Warning!!
Cerita ini untuk usia 21+, mohon bijak dalam memilih bacaan sesuai usia.
Menceritakan tentang wanita bernama Emma Fiorella (26) yang dimutasikan dari perusahaan cabang ke perusahaan pusat dan bertemu dengan seorang anak kecil yang menabraknya ketika dirinya sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan dan membentak ayah anak kecil itu. Namun siapa sangka pria itu ternyata adalah pemilik perusahaan dimana ia bekerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gelsomino, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17: Si kembar
"Pokoknya kami mau bertemu dengan daddy...titik..." ucap Lucio kuat membuat orang orang yang ada disana menatap mereka.
"Mmmmm.....kalian sudah makan siang tidak?" tanya Emma mengalihkan pembicaraan mereka.
Lucio menggeleng.
"Bagaimana kalau kalian makan dulu baru menemui Pak Javier.." tawar Emma. Leon berbisik pada saudara kembarnya. Lucio tersenyum, keduanya lalu mengangguk.
"Ayo..kakak akan membawa kalian makan.." ajak Emma membawa kedua anak itu ke kantin perusahaan.
"Kami tidak mau makan disini.." ucap Leoncio setibanya di kantin perusahaan.
"Kalian tidak usah khawatir, makanan disini enak kok," tukas Emma.
"Kami tidak mau disini. Kami mau makan di tempat lain saja.." ujar Lucio sarkas.
"Ya sudah...kita cari makan diluar saja kalau begitu," ucap Emma dengan sabar menghadapi kedua anak bosnya. Bisa panjang urusannya jika tidak menuruti kemauan anak bosnya. Bisa-bisa ia akan berhadapan dengan bos dinginnya itu.
Dan disinilah mereka saat ini, disebuah restoran bintang 5 yang letaknya tidak jauh dari tempat kerjanya. Kedua anak itu meminta Emma membawa mereka kesini.
Lucio dan Leon tampak sedang memilih makanan untuk mereka. Cukup lama waktu yang mereka habiskan untuk memilih makanan. Setelah memilih menu mereka lalu bermain game dari ponselnya menunggu pesanan datang.
Tak lama kemudian pramusaji mengantarkan makanan untuk mereka. Emma terkejut saat melihat meja mereka penuh dengan makanan. Ini bukan porsi untuk dua orang, tapi 10 orang.
"Astaga...apa mereka sengaja melakukannya. Makanan yang dipesan juga makanan mahal. Sementara dirinya hanya memesan kopi saja. Habislah sudah dirimu Emma," batinnya memikirkan cara membayarnya.
Emma terdiam menatap dua bocah didepannya sembari menyeruput kopinya. Awalnya ia sangat sulit membedakan keduanya. Untung saja salah satu diantara mereka memiliki tahi lalat di sudut matanya.
"Kami sudah kenyang..." ujar Lucio hampir membuat Emma menyemburkan kopi yang ada di mulutnya. Mereka hanya makan sedikit saja. Bahkan 1 piring saja tidak habis.
Lalu bagaimana dengan makanan yang belum disentuh. Kalau hanya makan sedikit mengapa mereka memesan makanan begitu banyak. Atau jangan-jangan kedua anak itu memang sudah makan dan hanya ingin mengerjai Emma saja.
"Kenapa cepat sekali, ayo habiskan yang lainnya. Sayang kalau di buang," ujar Emma.
"Kamu saja yang menghabiskannya. Kami sudah kenyang," kata Leon dengan sombong.
"Sabar...Emma...sabar...mereka anak bos mu," batin Emma.
"Ya sudah kalau begitu tunggu disini dulu, kakak akan membayarnya," ucap Emma lalu pergi menuju kasir.
"Pak meja no 19," ujar Emma pada kasir. Laki-laki itu lalu menyebutkan tagihannya. Emma melihat dompetnya dang menghitung uang cash yang dimilikinya. Bahkan itu saja tidak cukup. Akhirnya Emma memberikan atm card nya.
"Belum juga gajian, pengeluaran sudah sebanyak ini," gerutu Emma dalam hatinya.
"Pak, makanan yang saya pesan masih banyak yang belum kami makan. Kami sedang buru-buru, bisa tolong dibungkus tidak, " pinta Emma tidak ingin membuang makannya begitu saja, apalagi ia sudah mengeluarkan uang banyak.
"Baik Nona," ucap kasir. Emma lalu kembali kemejanya.
"Lain kali jangan memesan makanan berlebih kalau tidak habis ya. Kan sayang kalau terbuang gitu aja," ujar Emma pada kedua anak itu dengan lembut.
Leon dan Lucio pikir Emma akan marah pada mereka. Ternyata rencana mereka gagal.
"Memangnya kenapa?, terserah kami. Uang daddy banyak kok. Daddy saja tidak marah," pungkas Lucio membuat Emma geleng kepala. Dasar orang kaya.
"Permisi Nona" panggil pramusaji. Emma kemudian berbalik.