kisah gadis cantik yang bernama bunga lestari, yang mengejar cinta seorang pemuda bernama Keenan xabiru baskara, cinta nya tak pernah terbalas kan, apalagi orang tua bunga tak menyayangi nya sejak masuk sekolah, karena bunga dianggap bodoh!!!
bagaimana kisah perjalanan hidup bunga yuk simak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon putrinw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB .26
"Baiklah semua nya persembahan terakhir dari adik kita lagi ini, yang cantik dan menawan yang akan membacakan puisi.
"Silahkan maju kepada ananda Bunga lestari ucap MC dengan nada semangat nya.
"selamat siang semua nya , terima kasih buat bapak dewan juri dan juga para orang tua murid serta para beberapa tamu penting yang turut hadir merayakan karnaval sekolah, di SMA Garuda yang kita cintai ini ucap bunga dengan tersenyum indah.
"Pertama tama saya bunga lestari akan membawa kan sebuah puisi yang akan menghibur para penonton sekalian ucap nya dengan senyum manis.
Treng.... Treng... Treng musik pun dimulai
“Semua tak seperti yang diharapkan. Cinta hanya ada dalam mimpi, cinta hanya ada dalam hati, cinta hanya terungkap dari tulisan ini.”
“Kali ini pagi menceritakan tentang dingin malam, tentang kopi yang begadang, dan doa-doa sisa air mata.”
“Ternyata aku masih terlalu mentah untuk mekar bersamamu, aku masih terlalu kanak-kanak untuk mengiringi langkahmu. Untuk lembar-lembar berikutnya, tulislah kisah barumu.”
“Hari kemarin atau esok sama saja dengan hari ini. Duka dan suka menjadi seirama lagu, matahari di luar, matahari dalam hati menyatu dalam kepiluan sukmaku.”
"Ada yang meleleh di ujung kedua mataku, begitu goretan-goretan pena itu selesai kubaca. Ternyata bendungan air mataku tidak terlalu kuat sehingga jebol lagi, meski baru sedikit.”
“Hati ini bergetar kala sepasang manik mata indah itu menatapku. Pandanganku terhalang keindahannya. Sekujur tubuh lemas seketika dan mulai tersadar. Kini kau milik orang lain. Apa daya diri ini? Bukan siapa-siapa yang mencintaimu.”
“Maafkan untuk setiap silap kata yang kuucap. Maafkan untuk setiap salah sikap yang kuperbuat. Kini, aku hanya ingin kamu percaya, hatiku masih tetap milikmu, satu-satunya.”
"Setiap lembaran yang diujikan esok pun seakan menjadi tissue, basah oleh tangis dan tetesan air mata. Terima kasih telah menguji sebelumnya ujian yang sebenarnya."
"Harus jadi apa aku ini supaya dekat denganmu? Jadi angin? Percuma, tak bisa kamu lihat. Jadi air? Percuma, tak bisa kamu genggam. Menjadi sosok nyata cukup membatasiku untuk mencintaimu. Dan kini aku hanya bisa diam ditemani rindu yang murung di relung hati. Menumpahkannya lewat syair untukmu."
“Kalau saja takut adalah wujud rasa, seharusnya aku bisa mencoba menikmatinya. Biarlah ketakutan ini membuatku merasa sakit, membuatku sadar betapa kecil, lemah, dan rapuhnya aku. Biarlah pagi ini takut menemaniku.”
"Segala ruang pada akhirnya akan menemui sunyi dan kekosongannya sendiri. Begitu pun tempat yang kau namai hati."
"Tak ada yang tersisa lagi untukku, selain kenangan-kenangan yang indah bersamamu. Mata indah yang dengannya aku biasa melihat keindahan cinta, mata indah yang dahulu adalah milikku, kini semuanya terasa jauh meninggalkanku."
"Selamat tinggal insan yang kukagumi. Aku akan berlayar di atas aliran air mataku. Semoga kau bahagia, begitu pula denganku."
“Ada denting nada luka yang mengalun sepi di relung hati, bila ingatan akan dirimu hadir mengusik. Telah kucoba melangkah menjauh darimu, melupakan beningnya tatap bola matamu. Sayangnya, aku tak pernah bisa.”
"Ketika itu dirimu di sana. Tak dapat kuraih dengan tanganku. Namun, bayangmu yang hadir dalam khayalan selalu dapat kusentuh dengan ingatanku."
"Habiskan waktu dengannya. Pahami ia. Lalu, berjalanlah ke arah pintu dan katakan padanya untuk pergi karena ini adalah waktumu untuk menyambut kebahagiaan." – Najwa Zebian
“Maafkan aku. Aku sudah meragukan cintamu. Aku sadar bahwa dia tidak pantas untukku. Kini hanya sesal menghampiriku. Sekarang sudah percuma untuk menyesal, karena kau sudah pergi jauh dariku.” – Debora Natalia
"Aku masih di sini, merawat rindu di tepi sunyi, selalu setia menemani, suka duka cinta ikhlas kujalani. Rasa ini, mengurat nadi menyanubari. Kau selalu indah di hati, rindu temani sepiku." –Hendrix
"Jiwa ini telah mati, tak sedikit pun untukku tersisa. Detak waktu pun berlalu dan perih masih terasa. Dua hati dan dua jiwa tak lagi bicara. Kini yang tertinggal hanya rasa sakit dan duka.” – Doniex
“Aku rela jika harus memandangimu walau tak sedikitpun tersudut senyum di bibirmu. Aku sanggup jika harus berkali-kali ditampar oleh kata-katamu yang tak pernah mau menerimaku. Aku terima jika kau terus-menerus menyuruhku untuk pergi tinggalkanmu dan jangan pernah kembali.” –Nur Rahmawati
rasain...