"Ada apa Fel?" Tanya Aga dengan muka bantalnya.
"Ga Keyla Ga.."
"Kenapa dengan Keyla?" Potong Aga.
"Keyla tidak ada di dalam kamarnya." Ucap Feli.
"Apa maksudmu tidak ada di dalam kamarnya? Apa kamu sudah mencarinya di dalam kamar mandi?" Tanya Aga.
Feli menggeleng ribut. "Tidak ada Ga."
Saat mereka masih ribut mencari Keyla pintu apartemen terbuka. "Kalian kenapa?"
"Keyla." Seru Aga dan Feli bersama- sama. "Kamu dari mana? Kami berdua mencarimu dari tadi." Tanya Feli.
"aku tadi ingin memasak sarapan untuk kalian berdua, tapi ternyata stok bahan masakannya kosong. Jadi aku kebawah untuk membeli bahan- bahannya." Jawab Keyla tanpa rasa bersalah.
Aga mengulurkan tangannya lalu meletakkannya di kening Keyla. "Panas kamu sudah turun." Ucap Aga sambil bernafas lega.
Feli mengambil Alih belanjaan dari tangan Keyla. "Sudah biar aku yang memasak. Kamu istirahat saja." Ucapnya.
"Biarkan aku yang memasak. Lebih baik kamu mandi. Bukankah kalian hari ini harus pergi kesekolah." Keyla mengingatkan. Ia mendorong tubuh Feli untuk masuk ke dalam kamarnya.
Keyla membalikkan badanya menghadap Aga lalu menyuruh Aga untuk menggunakan kamar mandi di dalam kamar Mahen.
Tidak lama kemudian mereka muncul bersama- sama bertepatan dengan masakan Keyla yang sudah tertata rapi di atas meja makan.
"Kalian berdua makan duluan saja. Aku mau ke kamar sebentar." Ucap Keyla lalu berjalan menuju kamarnya.
Aga terkejut saat Keyla muncul dari dalam kamarnya dengan pakaian seragam sekolahnya. "Kamu mau kemana Key?" Tanya Aga.
Feli menoleh. "Siapa yang mengizinkanmu untuk pergi kesekolah.
"Aku sudah sehat. Lagi pula aku sudah banyak tertinggal mata pelajaran." Ucapnya. "Biarkan aku masuk sekolah." Mohon Keyla.
"Tidak." Jawab Aga dan Feli bersamaan.