Namanya Erik, pria muda berusia 21 tahun itu selalu mendapat perlakuan yang buruk dari rekan kerjanya hanya karena dia seorang karyawan baru sebagai Office Boy di perusahaan paling terkenal di negaranya.
Kehidupan asmaranya pun sama buruknya. Beberapa kali menjalin asmara, beberapa kali pula dia dikhianati hanya karena masalah ekonomi dan pekerjaannya.
Tapi, apa yang akan terjadi, jika para pembenci Erik, mengetahui siapa Erik yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Berikutnya
Hari pun kini berganti.
"Selamat pagi, Tuan besar," sapa seseorang begitu masuk ke dalam ruang makan. Sosok tersebut agak kaget kala menatap orang lain yang ada di sana, selain Tuan besar.
"Selamat pagi," sapa Castilo yang sedang duduk santai sembari menikmati teh hangat buatan istrinya. Sementara itu, Namira sedang sibuk menyiapkan hidangan untuk sarapan.
"Ini, Tuan, pesanan yang tadi anda minta," ucap sang tamu menyodorkan dua koper. Meski penasaran, sosok itu tidak berani bertanya tentang keberadaan wanita tersebut.
Castilo mengangguk, lalu dia berteriak. "Erik!"
sosok yang baru datang itu pun kembali dibuat kaget kala mendengar Castilo berteriak memanggil seseorang.
Tak lama setelah Castilo berteriak, muncullah seorang pemuda dari lantai dua, menghampiri tuan besar.
"Ada apa, Yah?"
Sang tamu semakin terkejut kala anak itu dengan santai melempar pertanyaan pada Castilo dan dia merasa telinganya salah mendengar karena pemuda itu memanggil Castilo dengan sebutan Ayah.
"Perkenalkan, ini anak saya dan itu istri saya," ucap Castilo yang seakan mengerti keterkejutan yang ditunjukan sang tamu melalui wajahnya.
"Istri? Anak? Maksud Tuan besar?" Sosok itu benar-benar syok dan bingung dengan apa yang baru dia dengar. Namun, sosok tersebut tiba-tiba teringat sesuatu.
"Jangan-jangan, acara di kantor hari ini untuk memerkenalkan mereka, Tuan?" terka sosok tersebut.
Castilo mengangguk. "Mulai sekarang, suruh karyawan kamu hanya melayani dua orang ini. Karena mereka keluarga Castilo yang sebenarnya," titahnya.
"Terus, Nyonya ..."
"Mereka dan anak-anaknya sudah tidak ada hak," sambar Castilo, mengerti apa yang hendak dikatakan tamunya. "Sekarang, kamu bantu anak saya, untuk mempersiapkan diri."
"Baik, Tuan," sosok tersebut menatap Erik. "Mari,, Tuan muda."
Erik begitu canggung dengan sebutan yang baru saja dia dengar. Dia pun hanya mengangguk, lalu mengajak orang itu menuju ke kamarnya.
"Orang milih baju, nggak ngukur tubuh anaknya seperti apa," gerutu Namira sembari meletakkan telur orak arik campur daging cincang di atas meja.
"Aku kan nggak tahu, kalau anak kita segede itu. Lagian aku juga nggak beli terlalu banyak dulu," Castilo membela diri.
"Untung cuma baju kerjanya doang yang ukurannya salah," Namira masih menggerutu sembari membersihkan kotoran yang tercecer di dapur yang dia gunakan.
Sosok yang baru datang tadi adalah pemilik butik terkenal di kota ini. Butik tersebut sudah menjadi langganan orang-orang kaya termasuk Castilo. Sosok tersebut tadi datang dengan membawa beberapa pasang pakaian kerja yang ukurannya pas di tubuh Erik.
Hingga beberapa menit kemudian.
"Wuih! Anak Ibu tampan sekali!" puji Namira begitu menyaksikan anaknya yang sudah berpakaian lengkap seperti Ayahnya.
"Tapi nggak nyaman, Bu," ucap Erik agak kurang percaya dirim
"Karena kamu belum terbiasa aja. Nanti lama-lama juga nyaman," ucap Castilo.
"Ya udah, kita sarapan dulu," ucap Namira, lalu dia melempar pandangan pada sosok lain yaitu pemilik butik. "Eh, Tuan, sini, sarapan sekalian."
"Saya?" pria pemilik butik lagi-lagi dibuat kaget.
"Iya, kamu, siapa lagi, sini," dengan entengnya Namira mengajak orang lain untuk sarapan bersama.
"Nggak usah, Nyonya. Saya ..."
"Nggak usah nolak. Kamu pagi-pagi sekali udah dikasih tugas sama Tuan besar, pasti kamu belum sarapan kan? Sini, sarapan sekalian."
"Tapi, saya ..."
"Nggak usah, sungkan, duduklah," Castilo langsung memberi perintah yang tidak mungkin bisa ditolak oleh pemilik butik itu.
"Baik, Tuan, terima kasih," dengan canggung pria itu duduk pada salah satu kursi yang ada di sana. Seumur hidup berbisnis dengan keluarga Castilo, baru kali ini, dia makan dalam satu meja yang sama dengan suasana yang begitu santai.
"Makan yang banyak ya? Kebetulan saya masak banyak pagi ini," titah Namira nampak begitu senang.
"Nggak perlu canggung, Tuan. Ibu memang suka kaya gini," Erik pun ikut bersuara.
"Baik, Tuan muda." Meskipun terlihat patuh, tapi tetap saja rasa canggung menyelimuti pria itu.
"Kamu siapin makanan buat siapa lagi, Sayang?" tanya Castilo begitu matanya menangkap Namira sedang mengisi dua piring dengan hasil masakannnya.
"Buat penjaga rumah. Orang ngasih tugas mendadak banget. Kasihan kan, mereka pasti dari rumah juga belum sarapan?" sungut Namira ketus. Lalu dia melenggang sembari membawa dua piring makanan keluar rumah.
Castilo tersenyum, menatap kepergian istrinya. "Apa ibumu masih suka ngajak-ngajak tetangga untuk makan bareng?" tanya pria itu sembari mulai menikmati hidangan yang sudah tersaji di hadapannya.
"Ya begitulah, Ibu. Apalagi kalau dagangannya nggak habis. Daripada dibuang, kalau masih layak makan, ya dikasih ke tetangga," jawab Erik. Castilo nampak manggut-manggut.
"Nyonya besar, baik banget ya, Tuan besar," puji si pemilik butik.
"Pastinya. Maka itu, saya merasa bangga bisa mendapatkan wanita seperti itu," ucap Castilo tanpa ragu.
"Emang ibu dari dulu kaya gitu, Yah?" Erik pun jadi penasaran.
Castilo mengangguk. "Awalnya Ayah ketemu sama Ibu juga gara-gara makanan. Dulu tuh, Ayah main kejauhan dan uang Ayah dicopet. Di saat Ayah sedang kebingungan dan kelaparan, Ayah ketemu Kakek sama Ibu kamu. Ayah ditawarin makan setelah Ibumu tahu, kalau aku itu nyasar dan kehilangan uangku."
"Wahh, kisah, Tuan besar, ternyata seromantis itu yah?" puji si pemilik butik.
Lagi-lagi Castilo tersenyum senang. "Tapi yang bikin Ayah jatuh cinta sama ibumu ya, karena galaknya itu. Bikin gemas."
"Astaga!" pekik dua pria yang ada di sana.
"Pantes, Ayah dari kemarin pasrah aja dimarahin Ibu seharian," ucap Erik.
Castilo tertawa renyah. "Hahaha ... tapi kan, pada akhirnya Ibumu luluh juga, dan Ayah berhasil ngajak Ibu bikin adik buat kamu."
"Ya ampun!" si pemilik butik kembali kaget. Dia bahkan sampai tercengang beberapa saat, kala menyadari, sosok Castilo saat ini, nampak berbeda dari biasanya.
Lebih dari sepuluh tahun menjadi orang kepercayaan Castilo dalam urusan busana, baru kali ini, si pemilik butik merasakan sikap Castilo yang begitu hangat. Bahkan dengan kedua anak lainnya pun Castilo tidak pernah sehangat ini. Apa lagi dengan orang lain.
"Udah dibilangin, kalau di depan anak tuh ngomongnya dijaga!" seru Namira. Castilo hanya tersenyum lebar sembari terus menikmati hidangannya.
"Erik, semalam kamu menghabiskan uang hampir dua puluh juta, buat apa saja sih?" begitu duduk, Namira langsung mengintrogasi anaknya. "Bukan untuk melakukan hal yang nggak benar kan?"
"Ya nggak lah, Bu," bantah Erik. "Kok Ibu tahu, aku menghabiskan uang sebanyak itu?"
"Kan setiap kali kamu transaksi menggunakan kartu itu, ada pemberitahuan masuk ke ponsel Ayah," jawab Namira. "Katakan, buat apa aja!"
"Oh, gitu," Erik nampak manggut-manggut," jadi, semalam aku tuh," Erik lantas menceritakan kejadian yang dia alami bersama Jojo.
"Bagus! Kamu memang harus seperti itu," ucap Castilo bangga.
Sementara itu di tempat lain.
"Kamu tenang aja, sebelum acara dimulai, orang-orang kita pasti bergerak lebih cepat untuk mencari informasi dan menangkap sosok istri dan anak kandung Castilo. Kamu tidak perlu khawatir," ucap seorang pria pada seorang wanita.
Ada jg kentang yg terbelah 5 mh, thor 🤦♀️🤦♀️