Vika Amalia, seorang gadis ceria, giat, tangguh dan juga paling menomor satukan uang di atas segalanya. Keadaan yang membuatnya menjadikan dia matre karena pengalaman buruk keluarganya, Namun, hidup Vika berubah setelah kejadian fatal menimpanya kesalahan yang bukan sengaja terjadi malah jadi cerita baru di hidupnya. Arya Mahesa, adalah seorang Chef terkenal dengan keahlian memasak ala dirinya yang selalu cool terlebih lagi selalu menemukan resep baru di setiap sentuhan masaknya. membuat Arya begitu digemari oleh kaum hawa. dia mencintai Chika (kekasihnya) tapi terjebak dalam kesalahan pada Vika..
cerita menarik untuk mengisi waktu luang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Auzora samudra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kompensasi
"Chef! Aku..."
"Jangan khawatir aku hanya ingin membantumu ke kamar mandi saja" Arya menatapnya dalam, dia benar-benar tulus dan sangat merasa bersalah dengan apa yang sudah terjadi, kemudian membawanya ke kamar mandi dan meletakkan tubuh lemah itu di bathtub, dengan hati-hati dia menarik selimut perlahan walaupun tertahan oleh tangan Vika. Tapi Arya meyakini kalau dia hanya membantu untuk mengisi air di bathtub-nya saja,
"Tolong izinkan, aku hanya ingin membantumu" kemudian gadis itu mengangguk. Tidak ada salahnya juga toh sampai seperti ini pun tentu saja dia sudah lihat semuanya, dan Arya segera mengisi air, serta beberapa tetes aroma terapi agar Vika rileks, lalu meninggalkannya sendiri
Tidak selang beberapa menit
Ting.. Tong...
Suara bell Apartemen berbunyi. Arya terdiam dan berpikir sejenak menerka-nerka Siapa yang datang, sedangkan baru saja dia memegang ponselnya bahkan belum memesan apa-apa.
Seketika dia tersadar kalau yang datang sudah pasti...
"Chika"
Arya terkejut setengah berlari setelah mengingat nama itu, kemudian mengintip melalui door viewer, ternyata benar saja orang yang ada di pikirannya sudah berdiri di depan pintu. Arya panik Bukan main. Bagaimana kalau dia melihat ada Vika di kamarnya dalam keadaan seperti ini?, dan bagaimana kalau dia tahu apa yang telah terjadi pada mereka berdua semalam?. Namun, Arya juga butuh bicara pada Chika demi masa depan hubungan mereka nantinya, Apa yang harus dilakukan sekarang?. Pertanyaan itu berputar di otaknya sampai terpecahkan setelah mendengar...
"Baby, buka pintunya. Aku tahu kamu di dalam. we need to talk,"
Iya Chika. Kita memang perlu bicara, tapi bagaimana dengan Vika?
"Baby aku tidak akan pergi dari sini. Kamu tahu kan, aku seperti apa?" Chika memang Sedikit keras kepala Jika sesuatu yang tidak bisa didapat, maka dia tidak akan menyerah untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Jika aku membiarkan, dia tidak akan pernah pergi, dan bagaimana nanti cara Vika keluar dari sini?
Akhirnya Arya mengalah dan membuka pintu dengan jantung yang seakan melompat-lompat, takut Vika keluar dari kamar mandi dan akan tamat riwayatnya hari ini juga.
"Baby. I m sorry" Chika merentangkan tangan dan memeluknya setelah Pintu itu terbuka "maaf sayang, aku terlalu egois untuk kepentingan diriku sendiri. Harusnya kita tidak perlu membahas ini, karena kamu kan tahu alasanku tidak ingin menikah dalam waktu dekat ini kenapa?" seperti biasa Chika selalu bermanja-manja
"A.. aku tahu, aku juga egois karena memaksamu" Arya berkata agak gugup hatinya masih kesal atas penolakan Chika semalam, tapi otaknya tidak berhenti memikirkan Vika
"Are you oke?" Chika merasa sedikit ada yang berbeda dengan sikap kegelisahan kekasihnya, tidak biasanya seperti ini, dan memang sangat nyata kalau ada yang sedang dia tutupi
"I m ok. Maaf aku sedikit kurang sehat, We'd better talk later" Arya menyeka tengkuknya yang berkeringat karena tidak tenang, untung saja Chika berpikir positif dengan melihat keadaannya seperti ini, mungkin memang sedang sakit
"Really? It's okay, kalau begitu Aku akan merawat mu" seperti biasa dia selalu perhatian
"No Baby, aku hanya butuh istirahat saja" Arya semakin panik dengan niat baik Chika untuk merawatnya, gadis itu benar-benar keras kepala, dan gilanya lagi, baru kali ini dia menolaknya karena ada Vika. Kemudian ia tersadar. Kalau Vika Sudah lama di kamar mandi dan bagaimana kalau Gadis itu keluar lalu dilihat Chika?. Arya juga berpikir yang lebih tidak masuk akal lagi, kalau gadis itu akan bunuh diri.. pikirannya benar-benar kacau sekarang
"Aich" tiba-tiba keluar begitu saja dari mulutnya yang membuat Chika heran
"Why baby"
"Ah...no, I'm just a little dizzy"
"Baiklah, You rest, I won't disturb" Chika mencium pipi kanan kiri Arya, kemudian dia pergi karena melihat pria itu sudah tidak nyaman. Barulah Arya bisa menarik nafas dalam dan menghembusnya secara perlahan. Detak jantung yang tadinya berdebar sangat kencang kini perlahan mulai bisa dikondisikan lagi
Dan kemudian dia kembali ke kamar memeriksa keadaan Vika, Ternyata Gadis itu tahu kalau ada Chika di sana tadi, meskipun ini sangat membuatnya tidak enak hati karena antara dirinya dan Arya adalah sebuah kecerobohan. Vika berharap ini adalah mimpi buruk yang akan segera berlalu dan menatap kembali dunia dalam keadaan baik-baik saja seperti sebelumnya
Arya menghampiri Vika perlahan, memberikan sebuah handuk kimono agar bisa menutupi tubuhnya, namun tidak sepatah kata pun yang terucap dari bibir keduanya. Mereka benar-benar sangat kaku dan bingung harus bertanya, berbicara, atau bercerita. Sampai Vika duduk di sofa masih dengan tatapan yang kosong. Arya juga memberikan segelas teh hangat namun keduanya masih sama-sama diam. Akhirnya untuk saat ini pria itu memutuskan memesan makanan dan pakaian terlebih dahulu. Baru akan membicarakannya nanti dalam keadaan tenang.
Pesanan makanan juga pakaian sudah datang. Lalu keduanya langsung sarapan dan Vika pun segera mengenakan pakaian yang telah dibeli Arya. Suasana kini terlihat lebih tenang, raut wajah Vika pun berubah biasa saja dibandingkan tadi yang menunjukan kesedihan.
"Kita sama-sama dewasa" tiba-tiba Vika mulai bicara "Dan kejadian ini juga dibawah kesadaran masing-masing, intinya memang gak ada paksaan" Dia menunjukan keseriusannya, namun siapa sangka kejadian sebenarnya Arya lah yang memaksanya
"Tapi aku telah mengambil..." Perkataan Arya terhenti
"Bukankah jaman sekarang, itu bukan prioritas utama wanita untuk tidak bisa bertahan hidup?. Lagipula ini sebuah kecelakaan" wajah Vika memang terlihat biasa saja. Namun dalam hatinya dia terus menangis
"Tapi tetap saja. Masa depan kamu bagaimana?" Arya masih merasa bersalah
"Masa depan saya akan baik-baik aja. Gak semua pria mau mempermasalahkan masa lalu wanita. Lagipula hidup ini tergantung materi.. siapa pun akan dihormati kalau dia kaya. Bukan dari pribadinya" tegas Vika
"Kau benar-benar tidak menyesal?"
Vika hanya menggeleng dan tersenyum. Dia berusaha menguatkan dirinya sendiri kalau ini adalah sebuah kesalahan yang bukan untuk diamalkan dan dikenang. Namun baginya hidup ini hanya butuh ekonomi, bukan keterpurukan yang tidak berarti
"Bagaimana kalau saya bayar kerugianmu dengan materi juga?. Dan untuk dekorasi kemarin saya akan transfer sekalian!" Arya bukan mau merendahkan Vika dengan uang. Tapi dia tau betul gadis itu menyukainya
"Haha.. apakah itu sama saja saya menjual diri?"
"jangan tersinggung, bukan begitu maksud saya. Ini hanya sebagai kompensasi atas kerugian yang sudah ku perbuat padamu. Saya berharap kamu bisa menerimanya" Arya begitu sangat hati-hati meyakinkan Vika untuk dia menerima tawarannya
ambil aja ya, lagian aku memang sangat dirugikan. sepertinya lebih baik ada bayaran dari pada tidak, akan tambah rugi
"baiklah saya tunggu transferan nya" Vika tersenyum sampai membuat Arya terkejut, dia tidak menyangka kalau Vika benar-benar menyetujuinya, gadis ini memang sulit ditebak. Orang lain pasti sudah merengek untuk minta pertanggung jawaban, tapi pemikiran dia sangat terbuka dan tidak ambil pusing, padahal kejadian ini biasa saja menghancurkan masa depannya kalau sampai Vika hamil
"Karena udah gak ada lagi yang perlu dibicarakan, jadi sebaiknya saya pamit" Vika berdiri yang diiringi Arya juga ikut berdiri
"Saya akan mengantar mu"...