NovelToon NovelToon
The Line Of Destiny

The Line Of Destiny

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Hamil di luar nikah / Konflik etika / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Rijal Nisa

Menunggu selama empat tahun lebih tanpa kepastian, Anya bahkan menolak setiap pinangan yang datang hanya untuk menjaga hati seseorang yang belum tentu ditakdirkan untuknya. Ia tetap setia menunggu, hingga sebuah peristiwa membuat hidupnya dan seluruh impiannya hancur.

Sang lelaki yang ditunggu pun tak bisa memenuhi janji untuk melamarnya dikarenakan tak mendapat restu dari keluarga. Di tengah hidup yang semakin kacau dan gosip panas yang terus mengalir dari mulut para tetangga, Anya tetap masih berusaha bertahan hingga ia bisa tahu akan seperti apa akhir dari kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rijal Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Maaf Untuk Sasha

Anya sedang sibuk di dapur membuatkan kopi untuk ayahnya yang baru pulang dari kebun. Tadi dia yang pergi menjemput sang ayah, ayahnya tampak tidak sehat hari ini.

"Ayah, apa enggak sebaiknya kita ke rumah sakit aja, Yah?" tanya gadis itu seraya meletakkan segelas kopi hitam panas untuk ayahnya.

Pak Faisal memijit pelipisnya yang terasa semakin berdenyut nyeri. "Ayah baik-baik aja, ibu kamu di mana?" Pak Faisal malah mengalihkan topik pembicaraan.

"Ibu sudah ke toko sore tadi, kita gantian. Seharian ibu jagain Sasha di rumah dan aku yang di toko."

"Hufh!"

"Ayah kenapa?"

Anya bertanya ketika ayahnya menghembuskan napas panjang dengan ekspresi lelah di wajah yang tampak semakin tua itu.

"Cuma lelah aja, kamu enggak kerja lagi sama Windi? Sudah lama kamu di rumah terus," kata pak Faisal setelah menyesap kopinya, beliau kemudian meletakkan kembali cangkir yang sudah kosong.

"Anya mau bantu ibu aja dulu, Yah. Lagi capek, pengen istirahat untuk beberapa waktu ke depan."

Pak Faisal tidak percaya dengan alasan dari putrinya. Itu bukan alasan yang tepat, sebenarnya beliau juga sudah tahu penyebab Anya tidak kerja lagi di tempat Windi.

Semua terjadi karena Sasha, yang pada akhirnya berpengaruh buruk bagi Anya.

"Ibu juga punya pegawai sendiri di toko, tanpa kamu bantu pun ibu juga bisa. Ayah tahu sebenarnya kamu masih ingin kerja di sana, kenapa tidak kembali saja?"

Sasha mendengarkan di balik pintu, ia merasa cemburu melihat ayahnya yang tampak sayang pada Anya.

"Benar kan, cuma kak Anya yang ada di hati ayah. Sebenarnya cuma dia yang mereka sayang, ayah sudah lama tidak bicara sama aku karena perbuatan salah aku ini. Dia pasti benci sama aku," gumam Sasha. Ia menghapus air matanya yang mulai jatuh.

"Aku ingin mencari kesibukan lain, Yah."

"Anya, selama kita hidup, kita tidak akan pernah jauh dari kritikan orang lain. Itu tidak bisa dihindari, apa pun yang kita lakukan, kita akan terlihat buruk bagi mata orang-orang yang tidak menyukai kita sama sekali! Kita berbuat baik, itu malah dikira pencitraan. Berbuat salah, malah dianggap pendosa. Mereka lupa, lupa akan kesalahan diri sendiri. Itulah manusia, pandai menilai orang lain tapi lupa menilai diri sendiri. Fokus pada tujuanmu, jangan pikirkan omongan mereka!"

Anya mencerna setiap kata-kata ayahnya, ia terdiam sejenak, dan lalu tersenyum.

Baru kali ini Anya mendengarkan kata bijak seperti itu keluar dari mulut sang ayah.

Sebenarnya ini yang dia inginkan, kehangatan dalam keluarga, bukan suasana tegang tiap kali duduk bersama.

"Akh!"

Sasha mendadak merasakan sakit di perutnya, padahal dia baru saja ingin pergi dari sana.

Mendengar suara Sasha, pak Faisal dan Anya pun segera berpaling menatap ke arah di mana suara itu berasal.

"Sasha! Kamu kah itu?"

Sasha terdiam, ia tidak berani keluar.

Anya bangkit dari duduknya ketika pak Faisal memberinya isyarat untuk mengajak Sasha keluar.

"Kak," ucap Anya kala melihat wajah kesakitan adiknya.

"Kamu kenapa?"

"Perut aku tiba-tiba sakit, Kak." Sasha memegangi perutnya yang masih terasa sakit.

Anya menuntun Sasha untuk keluar dan duduk bergabung dengan mereka di teras depan.

"Kelamaan berdiri sih," ucap Anya.

"Ngapain di sana? Kamu nguping pembicaraan ayah sama kakak kamu?" tanya pak Faisal dengan tatapan dingin.

Sasha menunduk, dia tidak berani menjawab karena apa yang dikatakan ayahnya memang benar.

"Sha." Anya menyentuh pelan punggung tangan Sasha.

"Aku ngerasa kalau Ayah sama sekali tidak peduli sama aku, apa aku salah kalau aku iri, Yah? Yah, aku rasa Ayah cuma sayang sama kakak. Ayah dan ibu enggak sayang sama aku," ucap Sasha mengeluarkan uneg-unegnya.

Pak Faisal tetap tenang, tidak terlihat ada emosi tertahan saat mendengar ungkapan hati anak bungsunya itu.

"Lantas kamu anggap apa perhatian yang selama ini ayah dan ibu beri untuk kamu?"

"Sayang enggak begitu, Yah! Kalian membuat aku bebas!" Sasha mulai meninggikan suaranya.

Anya sudah deg-degan, merasa suasana akan kacau jika Sasha mulai membicarakan soal kasih sayang.

"Kamu bisa pikir sendiri, Sasha. Selama ini apa kamu senang jika ibu atau pun ayah tegur kamu? Apa kamu memiliki sikap bijak seperti kakak kamu? Jangan terus menyalahkan ayah atau pun ibu, kami hanya melakukan sesuai keinginan kamu. Namun, sayangnya kamu salah mengartikan semua itu. Ya, kalau memang menurut kamu ayah dan ibu bersalah, kami memang salah! Kami salah karena terlalu memanjakan kamu dan tidak pernah mau mendengarkan kata kakak kamu," ucap Ayahnya. Pak Faisal mengambil cangkir kopi yang sudah kosong dan membawanya masuk ke dalam.

Beliau sedang tidak mau mendengar keluhan apa pun dari Sasha. Dirinya sudah cukup berdiam diri selama ini, masih mau menerima dan menganggap Sasha sebagai anak juga merupakan hal yang bagus.

Begitu ayahnya masuk, Anya langsung menegur Sasha.

"Sasha, ayah sedang tidak sehat. Enggak seharusnya kamu ngomongin masalah ini lagi, apa lagi yang kamu rasa kurang? Kamu tahu enggak, ayah dan ibu kita sedang menjadi pusat pergunjingan warga. Ayah mengemban banyak beban, Sha. Kakak mohon banget sama kamu, tolong ya jangan buat ayah semakin kepikiran."

Sasha tergugu, ia ingin mengatakan sesuatu yang selama ini membuatnya sesak. "Kak," ucapnya pelan, "aku, sebenarnya aku iri sama kamu. Kamu bisa segalanya, kamu nyaris sempurna! Aku ngerasa enggak berguna, kamu memiliki banyak hal. Kamu punya banyak teman, semua orang senang sama kamu."

Akhirnya, Sasha mengatakan apa yang terpendam di hatinya selama ini.

Anya menatap adiknya dengan pandangan meneduhkan. Diusapnya perlahan air mata yang masih menetes itu, dia paham bagaimana perasaan Sasha saat ini.

"Sasha, kita semua sayang sama kamu. Kenapa kamu harus iri sama aku? Selama ini aku juga memberikan kamu kasih sayang, ibu, dan ayah juga. Mbak Windi, dia juga sama sayangnya sama kamu. Setelah kamu melakukan kesalahan ini, apa kami meninggalkan kamu sendiri? Enggak kan?"

Anya mencoba membuat Sasha mengerti, dan akhirnya Sasha memeluk kakaknya. Ia tahu, selama ini dirinya sudah melakukan banyak kesalahan.

"Apa yang harus Sasha lakukan sekarang, Kak?" tanya Sasha sambil memeluk Anya.

"Minta maaf sama ayah dan ibu, Sha. Selama ini kamu terus berdiam diri kan, kamu tidak ngelakuin apa pun, sekarang saatnya! Tidak ada kata terlambat untuk berubah!" Anya melepaskan pelukannya.

Sasha berusaha tersenyum, ada harapan yang mulai muncul. Meski ia tidak yakin sepenuhnya apa bisa melewati hari-hari ke depan yang tentu tidak akan berjalan mulus. Terlebih dengan kehadiran sang anak tanpa ayah, dia pasti akan terus menjadi bulan-bulanan warga.

****

Sasha memeluk ayah dan ibunya dengan terisak. Lama ia tidak merasakan pelukan hangat itu, kini dia kembali merasakannya.

Beberapa kenangan masa kecil pun muncul di ingatannya. Ingin rasanya masa-masa itu terulang, Sasha sangat merindukan keluarga hangatnya.

"Ayah, Ibu, maafin semua kesalahan Sasha!" ucap Sasha. Berkali-kali sudah ia meminta maaf, Sasha benar-benar menyesal.

"Sudah, Nak. Ibu dan ayah sudah memaafkan kamu." Bu Aila mencium kening putrinya.

Anya terharu melihat adegan di depannya, ia sangat bersyukur Sasha mau mengakui kesalahannya.

"Mulai sekarang tolong jangan banding-bandingkan kasih sayang ayah sama ibu lagi. Sayang kami sama, kalian sama-sama anak kami. Tidak ada perbedaan dalam memberi kasih, kamu mengerti kan?" ujar pak Faisal.

Sasha mengangguk dan tersenyum, ia memanggil Anya untuk berdiri lebih dekat dengannya. Di detik berikutnya mereka berempat pun berpelukan sama-sama, ini mungkin terlihat bahagia, tapi ini bukan akhirnya.

Akan ada hari-hari esok yang lebih menyakitkan, hanya saja ini adalah awal perubahan baik dalam keluarga Anya.

Ayahnya mulai bisa menerima keadaan, sedangkan Sasha mulai menyadari dan mengakui kesalahannya.

1
P 417 0
/Sleep//Sleep/haih ini juga teguran langsung mungkin
🥑⃟Riana~: teguran untuk siapa?/Shame/
total 1 replies
P 417 0
oh ternyata si ibu to/Slight/
P 417 0
siapA lgi ini yg ikut nimbrung🤔
P 417 0
/Sneer//Sneer/tokoh utama jago silat ternyata
P 417 0
makin rumit emng klo bca drama/Silent//Shy/
P 417 0
/Sleep/klo dah bgitu knpa harus saling nyalahin
P 417 0
udah bgus/Hey/
TrixJeki
wehh keren Anya gadis tegas dan berani, aye suka aye suka. semangat Author Rican💪💐
🥑⃟Riana~: Hehe, terima kasih kk.. udh mampir/Kiss//Sneer/
total 1 replies
P 417 0
mbak syifa dong/Sleep/
P 417 0: mkanya jgn buru2/Proud/
🥑⃟Riana~: salah ya/Shame//Facepalm//Facepalm//Joyful/ makasih otw revisi 🚴🚴🚴
total 2 replies
P 417 0
hanna🤔🤔anya kali
🥑⃟Riana~: repot/Shame/
P 417 0: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/kn jd ada kerjaan kmu/Silent/
total 3 replies
P 417 0
windi ini mnurt aku sahabat terbaik buat anya/Hey/
P 417 0
keinginan orang tua itu emng mlihat anakny bhgia dan itu udah pasti.namun terkadang mreka tidak pduli dengan perasaan anknya dan lbih kpda memaksakn kehendak .emng sih nggk semua orang tua bgitu /Sleep/
P 417 0
emng demit bisa jatuh juga kah🤔
🥑⃟Riana~: bisa, kalau punya kaki/Sweat/
total 1 replies
P 417 0
membiarkan/Silent/
P 417 0
insyaallah bukan in sha allah/Hey/
P 417 0
hmmm.dri sini keknya bncana mulai terjadi😌
P 417 0
ini ayah kndung bukn sih🤔
P 417 0: lah /Proud/aku jga mna tau
🥑⃟Riana~: masa ayah tiri/Shame/
total 2 replies
P 417 0
"nggk mau punya mntu"...lbh enk deh kyaknya/Silent/
P 417 0
terkadang temen emng lbih mengerti apa yg kita rasa dripada kluarga sendri/Sleep/
🥑⃟Riana~: Betul, tumben bener/Shame/
total 1 replies
P 417 0
di bab ini nggk ada koreksi.ada pesan di dlmnya😊mnrt aku sih ini bgus krna di zmn sekarng ank2 muda lbh mngikuti egonya .nggk pnh berpikir apa yg terjdi kmudian.dan bila sdah trjdi yg ada cmn pnyesalan. dri itu peran orang tua izu sangat pnting
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!