Demi membiayai operasi ayahnya yang terkena serangan stroke, Cleantha terpaksa meminjam uang pada rentenir. Ia berharap bisa mendapatkan pekerjaan untuk membayar hutangnya itu. Namun kenyataan berkata lain. Cleantha gagal mendapatkan pekerjaan dan malah bertemu dengan seorang lelaki misterius dalam sebuah kecelakaan. Lelaki itu memaksanya untuk menjadi isteri kedua sebagai ganti rugi atas kerusakan mobilnya.
Karena ketakutan, Cleantha menolak permintaan lelaki itu dan melarikan diri. Tapi takdir membawanya kembali bertemu dengan lelaki itu, melalui sebuah ajang kompetisi wanita untuk memenangkan hadiah seratus juta.
Cleantha yang keluar sebagai pemenang, dipaksa menjadi isteri kedua Raja Adhiyaksa di atas sebuah perjanjian. Akankah Cleantha mampu menjalani hidup sebagai isteri bayaran, yang hanya dijadikan alat pembalasan dendam oleh Raja atas pengkhianatan isteri pertamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ICHA Lauren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Tawaran Bekerja
Cleantha membantu Zevira masuk ke dalam rumah. Ia tidak mempedulikan kakinya yang mulai nyeri akibat terlalu banyak bergerak sepanjang hari.
Di depan pintu, Pak Darma menyongsong kedatangan Cleantha dan Zevira.
"Nyonya, di dalam ada Nyonya Besar Marina. Dia sudah menunggu Anda berdua dari tadi," ucap Pak Darma terlihat cemas.
Zevira menanggapi Pak Darma dengan santai.
"Iya, Pak, tidak perlu berlebihan seperti itu. Aku akan segera menemui Mama Marina."
Cleantha teringat bahwa Raja memiliki seorang ibu sambung yang bernama Ny. Marina. Itu artinya sang ibu mertua telah datang untuk mengunjunginya.
"Clea, cepat antar aku ke ruang keluarga. Mama Marina orangnya sangat tidak sabaran."
"Iya, Kak."
Begitu tiba di ruang keluarga, Cleantha melihat seorang wanita bergaun magenta sedang duduk di sofa.
Parasnya memancarkan keanggunan sekaligus keangkuhan. Dia sangat pantas menyandang gelar sebagai seorang ibu suri kerajaan.
Walaupun usianya menjelang setengah abad, kulit wanita itu masih kencang dengan riasan yang sangat pas menghiasi wajahnya.
Ivyna berlari kecil untuk memeluk wanita itu.
"Grandma."
"Ivy, Sayang, kamu baru pulang sekolah?"
"Iya, Grandma."
Ny. Marina membelai lembut pipi Ivyna.
"Ivy, Oma kangen sekali. Sekarang Ivy ganti baju dulu lalu makan siang."
"Oke, Grandma."
"Mama Marina, kenapa tidak bilang kalau akan datang kemari?" sapa Zevira.
"Vira, untuk apa aku harus mengatakannya. Bukankah ini rumahku juga. Aku bisa datang dan pergi kapanpun aku suka. Bagaimana perkembangan kakimu? Kapan kamu bisa berjalan dengan normal?"
Suara Zevira terdengar merendah.
"Aku belum tahu, Ma. Dokter hanya menyarankan agar aku tetap rajin melakukan terapi."
"Sabarlah, Vira. Mungkin lebih baik kamu berobat di luar negri supaya kakimu cepat sembuh."
Ny. Marina melirik kepada Cleantha yang berdiri di belakang kursi roda Zevira.
"Aku kesini karena mendengar kabar bahwa Raja menikah lagi. Terus terang aku terkejut karena kamu memberikan persetujuan, Vira."
"Aku sadar diri, Ma. Dengan keadaanku sekarang aku tidak bisa melayani Raja. Karena itu meskipun sedih, aku mengikhlaskan Raja memiliki istri kedua."
"Keikhlasanmu itu sungguh luar biasa. Lalu yang mana menantu baruku?" tanya Ny. Marina penasaran.
"Clea, ayo perkenalkan dirimu pada Mama Marina," ucap Zevira memegang lengan Cleantha.
"Selamat siang, Nyonya," ucap Cleantha memberikan salam.
Gadis itu maju ke depan dan mencium tangan Ny. Marina dengan penuh hormat
Mata tajam Ny. Marina tak henti mengamati Cleantha. Seolah ingin memberikan penilaian menyeluruh terhadap Cleantha dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Jadi kamu istri baru Raja. Kamu masih sangat muda seperti anak kuliahan. Siapa namamu tadi?"
"Saya Cleantha, Nyonya."
"Jangan panggil aku, Nyonya. Panggil saja Mama Marina sama seperti Vira. Kalau Raja mendengar kamu memanggilku dengan sebutan Nyonya, dia bisa salah paham padaku."
"Dari keluarga mana kamu berasal, Cleantha? Apakah ayahmu seorang pengusaha? Dan apa nama perusahaannya?" tanya Ny. Marina penuh selidik.
"Ayah saya hanya seorang karyawan pabrik biasa. Tapi sekarang ayah saya sedang sakit, tidak bisa bekerja lagi."
Mendengar pengakuan Cleantha, pandangan Ny. Marina berubah sinis. Dari ekspresinya, terlihat jelas bahwa ia merendahkan status sosial Cleantha.
"Kamu berasal dari lingkungan kelas menengah. Aku kira Raja akan memilih istri yang sederajat dengannya. Contohnya seperti Zevira. Dia berasal dari keluarga Narendra yang terhormat. Tidak kusangka selera Raja sekarang berubah drastis."
Zevira menahan senyum ketika mendengar hinaan yang dilontarkan Ny. Marina terhadap Cleantha.
"Mama Marina, Raja menikahi Cleantha bukan untuk dijadikan pendamping utama. Wajar saja jika dia tidak peduli asal usul Cleantha. Raja hanya sekedar membutuhkan seorang gadis muda untuk...yah Mama tahu sendiri bagaimana sifat pria."
"Oh begitu," jawab Ny. Marina mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Tapi Cleantha, bagaimanapun kamu sudah menjadi bagian keluarga Adhiyaksa. Kamu harus menyesuaikan diri dengan etika dan gaya hidup dari kalangan atas. Salah satunya cara berpakaian dan berjalan. Bajumu ini sangat tidak enak untuk dipandang."
"Clea baru beberapa hari menjadi istri Raja. Maklum saja bila dia masih terbawa dengan kebiasaan lamanya. Nanti seiring waktu dia akan membuang bajunya yang murahan ini, Ma," ujar Zevira pura-pura membela Cleantha.
Ny. Marina menghela nafas panjang.
"Cleantha, kamu harus banyak belajar dari Zevira mengenai bagaimana cara menjadi wanita yang anggun dan terhormat. Patuhilah Zevira karena dia nyonya di rumah ini."
"Saya mengerti, Ma," jawab Cleantha tertunduk.
"Mama Marina, ayo kita ke kamarku saja untuk berbincang-bincang," ajak Zevira.
"Iya, boleh. Aku perlu mengatakan hal yang penting padamu berdua saja."
Zevira menyuruh Bi Dewi mengantarkannya ke dalam kamar bersama dengan Ny. Marina.
Sementara Cleantha kembali ke kamarnya sendiri. Ia memandang bajunya di cermin sambil bergumam di dalam hati.
"Apa baju yang kupakai ini begitu memalukan? Aku memang tidak pantas berada di tengah-tengah keluarga terpandang. Kehadiranku hanya akan mengganggu dan menyusahkan Tuan Raja dan Kak Vira."
...****************...
Zevira bisa menangkap raut kecemasan di wajah ibu tiri Raja itu. Ia sangat mengenali watak asli Ny. Marina yang begitu menginginkan harta warisan keluarga Adhiyaksa untuk putra kandungnya.
"Vira, apa Cleantha itu gadis baik-baik? Biasanya jika gadis kelas bawah menikahi pria kaya, mereka hanya mempunyai satu tujuan, yaitu menguasai hartanya."
"Tenang saja, Mama Marina. Ada aku disini. Aku tidak akan tinggal diam bila Cleantha berniat merebut harta kekayaan suamiku."
"Aku tahu kamu bukan wanita yang gila harta, tapi aku tidak percaya dengan istri muda Raja. Apalagi menyangkut soal Alvian. Aku khawatir, Cleantha akan mempengaruhi Raja supaya tidak mempedulikan adiknya."
"Apa Alvian sudah pulang dari London?"
"Sudah, dia tiba dua hari yang lalu. Minggu depan, Alvian akan mulai bekerja di perusahaan Adhiyaksa."
"Raja tidak akan mengingkari janjinya, Ma. Aku janji akan selalu membantu Mama Marina dan Alvian."
"Terima kasih, Vira. Aku lega karena ada kamu yang mendukung Alvian."
Ny. Marina berdiri dari duduknya.
"Vira, aku harus menghadiri undangan acara amal bersama teman-temanku. Aku pulang sekarang."
"Mama tidak mau menunggu Raja?"
"Tidak. Lain kali saja aku akan datang mengunjungi kalian," ucap Ny. Marina memeluk Zevira.
...****************...
Hingga jam makan malam, Raja belum pulang dari kantor.
Untuk mengisi waktunya, Cleantha menemani Ivyna menggambar dan mewarnai dengan crayon.
"Ivy, kamu pintar sekali menggambar. Ini gambar kelinci ya?"
"Iya, Mommy Clea."
"Bagian mana yang belum diwarnai? Mommy Clea akan membantu mewarnainya supaya cepat selesai."
"Mommy Clea warnai wortel dan rumputnya," jawab gadis kecil itu sambil mengambil crayon.
"Siap, Ivy."
Menyaksikan keakraban Cleantha dan putrinya, Zevira tidak senang. Ia menyuruh Ivyna untuk menghentikan kegiatannya.
"Ivy, sudah waktunya kamu tidur. Besok kamu harus bangun pagi."
"Iya, Mommy," ucap Ivyna patuh.
"Ningsih, dimana kamu? Bereskan kekacauan ini dan temani Ivy tidur."
"Maaf, Nyonya, saya baru membantu Pak Darma beres-beres di dapur," jawab Ningsih buru-buru datang.
"Kak Vira, biar aku yang membereskan peralatan gambar Ivyna," ucap Cleantha menawarkan bantuan.
"Oke. Tolong bersihkan juga kursi dan mejanya, Clea. Aku tidak tahan melihat bekas-bekas crayon ini. Aku mau istirahat."
Zevira menyuruh Bi Dewi membawanya ke kamar. Sedangkan Cleantha sibuk merapikan alat gambar lalu membersihkan meja yang kotor.
"Clea, apa yang kamu lakukan disini?" tanya Raja mengejutkan Cleantha.
"Tu..an, Anda sudah pulang?"
Raut wajah Raja tampak marah melihat Cleantha bertindak seperti seorang pelayan.
"Jawab pertanyaanku! Apa aku membayarmu untuk menjadi pembantu di rumahku?"
"Tidak, Tuan. Saya cuma membantu menyimpan peralatan gambar Ivyna."
"Aku menyuruhmu untuk istirahat, tapi kamu tidak menghiraukan kata-kataku. Ayo ke kamar sekarang!" titah Raja menarik tangan Cleantha.
Raja mengunci pintu kamarnya lalu menginterogasi Cleantha layaknya seorang detektif.
"Apa saja yang kamu kerjakan seharian ini?"
"Saya hanya...ikut Kak Vira menjemput Ivyna di sekolah."
"Kamu pergi ke sekolah padahal kakimu masih pincang," gumam Raja kesal.
"Selain itu apa lagi?"
"Tidak ada, Tuan."
"Bohong, Pak Darma mengatakan kamu memasak untuk Vira dan melayaninya.
Raja menaikkan intonasi suaranya.
"Dengar, Clea, kamu adalah istri sahku meski hanya di atas perjanjian. Kamu hanya boleh mematuhi perintahku, bukan orang lain. Aku minta jaga sikapmu. Jangan berperilaku sebagai pelayan lagi di hadapan Zevira. Paham?"
Peringatan keras dari Raja membuat nyali Cleantha menciut.
"Saya mengerti, Tuan."
Raja menghela nafas sambil melepaskan jas kerjanya.
"Bukankah kamu seorang sarjana akuntansi?"
"Iya, Tuan."
"Apa kamu belum pernah bekerja?"
"Belum, Tuan. Saya baru saja lulus. Sebenarnya saya ingin bekerja sebagai wanita karier sesuai cita-cita saya."
Entah mengapa Cleantha terdorong untuk mencurahkan isi hatinya pada Raja.
"Kalau begitu aku akan memberimu pekerjaan di kantorku, daripada kamu keluyuran dan melakukan tindakan yang aneh."
"Pekerjaan di kantor Adhiyaksa?" ulang Cleantha.
"Iya, aku akan menyuruh Dion untuk mengatur pekerjaanmu. Mulai Senin depan, kamu bisa bekerja di divisi finance."
BERSAMBUNG
Jangan lupa dukung author agar tetap semangat dengan memberikan Vote, Like, dan comment sebanyak-banyaknya.
Lope you all