Zhafira kiara,gadis berusia 20 tahun yang sudah tidak memiliki sosok seorang ayah.
Kini dia dan ibunya tinggal di rumah heru yang tak lain adalah kakeknya.
Dia harus hidup di bawah tekanan kakeknya yang lebih menyayangi adik sepupunya yang bernama Kinan.
Sampai kenyataan pahit harus di terima oleh zhafira kiara, saat menjelang pernikahannya,tiba-tiba kekasihnya membatalkan pernikahan mereka dan tak di sangka kekasihnya lebih memilih adik sepupunya sebagai istrinya.
Dengan dukungan dari kakeknya sendiri yang selalu membela adik sepupunya,membuat zhafira harus mengalah dan menerima semua keputusan itu.
Demi menghindari cemooh warga yang sudah datang,kakek dan bibinya membawa seorang laki-laki asing yang berpenampilan seperti gelandangan yang tidak diketahui identitasnya.
Mereka memaksa zhafira untuk menikah dengannya.
Siapakah sebenarnya laki-laki itu? apakah zhafira akan menemukan kebahagiaan dengan pernikahannya?
Ikuti kisahnya selajutnya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 23
Zhafira hanya pasrah, menunggu Eric melepaskan pelukannya. meskipun harus menahan rasa yang tidak karuan saat ini.
Hampir saja zhafira kembali tertidur, namun untungnya eric bangun juga dan melepaskan pelukannya.
Eric segera bangkit, dan pergi tanpa berbicara apapun pada zhafira.
Zhafira yang melihat hal itu, hanya bisa bengong. "Dasar pria aneh!" gumam zhafira, kesal.
Dia juga segera bangun dan pergi ke kamar mandi. hari sudah mulai siang, untung saja hari ini hanya ada satu kelas itu pun siang.
Kini zhafira terlihat memakai baju santai sederhana, yang tak melunturkan kecantikannya.
Zhafira pun turun ke bawah, untuk membuat makan.
Terlihat eric dan Louis, sedang berada di meja makan tanpa ada makanan.
"Selamat pagi, kek." sapa zhafira,tersenyum.
"Selamat pagi, zhafira. Tumben kamu bangun telat."
Zhafira yang mendengar perkataan Louis tersenyum kikuk, sebab dia bingung harus menjawab apa.
"Maaf kek, tadi tiba-tiba saja semalam badan ku terasa pegal dan berat, jadi aku bangun kesiangan. " ujar zhafira memberikan alasan, sesekali dia melirik eric yang menatapnya tajam.
"Sebaiknya kamu cek ke dokter, fira. Kakek tidak mau sampai kamu sakit." Menatap zhafira, penuh ke khawatiran.
"Tidak perlu kek, nanti juga hilang sendiri." celetuk zhafira.
Zhafira menatap ke arah lain, tak sanggup melihat tatapan mematikan dari eric.
Louis yang menyadari keanehan sikap mereka berdua, hanya ikut memperhatikan saja dalam diam.
"Apa kakek sudah sarapan?" Zhafira mencoba mengalihkan pembicaraan.
Louis tersenyum. "Kakek sudah sarapan, zhafira." Melirik eric yang hanya diam. "Tapi suami mu belum makan." Terkekeh.
Eric menatap tajam Louis, yang sengaja membicarakannya.
Zhafira pun beralih menatap eric. "Kenapa kamu tidak sarapan, eric? "
Eric tidak menjawab, melainkan hanya terdiam.
Louis terkekeh geli, saat melihat Eric yang mempertahankan gengsinya.
"Zhafira, tadi dia bilang ingin makan masakan buatan kamu lagi. Jadi intinya sekarang dia sedang menunggu kamu memasak." tutur Louis, memberitahu.
Zhafira yang mendengar hal itu, merasakan senang pada hatinya. dia tidak menyangka, jika dari tadi Eric menunggunya.
Tak menunggu lama, zhafira segera menuju ke dapur untuk memasak. sementara Eric dan Louis masih setia duduk di kursi makan.
Selama zhafira berkutat di dapur, Eric selalu memperhatikannya dari jauh.
Namun sayang perhatian Eric pada zhafira, di sadari oleh Louis.
"Zhafira cantik, ya, " tanya Louis, menggoda.
"Ya." Eric yang sejak tadi memperhatikan zhafira, tanpa sadar mengiyakan pertanyaan yang diajukan oleh Louis.
Louis tertawa, melihat Eric yang menatapnya tajam.
Zhafira yang mendengar keributan di meja makan, hanya tersenyum tipis. dia senang, melihat hubungan kakek dan cucu itu sangat dekat.
Masakan yang di buat zhafira sudah jadi, dia pun segera membawanya ke meja makan.
Eric dan Louis yang sedang berbincang pun, seketika menghentikan pembicaraannya.
"Maaf lama." ucap zhafira, sambil mengambilkan nasi untuk Eric.
"Tidak apa-apa, fira. Yang penting Eric sekarang bisa makan. " celetuk Louis.
Eric yang mendengar perkataan Louis sangat geram, jika saja orang yang berada di sampingnya bukan kakeknya mungkin sudah dia lawan.
Zhafira hanya menanggapinya, dengan tersenyum tipis.
Zhafira dan Eric pun segera sarapan, namun tidak dengan Louis, sebab tadi dia sudah sarapan makanan yang di buat oleh pelayan.
Kini giliran zhafira dan Louis yang tersenyum, saat melihat Eric makan dengan sangat lahapnya.
"Fira kamu hari ini kamu ke kampus?" Louis membuka membuka kembali suaranya.
Zhafira yang baru saja selesai makanan pun menoleh ke arah Louis. " Iya kek. Hari ini Fira ke kampus hanya saja masuk siang."ujar Fira memberitahu.
Louis pun mengangguk. "Bagus, sebelum pergi ke kampus kamu dan Eric bisa bersiap-siap dulu untuk pindah."
Zhafira terdiam, mendengar kata pindah membuat dia tidak mengerti dengan apa yang di katakan oleh Louis.
Zhafira menatap Louis, heran. "Pindah! Maksud kakek apa?" ucap zhafira, bingung.
Louis tersenyum, sementara Eric, dia hanya mendengarkan apa yang akan di katakan oleh Louis.
"Mulai hari ini, kalian berdua akan tinggal di apartemen milik Eric. Jadi setelah ini bersiaplah untuk mengemasi barang-barang mu, fira."
"Tapi kenapa, kek? Jika kami pindah dari sini, itu artinya kakek akan tinggal di sini sendirian. "
Louis tersenyum tipis, dapat dia lihat ke khawatiran pada raut wajah zhafira.
"Semua ini sudah menjadi keputusan saya, fira. Kamu tidak perlu repot-repot memikirkan kakek saya. sebab di rumah ini banyak orang yang akan menemani kakek." sahut Eric, dingin dan dengan cepat menyela ucapan zhafira yang hendak protes.
Zhafira pun kembali terdiam, jika sudah mendengar Eric bicara. dia tidak berani untuk menyahutnya.
"Kamu tidak perlu mengkhawatirkan kakek, fira. justru kakek senang jika kalian tinggal berdua. Itu artinya, kalian akan belajar hidup mandiri." ucap Louis meyakinkan.
Kini zhafira pun mengerti, dia pun hanya bisa menerima keputusan Eric dan Louis untuk pindah dari rumah itu.
"Baiklah kek, jika memang itu keputusan yang terbaik. Aku ikut saja. Tapi, fira mohon kakek harus menjaga diri kakek sebaik mungkin." sahut zhafira pasrah.
Louis tersenyum mendengar perkataan fira, yang terdengar seolah memberinya perhatian layaknya cucu sendiri.
Sementara Eric, hanya memutar bola mata malas melihat zhafira, yang begitu perhatian pada kakeknya.
"Tenang saja, fira. Kakek akan menjaga diri dengan baik. Kakek juga senang, jika kamu mau tinggal bersama Eric di apartemen."
Keputusan untuk tinggal di apartemen sudah di setujui oleh zhafira. kini mereka pun tengah bersiap untuk mengemasi barang-barang.
"Bawa saja barang, yang perlunya saja. Untuk sisanya simpan saja disini." sahut Eric yang tiba-tiba saja sudah berada di ambang pintu dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
Zhafira pun hendak melayangkan protes, namun dia urungkan saat melihat tatapan tajam Eric, seakan ingin membunuhnya.
Zhafira pun mengangguk. "Baiklah Eric. Aku akan membawa beberapa pakaian ku saja."
"Bagus.Sekarang kita pergi, setelah itu saya akan antar kamu ke kampus." sahut Eric, segera pergi dari sana.
Zhafira menghela nafas kasar. "Tadi saja main peluk-peluk. Lah sekarang, bersikap dingin lagi. Sebenarnya kenapa sih dia? " Zhafira menggerutu kesal, melihat sikap Eric yang kembali dingin.
Setelah semuanya siap, zhafira dan Eric pun segera pamit pada Louis.
Terlihat raut kesedihan pada wajah zhafira, saat pamit pada Louis. "Kek, aku pamit dulu. Kakek jaga diri baik-baik, ya." ucapnya sedih.
Louis tersenyum tipis, hatinya tersentuh melihat zhafira yang mengkhawatirkannya.
"Kakek baik-baik saja fira. Jangan sedih seperti ini. kalian bisa main ke sini, saat akhir pekan."
Zhafira pun tersenyum. "Iya kek, fira janji akan sering main ke sini."
Louis mengangguk dan tersenyum, kini tatapannya beralih pada Eric yang sejak tadi hanya menyimak saja.
"Eric, kakek harap kamu jaga fira. Bersikap baiklah padanya, karena bagaimana pun juga fira istri mu." ucap Louis tegas.
Eric hanya menatap sekilas, dia pun segera pergi dari hadapan Louis.
Terdengar helaan nafas dari mulut Louis. "Dasar keterlaluan." gumam Louis pelan, namun masih bisa terdengar oleh zhafira.
Zhafira sendiri hanya tersenyum kikuk dan segera pamit.
Mereka berdua pun meninggalkan, rumah Louis. melihat mobil Eric sudah jauh, Louis pun memanggil seseorang.
"Kendrick."
"Iya tuan." Kendrick menghampiri dan mengangguk hormat.
"Aku minta seseorang,untuk berjaga di apartemennya, king. Pastikan tidak ada orang, yang tahu keberadaan kedua cucu ku."
"Baik tuan, saya mengerti."
Kendrick pun pamit,dan pergi dari hadapan Louis.
"Jangan harap kalian, bisa menghancurkan keluarga ku!" gumam Louis penuh penekanan, dengan menatap tajam lurus kedepan.