Balqis Azzahra Naura atau akrab di sapa Balqis, terpaksa menerima tawaran gila dari seorang pria beristri yang juga CEO di perusahaan tempat dia bekerja sebagai sekretaris. Faaris Zhafran Al-Ghifari, CEO yang diam-diam menyukai sekretaris nya sendiri, saat dia tau gadis itu butuh uang yang tak sedikit, dia memanfaatkan situasi dan membuat gadis itu tak bisa menolak tawaran nya. Tapi setelah melewati malam panas bersama, Faaris menjadi terobsesi dengan Balqis hingga membuat sekretaris nya merangkap juga menjadi pemuas nya. Tapi suatu hal yang tak terduga terjadi, Elma pergi untuk selamanya dan membuat Faaris menyesal karena telah menduakan cinta sang istri. tanpa dia tau kalau Elma dan Balqis memiliki sebuah rahasia yang membuat nya rela menjadi pemuas pria itu. Saat itu juga, Balqis selalu datang memberi semangat untuk Faaris, selalu ada saat pria itu terpuruk membuat Faaris perlahan mulai mencintai Balqis dengan tulus, bukan hanya sekedar nafsu semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rha Anatasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
Balqis tertidur dengan berbantalkan lengan Faaris, entah sadar atau tidak tapi kini posisi kedua nya sangat mesra, bahkan tangan Balqis berada di pinggang Faaris, memeluk pria itu. Tengah malam tiba, Balqis mendusel di dada bidang Danish karena udara terasa sangat sejuk membuat nya menggigil, Balqis memang paling tidak bisa kedinginan, dia punya alergi yang akan membuat seluruh tubuh nya gatal-gatal.
Faaris mengeratkan pelukan nya pada Balqis, dia juga menarik selimut untuk menutupi tubuh Balqis yang hanya memakai blouse tipis.
Tapi belahan dada Balqis membuat Faaris salah fokus, terlihat berisi, kenyal dengan puncak yang kemerahan, sangat menggoda.
Dengan berani, Faaris membuka tali blouse Balqis dan mengeluarkan salah satu buah kenyal itu dan segera memakan puncuk nya yang membuat Faaris tergoda sedari tadi. Faaris menyusu dengan rakus, seperti bayi yang kehausan. Bahkan decapan nikmat nya memenuhi ruangan itu, sedangkan Balqis dia hanya bergerak pelan, karena merasa ini seperti mimpi.
Faaris menyesap buah itu hingga meninggalkan bekas kemerahan memenuhi buah kenyal itu, setelah merasa puas dia baru memasukan kembali buah itu ke tempat nya, tak lupa menyimpul kembali tali blouse nya, agar Balqis tak curiga. Faaris kembali memejamkan mata nya, dengan memeluk Balqis erat.
Pagi harinya, Balqis terbangun karena terganggu dengan usapan halus di kepala nya. Dia membuka kedua mata nya yang terasa berat, tapi setelah berhasil membuka nya Balqis malah di buat melotot saat sadar kalau dia berada dalam pelukan hangat Faaris. Sontak saja perempuan itu beringsut mundur, dia tak mau orang lain salah paham dengan hal ini.
"Heemmmm, kenapa Balqis?" Tanya Faaris sambil mengucek mata nya, lengkap dengan suara berat nya.
"Kenapa tuan memeluk saya?"
"Memang nya kenapa? Bukan kah kita sudah pernah melakukan lebih dari sekedar pelukan, lalu kenapa kau begitu terkejut?" Balik tanya Faaris dengan wajah datar nya. Sial, pria itu sangat tampan bahkan setelah bangun tidur.
"Tuan, ini tidak pantas. Tuan punya istri di rumah, apa yang akan orang pikirkan nanti jika tau anda tidur seranjang dengan sekretaris nya?"
"Kenapa sangat peduli dengan pendapat orang lain, Balqis? Biarkan saja orang mau bicara apa, itu takkan mengurangi atau menambah uang mereka!"
"Terserah tuan saja, saya mau ke kamar mandi." Faaris hanya menganggukan kepala nya, tapi sedetik kemudian pria itu bangkit dan mengikuti Balqis ke kamar mandi.
"Tuan, kenapa anda disini?" Pekik Balqis saat merasakan kedua tangan kekar tengah memeluk pinggang ramping nya dari belakang.
"Hanya memeluk mu, rasa nya hangat."
"Apa tuan tidak pergi ke kantor?" Tanya Balqis.
"Nanti siang saja, aku masih ingin bersama mu."
"Tuan, tolong jangan buat saya tak nyaman." Ucap Balqis, perempuan itu meronta dalam pelukan Faaris.
"Diamlah Balqis." Tapi Balqis tak mendengarkan dan tetap memeluk Balqis, bahkan lebih erat dari tadi.
"Baiklah, kau tak memberi ku pilihan." Faaris melepas pelukan nya pada Balqis, membuat Balqis beringsut mundur hingga membentur tembok.
'balqis bodoh! Harus nya kau tau, ada pria mesum di dalam ruangan mu. Harus nya kau kunci pintu nya!' Rutuk Balqis dalam hati.
Faaris melepas dasi nya, lalu mendekati Balqis. Membuat perempuan itu ingin lari, tapi posisi nya sudah sangat terpojok. Dengan cepat, Faaris meraih kedua tangan Balqis dan mengikat nya ke depan dengan dasi nya.
"Tuan, apa yang anda lakukan. Tolong jangan kurang ajar!"
"Diamlah Balqis, jangan banyak bicara!" Tegas Faaris, membuat Balqis menciut.
Tiba-tiba saja, Faaris menyibak rok span yang dia pakai lalu menurunkan segitiga nya, membuat Balqis berontak, juga berteriak.
"Diam Balqis!" Tapi lagi-lagi Balqis tak mendengarkan dan terus berteriak meminta pertolongan.
"Kau tak bisa diam ya?" Faaris membuka celana bahan dan celana boxer nya, lalu menyumpal mulut Balqis dengan celana dalam nya.
"Itu akibat nya jika tak menurut, jadi sebaiknya kau diam atau aku akan berlaku kasar padamu, Babe."
Faaris membalik tubuh Balqis, membuat perempuan itu berdiri membelakangi nya. Faaris menggesekan ujung senjata nya di pantat Balqis, membuat nya bergerak tak karuan. Dia ingin berteriak lagi, tapi mulut nya di sumpal jadi dia hanya bisa pasrah.
"Aarrgghhh.." Faaris mengerang nikmat saat senjata nya tenggelam sempurna ke dalam lubang sempit nan hangat itu.
Balqis menangis, dia tak menyangka keputusan nya untuk menerima tawaran Faaris untuk melakukan one night stand membuat nya sangat menyesal karena saat ini Faaris seperti ketagihan dengan tubuh nya.
"Mendesah lah Balqis, kau menikmati nya juga kan?" Ucap Faaris sambil bergerak maju mundur di belakang tubuh Balqis.
"Aahh ya, aku lupa mulut mu di sumpal. Aku akan melepas nya, asal kau diam. Kamu hanya harus mendesah nikmat, setuju?" Balqis diam saja, tak mengangguk atau menggeleng. Dia pasrah saja saat pria itu mengeluar masukan senjata nya di inti milik nya.
"Nikmat sekali Balqis, aahh.." Faaris meracau, tapi Balqis masih belum bisa menikmati permainan Faaris yang cenderung cepat dan membuat inti nya sakit.
"Pelan-pelan tuan, sakitt.." Balqis meringis saat Faaris mempercepat gerakan nya.
Faaris mencabut senjata nya, lalu membalik kembali tubuh Balqis, menaikan salah satu kaki Balqis dan menahan nya dengan lengan nya, lalu kembali menusukan senjata nya.
"Eehhmmm.." Balqis melenguh saat senjata itu melesak masuk dengan bebas nya, menusuk inti nya yang masih berkedut manja.
"Enak sayang?" Tanya Faaris, membuat Balqis memalingkan wajah nya yang terasa panas, di pastikan wajah nya pasti memerah saat ini.
Tangan Faaris memangku Balqis, menaikan nya ke atas wastafel tanpa melepaskan penyatuan nya. Dia juga membuka tali blouse Balqis dan mengeluarkan kedua buah kenyal Balqis dari tempat nya, lalu dengan cepat melahap nya dengan nikmat tanpa menghentikan gerakan maju mundur nya.
"Ahhh.." Balqis mendesah, dia meraih pelepasan pertama nya.
"Teruslah mendesah, itu akan membuat ku lebih bersemangat menusuk mu Balqis!" Faaris menghentikan sejenak acara menyusu nya, dia membuka tali di tangan Balqis dan membiarkan tangan perempuan itu menggelayut manja di leher kokoh nya.
"Lubang mu becek Balqis." Faaris melepaskan sejenak penyatuan nya, lalu menurunkan kepala nya dan menghisap cairan milik Balqis dengan rakus membuat tubuh Balqis menegang.
"Tu-ann.." Faaris mendongak menatap wajah Balqis yang sudah berkeringat.
"Ada apa memanggil ku, masih belum puas?" Balqis menggelengkan kepala nya, entah apa yang akan di lakukan pria itu kalau dia menjawab belum puas.
Faaris menghentikan kegiatan nya, lalu beralih mencium bibir Balqis dengan buas. Suara decapan dan ciplakan kulit mewarnai kamar mandi ruangan rawat itu. Beruntung nya tak ada perawat yang masuk, kalau tidak entah seperti apa malu nya Balqis kalau perbuatan Faaris terciduk.
Satu jam setengah berlalu, kedua nya sudah keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang rapih dan rambut yang basah, menandakan kedua nya habis mandi.
"Aku akan ke kantor, nanti sore kesini lagi. Mau di bawain apa?" Tanya Faaris.
"Tidak perlu tuan, saya merasa bersalah pada Nyonya Elma."
"Memang nya kenapa? Dia tidak tau, jadi tidak usah khawatir." Jawab Faaris santai.
"Tapi tuan, apa anda tidak merasa bersalah karena sudah menghianati kepercayaan nya?"
"Dulu dia melakukan hal yang sama padaku, anggap saja aku membalas nya." Jawab nya cuek, membuat Balqis tak habis pikir.
"Aku pergi dulu Balqis, kabari aku kalau ada apa-apa. Jangan genit sama dokter itu, ingat kamu milik ku!"
Balqis terhenyak, milik nya katanya? Apa pria itu sadar? Hal ini tak pantas di katakan oleh pria beristri pada wanita lain. Tapi lamunan Balqis buyar saat Faaris mengecup mesra kening nya, lalu mengacak rambut nya dan pergi menjauh.
"Ada apa dengan tuan Faaris? Apa dia mengigau? Tak mungkin kan semua ini nyata, ayolah bangun Balqis!" Ucap Balqis sambil menepuki wajah nya, hampir saja dia baper dengan pria itu. Untung saja akal sehat nya masih berfungsi normal, jadi dengan cepat dia sadar kalau Faaris sudah ada yang punya.
Balqis menggelengkan kepala nya, lalu pergi ke ruang perawatan ibu nya. Dia ingin melihat nya dulu sebelum pergi membeli sarapan.
"Ibu, apa kabar? Kapan ibu akan bangun? Balqis kangen Bu, kangen sama Ibu." Gumam Balqis, tak terasa air mata nya luruh begitu saja.
"Balqis minta maaf gagal jagain Ibu, semoga Ibu cepat bangun ya, jangan tinggalin Balqis sendirian. Balqis takut Bu,"
"Permisi Nona.."
"Aaa ya dokter silahkan." Ucap Balqis mempersilahkan dokter itu memeriksa keadaan ibu nya.
"Bagaimana dok?"
"Masih belum ada perkembangan Nona." Jawab dokter itu, membuat air mata Balqis mengalir deras.
"Saya harap Nona bisa bersabar, anggap lah ini ujian untuk Nona dan Ibu."
"Ujian ini terlalu berat, Dok. Rasa nya saya tak mampu menghadapi nya." Jawab Balqis lirih.
"Setiap ujian pasti ada jalan keluar nya Nona, berdoalah untuk kesembuhan Ibu Nona."
"Itu selalu saya lakukan Dok, terimakasih atas nasehat nya.'
"Maaf kalau saya lancang Nona, tapi siapa pria yang selalu bersama Nona?"
"Pria yang tinggi itu?" Balik tanya Balqis dan dokter itu mengangguk, dia juga mengakui kalau Faaris sangat tinggi.
"Itu bos saya di kantor Dok."
"Tapi perlakuan nya pada Nona seperti bukan bos pada bawahan nya, lebih ke arah seperti kekasih."
"Masa? Gak mungkin dok, dia udah punya istri kok." Balqis menyangkal perkataan dokter itu, meski dia sendiri mulai menyadari kalau perhatian Faaris padanya sudah lebih dari sekedar bos kepada sekretaris nya.
"Itu yang saya lihat, Nona."
"Mungkin hanya perasaan dokter saja, ohh iya saya mau pergi ke depan dulu beli sarapan. Nitip ibu saya dulu ya, bisa?" Tanya Faaris.
"Silahkan Nona." Jawab Dokter itu dengan senyum ramah nya.
Balqis pun pergi dari ruangan rawat ibu nya, meninggalkan ibu nya bersama dokter itu saat dia membeli sarapan dulu.
"Berarti masih ada kesempatan buat deketin Balqis, setidaknya aku masih lajang dan pria itu sudah menikah." Gumam dokter itu dengan senyum bahagia nya.
****