Istri Bayaran Milik Tuan Raja
“Kamu itu anak pembawa sial. Gara-gara melahirkanmu, bundamu sampai meninggal dunia.”
Kalimat itu selalu terngiang-ngiang di kepala Cleantha. Sepenggal kalimat yang acapkali membuatnya terperosok ke dalam lubang kepahitan yang luar biasa. Lebih parahnya lagi, kalimat miris itu terucap dari bibir ayahnya sendiri. Seorang ayah yang seharusnya hadir sebagai sosok yang melindungi dan menyayanginya. Namun yang terjadi malah sebaliknya. Sang ayah mengutukinya dan memberikannya sebuah label menyakitkan sebagai anak pembawa sial.
Sejak masih kanak-kanak, sedikit saja Cleantha melakukan kesalahan, ia pasti dimaki-maki. Namun siapa yang mau peduli dengan keadaannya. Kakak perempuannya, Keyla, hanya memikirkan dirinya sendiri. Ia terbiasa diam seribu bahasa, berlagak tidak mendengar dan melihat perlakuan papanya. Terkadang ia malah ikut mendukung papanya dalam memarahi Cleantha.
Keadaannya makin diperparah ketika papanya menikah lagi. Tante Ana, sahabat mendiang ibundanya, yang kini telah menjadi ibu tirinya, ternyata juga bersikap buruk padanya. Bagaimanapun di rumah, ia hanya menjadi seorang anak buangan. Dianggap tidak berguna, membawa kesusahan dan hanya layak diperlakukan sebagai pesuruh.
Namun Yang Kuasa tidak selamanya memberikan cobaan yang melebihi kekuatan hamba-Nya. Meskipun Cleantha tumbuh menjadi gadis yang pendiam dan tertutup, tapi ia dianugerahi kecerdasan melebihi teman-teman sekolahnya. Ia menjadi juara kelas dari Sekolah Dasar, hingga akhirnya mendapatkan beasiswa untuk masuk ke universitas ternama di kotanya.
Pernah suatu hari terlintas di dalam benak Cleantha untuk mengakhiri hidupnya. Namun entah mengapa malam harinya, ia memimpikan Bundanya datang dan memeluknya. Sejak lahir ia memang belum pernah melihat sang ibu, namun Cleantha kerap kali memandangi foto-foto wanita yang melahirkannya itu lewat album. Dari situlah, ia selalu mengingat wajah cantik ibunya dan menyimpannya di pikiran bawah sadarnya.
"Cleantha, jangan sedih, Sayang. Bunda menyayangimu. Bunda bangga padamu," ucap Bundanya membelai lembut rambut hitam Cleantha.
Meski itu hanya sebatas mimpi, untuk pertama kalinya Cleantha mengetahui bagaimana rasanya disayang dan diinginkan sebagai seorang anak. Hingga tak terasa ia bangun dari tidur sambil menghapus buliran air mata yang menetes di kedua pipinya.
“Sepertinya Bunda datang untuk memberiku semangat hidup lagi. Bunda, aku berjanji seberat apapun masalah yang kuhadapi, aku tidak akan putus asa. Aku akan berjuang melewatinya demi Bunda,”
gumam Cleantha berjanji di dalam hatinya.
Setelah malam itu, hari demi hari Cleantha berharap bisa bertemu Bundanya lagi di dalam mimpi. Sayangnya, harapannya itu tidak pernah menjadi kenyataan.
****************
Seminggu sesudah wisudanya sebagai sarjana ekonomi, Cleantha sedang mengikuti seleksi wawancara kerja di sebuah bank swasta. Namun mendadak ia mendapat kabar buruk dari Keyla, kakaknya.
Ayahnya, Sigit Hastomo, tiba-tiba mengalami serangan stroke untuk kedua kalinya. Cleantha benar-benar terkejut dengan keadaan itu. Tapi ia tidak mampu berbuat apa-apa. Setengah berlari, Cleantha meninggalkan tempat wawancaranya. Ia menaiki taksi dan segera menyusul Keyla dan Tante Ana ke rumah sakit.
"Clea, kata dokter kita harus memindahkan Ayah ke rumah sakit Citra Husada yang fasilitasnya lebih lengkap. Ayah harus menjalani operasi karena mengalami perdarahan otak. Tapi biaya operasi itu sangat mahal. Tabungan Kakak saja tidak akan cukup untuk membiayainya. Apalagi uang Kakak selama ini habis untuk membeli obat Ayah," ucap Keyla nampak tertekan.
Tante Ana yang ikut-ikutan menangis, memandang Cleantha dengan tatapan sinis.
"Clea, sekali ini bisa tidak kamu menjadi anak yang berguna? Lihat keadaan ayahmu sekarang. Kalau dia sampai tidak tertolong, kamu akan jadi yatim piatu dan Tante akan menjadi janda. Apa sampai sekarang kamu belum mendapat pekerjaan juga?"
"Maaf, Tante Clea baru saja ikut seleksi tahap kedua di bank. Clea belum mengetahui apakah akan lolos atau tidak," jawab Clea tertunduk.
"Percuma saja kamu lulus dengan predikat cum laude kalau cari pekerjaan saja susah. Apa kamu mau berakhir jadi pengangguran?"
Tidak diduga oleh Cleantha, Keyla kali ini angkat bicara untuk membelanya.
"Tante, Clea baru saja diwisuda, mana mungkin bisa mendapat pekerjaan secepat itu. Lagipula ini bukan waktunya kita membahas masalah Clea. Kita harus memindahkan Papa dan mencari uang untuk biaya operasi."
Keyla menarik nafas panjang seraya memijat keningnya sendiri. "Aku cuma punya uang lima juta. Darimana aku mendapatkan sisa tiga puluh juta lagi?"
"Kak, maaf, aku sekarang belum punya pekerjaan. Tapi aku punya sisa tabungan satu juta rupiah dari hasil kerjaku sebagai asisten dosen semester lalu."
"Satu juta rupiah? Jumlah sekecil itu bisa membantu apa, Clea?" tukas Keyla seraya mendengus kesal.
"Apa Tante bilang Key, adikmu itu memang gadis yang tidak berguna. Pantas saja Mas Sigit sangat membencinya."
Tante Ana berdiri dari duduknya dan mendekati Keyla.
"Sebenarnya Tante punya satu solusi untuk masalah ini."
"Katakan saja Tante. Toh, aku sudah tidak punya cara lain untuk mendapatkan uang."
"Begini Key, Tante punya kenalan seorang rentenir. Namanya Tante Puspa. Dia bisa meminjamkan uang tiga puluh juta untuk kita."
"Hah rentenir??? Dia pasti akan mengenakan bunga yang tinggi. Hutang kita bisa jadi berlipat ganda, Tante."
"Key, kamu harus berani mengambil resiko demi keselamatan ayahmu. Lagipula Tante Puspa itu teman lama Tante. Dia tidak akan terlalu kejam pada kita."
"Tidak, Tante. Aku tidak mau," jawab Keyla menolak ide dari ibu tirinya.
"Terserah kamu, Key. Mungkin kamu lebih suka melihat ayahmu meninggal dunia."
Mendengar pembicaraan tersebut, Cleantha terdiam. Ingin sekali rasanya ia memberikan solusi. Berbuat sesuatu untuk menolong ayah dan kakaknya. Namun posisinya yang tidak memiliki uang, membuatnya gagal melakukan niatnya itu.
Tiba-tiba saja muncul keberanian di dalam diri Cleantha. Inilah kesempatan baginya untuk menunjukkan bahwa dia bukanlah anak pembawa sial. Dulu kelahirannya telah menyebabkan bundanya pergi untuk selamanya. Dan kini ia memperoleh kesempatan untuk mencoba menyelamatkan hidup ayahnya.
"Tante, pinjam saja uang tiga puluh juta pada teman Tante. Aku yang akan menjamin pembayarannya."
Spontan, Keyla dan Tante Ana membelalakkan matanya.
"Kamu sedang bercanda, Clea? Dengan apa nanti kamu membayar uang sebanyak itu?" tanya Keyla terperangah.
"Mungkin adikmu ini sedang tidak waras, Key. Atau dia berencana melakukan sesuatu yang tidak terpuji untuk membayar hutangnya," sindir Tante Ana.
"Tidak, Tante. Aku yakin akan segera mendapatkan pekerjaan. Setelah itu tiap bulan aku akan membayar bunga dan mencicil pokok pinjamannnya dengan gajiku."
"Percaya diri sekali kamu. Tapi baiklah Tante akan menuruti permintaanmu. Kalau begitu kita berangkat sekarang," ajak Tante Ana menarik tangan Cleantha.
"Tunggu!" seru Keyla menahan Cleantha.
"Clea, apa kamu yakin akan menjadi penjamin hutang itu? Kalau kamu ternyata tidak mampu membayar hutang lalu terjadi sesuatu padamu, aku tidak mau ikut campur."
"Iya Kak, aku akan menanggung semuanya sendiri. Sekarang lebih baik Kakak bawa Papa ke rumah sakit Citra Husada," jawab Cleantha berusaha tegar.
"Oke, kalau itu keputusanmu, maka aku tidak akan menghalangimu."
****************
Cleantha memasuki sebuah rumah besar berlantai dua, yang di depan pagarnya dijaga oleh para bodyguard berbadan besar. Sebelum kesana, Tante Ana sudah menghubungi teman rentenirnya guna membuat janji temu. Dari ekspresi Tante Ana yang terlihat ceria, sudah jelas temannya itu menyetujui pertemuan mereka.
Tanpa keraguan, Cleantha mengikuti langkah ibu tirinya menuju ke ruang tamu rumah itu yang terlihat cukup luas.
"Ana," sapa seorang wanita bertubuh gempal dengan make up tebal.
Wanita berusia empat puluh tahunan itu memeluk Tante Ana dengan erat. Dari dekat, tampak jelas kalung berlian, gelang, dan cincin emas yang menghiasi jari jemari wanita itu.
"Puspa, sudah lama kita tidak bertemu," balas Ana memeluk temannya.
"Iya, kamu kesini karena ingin meminta bantuanku, kan? Silakan duduk, jangan malu-malu."
Tante Puspa melirik sekilas ke arah Cleantha.
"Siapa gadis muda yang cantik ini, Ana?"
"Perkenalkan ini Cleantha, anak tiriku. Aku mengajaknya kesini karena dia yang sebenarnya punya permohonan khusus padamu," ucap Ana penuh arti.
"Hmmmm, apa benar Cleantha? Kamu yang berminat meminjam uang pada Tante?" tanya Puspa melancarkan tatapan tajamnya.
Cleantha hanya menunduk, tidak berani menatap langsung ke mata wanita itu. Ia menggenggam telapak tangannya sendiri yang dingin dan berkeringat.
"I..iya Tante. Saya...mau meminjam uang tiga puluh juta untuk operasi ayah saya."
"Tiga puluh juta? Itu jumlah yang tidak sedikit, Cleantha. Jika seumpama Tante memberikan uang itu padamu, apa kamu punya cukup jaminan untuk bisa mengembalikannya? Ingat, Tante mewajibkan pembayaran bunga secara rutin. Dua puluh persen per bulan."
"Sa...ya...menjaminkan diri saya sendiri, Tante. Saya akan melunasi semua hutang itu beserta bunganya."
"Bagus, jadi kamu adalah jaminannya. Tapi Tante butuh kepastian bukan hanya janji. Karena itu kamu harus menandatangani perjanjian tertulis. Berikan kartu identitasmu dan nomor rekening bankmu. Tante akan menyiapkan perjanjiannya dulu. Tunggu disini!"
Puspa berjalan cepat meninggalkan ruang tamu. Dari luar, Cleantha bisa mendengar suara Puspa yang sedang berbicara dengan seseorang.
Dalam keresahan, Cleantha menunggu tanpa berbicara sepatah katapun kepada ibu tirinya. Sekitar lima belas menit kemudian, Puspa keluar dengan membawa selembar kertas di tangannya. Dengan senyum lebar, ia menyodorkan kertas itu kepada Cleantha.
"Tanda tangani surat ini, maka tidak kurang dari lima menit, uang tiga puluh juta akan masuk ke rekeningmu."
"Saya harus membaca dulu isi perjanjiannya, Tante."
"Cleantha, biar Tante yang baca supaya cepat selesai. Ayahmu membutuhkan uangnya sekarang," ucap Ana merebut kertas itu dari tangan Cleantha.
Bola mata Ana bergerak ke kanan dan ke kiri saat mempelajari isi perjanjian itu.
"Ini tanda tangani saja. Puspa sudah membuat perjanjian yang menguntungkan untukmu."
Dengan tangan gemetar, Cleantha membubuhkan tanda tangannya di atas surat perjanjian bermaterai itu.
"Good, Cleantha. Sekarang Tante akan langsung mengirimkan uangnya padamu," ucap Puspa menekan tombol angka dari ponselnya.
BERSAMBUNG
..........
Bantu dukung author dengan like, vote, dan beri komen sebanyak-banyaknya.
Thank you
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
awal cerita yg menarik thour, ngk di mana2 mm tiri itu racun suruh aja dia jual diri nekat kawinin suami org. dasar jalang
2024-08-28
0
Mimi Ilham
mampir
2023-07-04
0
Oh Dewi
mampir ah mana tau seru.
Btw, aku pernah baca novel yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu, itu keren banget. Kalo search jangan lupa tanda kurungnya
2022-08-21
1