NovelToon NovelToon
Bloody Anna

Bloody Anna

Status: sedang berlangsung
Genre:Rumahhantu / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / Desas-desus Villa / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: nath_e

~Dibuat berdasarkan cerpen horor "Anna Van de Groot by Nath_e~

Anastasia ditugaskan untuk mengevaluasi kinerja hotel di kota Yogyakarta. siapa sangka hotel baru yang rencana bakal soft launching tiga bulan lagi memiliki sejarah kelam di masa lalu. Anastasia yang memiliki indra keenam harus menghadapi teror demi teror yang merujuk ada hantu noni Belanda bernama Anna Van de Groot.
mampukah Anastasia mengatasi dendam Anna dan membuat hotel kembali nyaman?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nath_e, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Wanita dalam cermin

Citra semakin menggigil di bawah selimut, tubuhnya seperti membeku. Desahan itu terdengar makin dekat, samar-samar namun jelas menyebut namanya.

“Citra …,”

Suara itu seperti berasal dari segala arah, memantul di antara dinding-dinding kamarnya yang gelap.

Citra menutup telinganya lebih erat, tapi panggilan itu tetap merembes masuk ke pikirannya. Seperti bukan suara fisik melainkan bisikan yang langsung menyentuh jiwanya. Jantung Citra berdebar kencang. Tiba-tiba, tepi selimut yang menutupi tubuhnya bergerak, seperti ditarik oleh sesuatu yang tak terlihat.

“Tidak … jangan ..,” Citra berkata pelan, nyaris menangis.

Selimut yang menutupi tubuh Citra perlahan-lahan melorot, memperlihatkan wajahnya yang pucat pasi. Entah sejak kapan lampu di kamar padam setelah Bella melakukan ritual konyol itu. Di sudut matanya, Bella menangkap bayangan hitam tinggi menjulang, berdiri diam di dekat tempat tidur.

Citra langsung memejamkan mata, berharap ini hanyalah mimpi buruk. Tapi sensasi dingin menjalar dari ujung kakinya, naik ke betis, membuatnya merasa seolah es menyelimuti dirinya.

Suara itu berbisik lagi, kali ini lebih jelas, lebih dekat. “Buka matamu, Citra. Aku tahu kau mendengarku …”

Citra menggigit bibirnya, berusaha menahan napas, tangannya gemetar. Tubuhnya mengkhianati pikiran. Ia pun membuka mata perlahan. Tetapi apa yang dilihatnya kemudian membuat darah Citra membeku—sepasang mata merah menyala menatap lurus ke arahnya, hanya berjarak beberapa inci saja.

Suara cekikikan yang familiar akhirnya menyadarkan Citra terhadap sesuatu. Citra memberanikan diri memalingkan wajahnya. Citra yang awalnya ketakutan, kini dipenuhi amarah begitu menyadari bahwa sosok menyeramkan itu adalah Dina, sahabatnya.

Dina mengenakan jubah hitam panjang dengan mata palsu merah menyala dari lampu LED kecil. Dina melepaskan topengnya sambil tertawa terbahak-bahak, sementara Bella muncul dari sisi lain, menggenggam ponsel dengan kamera masih merekam.

“Astaga, wajahmu tadi priceless banget, Citra! Aku nggak kuat, hahaha!” Bella cekikikan, nyaris terjatuh karena terlalu banyak tertawa.

Dina pun ikut menimpali, “Cit, kau benar-benar kelihatan seperti mau pingsan! Ini lebih sukses dari prank sebelumnya!”

Citra tidak ikut tertawa. Wajahnya memerah, antara marah dan malu. Dengan cepat, ia bangkit dari tempat tidur, meraih bantal dan melemparkannya ke arah Dina.

 “Kalian gila, ya? Aku hampir mati ketakutan tadi! Kalian pikir lucu?! Itu sama sekali nggak lucu, tahu!”

Dina berusaha menghindar, tapi bantal itu mengenai kepalanya. “Aduh, Citra! Jangan marah, dong. Ini cuma prank, santai aja! Kami kan cuma mau bikin malam ini seru!”

“Seru, seru kata kamu? Aku hampir kena serangan jantung!” Citra membalas dengan nada tinggi, tapi Bella tetap saja tak bisa berhenti tertawa.

“Ayolah, Citra, jangan ngambek. Ini buat kenang-kenangan. Kita edit videonya, terus viralin di TokTok, gimana?”

“VIRAL?! Aku sumpahin akun kalian kena banned kalau berani unggah itu!” bentak Citra, masih kesal.

Dina dan Bella saling pandang, lalu kembali tertawa keras. Citra mengejar keduanya dengan kesal berusaha mengambil hasil rekaman dari tangan Bella. Sejurus kemudian akhirnya mereka meminta maaf setelah melihat wajah Citra yang benar-benar marah. Dina mendekat, merangkul sahabatnya yang masih merajuk di atas tempat tidur.

“Oke, oke, maaf ya, Citra. Janji deh, nggak bakal di-posting, tapi jangan ngambek lagi, ya. Kalau mau balas dendam, kita kasih ide ke kamu kok.” Dina nyengir, mencoba meluluhkan hati Citra.

Citra mendengus, tapi akhirnya senyum tipis muncul di wajahnya. “Tunggu saja balasan dari aku. Aku nggak bakal lupa ini, Dina … dan Bella, kamu juga!” ancamnya setengah bercanda.

Kini, gantian Dina dan Bella yang merasa sedikit khawatir. “Eh, Citra … kita damai aja gimana?” Bella mencoba menawar, tapi Citra hanya menyeringai licik. “Lihat nanti. Aku sudah punya rencana.”

“Aah ayolah jangan begitu. Kita cuma nggak mau kamu takut sama hal sepele kayak gitu Cit. Lagian boneka ini kan hadiah juga buat kita, jadi nggak adalah yang perlu ditakuti.” Dina menjelaskan panjang lebar tentang alasan mereka mengerjai Citra.

Akhirnya setelah penuh perjuangan, Citra memaafkan kedua sahabatnya. Malam semakin larut, dingin merayap pelan masuk melalui celah-celah jendela. Citra, Dina, dan Bella akhirnya terlelap di berselimutkan selimut tipis. Lampu ruangan telah dimatikan, meninggalkan hanya cahaya remang dari bulan yang menembus tirai tipis.

Di sudut ruangan, sebuah cermin besar, memantulkan bayangan samar ketiganya yang tertidur. Perlahan, sesuatu yang aneh mulai terjadi. Permukaan cermin yang tadinya tenang berubah bergelombang, seperti riak di permukaan air. Dari balik bayangan itu, sesosok wanita dengan pakaian khas era kolonial Belanda muncul. Wajahnya pucat, dengan rambut yang disanggul rapi. Bibirnya melengkung membentuk senyum yang tak wajar—terlalu lebar, terlalu dingin.

Matanya yang kosong seolah memperhatikan mereka dengan intensitas yang membuat bulu kuduk berdiri. Wanita itu berdiri diam, memandangi ketiga gadis yang tertidur tanpa menyadari kehadirannya. Suara nafas halus terdengar, semakin lama semakin nyata, seolah berasal dari kamar itu sendiri.

Senyumnya semakin melebar, menunjukkan deretan gigi yang terlalu putih, terlalu sempurna, dan terasa salah. Tangannya yang kurus terangkat pelan, seolah mencoba menembus permukaan kaca. Riak pada cermin semakin menguat, dan jemarinya yang panjang tampak keluar dari sana, menyentuh udara ruangan.

Dina menggeliat dalam tidurnya, membuat wanita itu berhenti sejenak. Kepalanya miring ke satu sisi, seperti penasaran, lalu ia melangkah lebih dekat ke permukaan cermin, tubuhnya setengah keluar. Senyumnya semakin menyeramkan, memperlihatkan sesuatu yang hitam pekat di dalam mulutnya, seakan bukan manusia.

Angin dingin tiba-tiba berhembus di dalam ruangan, membuat selimut Dina dan Bella sedikit tersingkap. Bella bergumam pelan, matanya bergerak di balik kelopak, tapi ia tidak bangun. Wanita itu kini sepenuhnya keluar dari cermin, berdiri di tengah ruangan, bayangannya panjang menghantui dinding.

Dengan langkah sunyi, ia mendekati mereka, berhenti tepat di belakang Citra yang tertidur pulas. Wanita itu menunduk, bibirnya hampir menyentuh telinga Citra, seolah ingin berbisik sesuatu.

Tepat saat ia membuka mulut, Citra menggeliat dan mengerang pelan. Wanita itu terdiam, mundur perlahan, tubuhnya berbalik menuju cermin. Sebelum kembali masuk ke dalamnya, ia menoleh sekali lagi, tatapan matanya bertemu dengan Dina, yang kini setengah sadar membuka mata. Dina terpaku, jantungnya berhenti sejenak saat ia melihat bayangan wanita itu perlahan menghilang ke dalam kaca.

Dina mengucek matanya, mengerjai beberapa kali sebelum yakin bahwa ia hanya bermimpi. Saat Dina kembali memejamkan mata, cermin itu kembali memunculkan bayangan wanita Belanda dengan senyum anehnya.

“Mijn naam is Anna Van de Groot ..,”

Suara itu begitu jelas, menyusup telinga Dina yang kembali terusik. Matanya bersitatap dengan sosok wanita dalam cermin.

“Aaaaaahhh!!”

Jeritan Dina memecah keheningan malam, menggema di ruangan seperti lonceng kematian. Tubuhnya gemetar hebat sambil menunjuk ke arah cermin. “Dia … dia ada di sana! Wanita itu! Aku melihatnya!” teriaknya dengan suara melengking.

Citra, yang masih setengah sadar, langsung tersentak bangun. Tubuhnya kaku mendengar histeria Dina. Ia dengan cepat merangkak ke arah Bella, yang juga terlihat bingung dan panik.

“Apa yang terjadi? Dina, kenapa sih kamu teriak?!” tanya Bella dengan suara gemetar.

Dina hanya bisa menunjuk ke cermin. Bibirnya bergetar, air mata mulai mengalir di pipinya. “Dia … dia berdiri di situ! Wanita dengan gaun putih dan senyum mengerikan! Aku melihatnya masuk ke cermin!” ujarnya, suaranya bergetar di antara isakan.

Citra yang mendengar itu langsung menggigil. Ia merapat ke punggung Bella, menolak untuk menatap cermin yang kini hanya memantulkan bayangan ruangan yang gelap.

 “Aku nggak mau lihat… Aku nggak mau lihat…” gumamnya berulang-ulang sambil memejamkan mata.

Bella mencoba terlihat tenang meski jantungnya berdegup kencang. Ia melirik cermin itu dengan ragu, berharap hanya akan melihat bayangan biasa. Tapi … memang ada sesuatu yang terasa salah. Permukaan kaca itu seolah berdenyut, seperti hidup. Bayangan samar wanita bergaun putih masih terlihat di sudutnya, meski hanya sebentar.

“Astaga… Dina nggak bohong,” bisik Bella pelan, membuat Citra semakin panik. “Aku nggak mau di sini! Bella, tolong ayo kita keluar!” Citra memohon, air mata sudah mulai menggenang di matanya.

Tiba-tiba, suara ketukan pelan terdengar dari arah cermin, tok… tok… tok… Suara itu begitu nyata, seperti seseorang mengetuk dari dalam. Dina menjerit lagi, suaranya lebih histeris hingga terdengar jelas ke luar kamar.

“Kita harus keluar! Sekarang juga!” Bella akhirnya berteriak, menarik tangan Dina yang masih terguncang. Tapi saat mereka hendak berlari menuju pintu, lampu kamar tiba-tiba berkedip, benda-benda diatas meja berhamburan, kursi terjatuh dan tirai terbuka acak.

“Bella! Aku takut!” Citra memeluk punggung Bella erat-erat, tubuhnya gemetar hebat. Dina mencoba berdiri, namun kakinya terasa lemas. Di dalam gelap itu, suara tawa lembut terdengar, dingin dan menusuk, seperti berasal dari segala arah.

“Hahaha … kalian mau pergi? Ik belum selesai bicara … Ik datang karena panggilan mu … bloody Anna!”

Suara itu bukan milik Dina, Bella, atau Citra. Itu suara seorang wanita. Ketiganya membeku, tubuh mereka tak bisa bergerak. Dari arah cermin, bayangan wanita bergaun putih muncul lagi, kali ini lebih jelas, melangkah perlahan ke arah mereka.

Bella mencoba mengumpulkan keberanian. “Kita harus keluar sekarang!” teriaknya, menarik Dina dan Citra dengan kekuatan penuh.

 Mereka berlari menuju pintu, tapi saat gagang pintu itu ditarik, terasa terkunci rapat, seolah ditahan oleh sesuatu yang tak terlihat.

Di belakang mereka, suara tawa itu semakin dekat. “Jangan pergi… Aku hanya ingin bermain ..,”

Ketiganya saling pandang, mendengar suara di pojok kanan mereka. Boneka Anna yang menyeramkan, berdiri kaku dan perlahan melangkahkan kakinya mendekat. Satu … dua … tiga ..,

“Aaaaaaaahhh!!”

1
Heri Wibowo
pagi pagi sudah sarapan omelan kanjeng mami aja ya An.
nath_e: pagi yg indah🤧
total 1 replies
Reni
ini kanjeng mami sambil nyelam minum air pdhl emg ujung2 nya Anastasia sama Adam disatuin 😅😂🤣 biar ceper aja prosesnya pake acara nyuruh beresin perhantuan biar secara g langsung makin dekat makin rapat
Reni: pingin gendong cicit cepet2 biar bisa dipamerin hhhhh
nath_e: 😁😁iyaaah pen dpt cucu
total 2 replies
αʝιѕнαкα²¹ᴸ
ya mana gue tau?!
Hana Nisa Nisa
semangat ya kak ceritanya bagus
nath_e: makasih Kaka cantik... insyaallah semangat trus 🤗🙏
total 1 replies
Ali B.U
is the best
nath_e: makasih ka 🙏🙂
total 1 replies
Ali B.U
nexy
αʝιѕнαкα²¹ᴸ
wew, sakti nih pohon!
Reni
wahhhh ternyata saling terkait semua hantu di hotel ini
Heri Wibowo
Anastasia pingsan karena terlalu banyak mengeluarkan energi untuk melihat kilas balik masa lalu
Netty Herawaty
goodsssss
nath_e: maturnuwun 🙏🤗
total 1 replies
wasiah miska nartim
lanjut thoooooooor
nath_e: siiap😅🙏
total 1 replies
wasiah miska nartim
lanjut thor
Heri Wibowo
lanjutin Mbak
nath_e: otw kaa😅🙏
total 1 replies
Reni
astaga pak Broto Iki lho kok Yo seh senewen mantan sugar baby sama Mbah Sarip 😅🤣😂 jatuh harga diri pak Broto hhh
Reni: kalah dupo 🤣😂😅
nath_e: 😂kalah telak ma simbah
total 2 replies
Reni
eee penyanyi to
Reni
akhirnya ada setitik harapan
Ali B.U
next
Reni
hiaaaa manggil si hantu Belanda Anna dikamar paling angker nich
Reni
wahhh udah kerasukan masih takut tuntutan Mbah Sarip 😅
Reni
jiaaaaa dipinteri mbah Sarip 😅🤣😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!