Bukan musuh tapi setiap bertemu ada saja yang diperdebatkan. Setiap hari mereka bertemu, bukan karena saking rindunya tapi memang rumah mereka yang bersebelahan.
Mungkin peribahasa 'witing tresno jalaran soko kulino' itu memang benar adanya. Karena intensitas keduanya yang sering bersama membuat hubungan antara mereka makin dekat saja.
Di usia Abhista Agung yang ke 31, masalah muncul. Dia ditodong untuk segera menikah, mau tidak mau, ada atau tidak calonnya, ibu Abhista tak peduli! Yang penting ndang kawin, kalau kata ibunya Abhi.
Lalu bagaimana cara Abhi mewujudkan keinginan sang ibu? Apa dia bisa menikah tahun ini meski calonnya saja belum ada?
Ikuti kisah Abhista selanjutnya di Emergency 31+
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bapak datang nak
Waktu menunjukan pukul 20.45 malam. Deepika pulang kerja sendiri hari ini. Kesibukan Abhi yang makin menggila mengharuskan Deepika untuk mandiri. Lagi pula, dia sudah terbiasa melakukan apapun sendiri selama ini. Tak jadi masalah!
Tiba di rumah bersama kang ojol yang mengantarkannya, Deepika memicingkan mata saat mengetahui ada mobil terparkir di halaman rumahnya.
"Lah tumben ada tamu." Ucap Deepika sendiri.
"Mbak mbak, ini uang kembaliannya." Seru kan ojol ngobok-obok tas kecil yang diikatkan di perutnya.
"Buat mbaknya aja."
"Ya Allah.. Makasih mbak, Alhamdulillah bisa buat nambah-nambah beli susu sama pampers anak..."
Kebetulan kang ojek online yang Deepika order adalah perempuan. Dari garis wajahnya, kang ojol itu mungkin berusia di atas 35 tahun. Tadinya Deepika mau langsung masuk ke dalam rumah, tapi mendengar ucapan kang ojol, dia berbalik dan mengeluarkan tiga lembar uang ratusan ribu dan menggenggam erat lalu memberikan uang tersebut pada kang eh mbak ojol.
"Rejeki buat anaknya ya. Terimakasih udah nganterin aku selamat nyampe rumah." Kata Deepika sungguh-sungguh.
"Ya Allah mbak.. Nggak usah mbak. Yang tadi aja udah dilebihin, sekarang malah ditambahin lagi." Sorot mata lelah dan berembun bisa Deepika lihat.
"Nggak apa-apa mbak. Semoga rejekinya makin lancar ya mbak."
Kang eh mbak ojol itu tak bisa menahan bendungan air matanya. Teringat di rumah ada anak yang harus dia tinggalkan demi mengais beberapa lembar rupiah. Sungguh beberapa lembar uang dari Deepika itu sangat berharga dan membantu perekonomian mbak ojol yang sekarang mengusap wajahnya kasar karena tak bisa berhenti menangis.
Deepika melihat punggung itu menjauh pergi menghilang di tikungan dengan perasaan campur aduk. Melihat bagaimana mbak tadi berjuang mencari nafkah untuk anaknya, dia jadi berpikir bagaimana bersusah payahnya Sani, ibunya dalam merawat dan membesarkannya selama ini seorang diri.
"Ada orang yang lebih menderita dari kita, tapi mereka tidak berisik seperti kita..." Gumam Deepika pelan.
Tanpa Deepika tahu, jika Sekar memperhatikan apa yang pacar anaknya itu lakukan. Sekar yang memang ada di depan rumah bersama suaminya jadi ikut terharu dengan kebaikan hati Deepika.
"Calon mantu mu tuh mah. Baik kan? Masih mau maksa mas Abhi cari pacar di belahan bumi lain?" Sindir Ahiyung diiringi deretan gigi yang terlihat rapi.
"Mamah kan cuma mau yang terbaik buat anak-anak kita Ko. Emang koko mau misal anak kita dapet jodoh deket rumah, lha misal berantem gitu, sekompleks pasti tau! Apa nggak malu ko? Aku mikir nyampe sana lho. Koko mana tau pikiran seorang ibu sih!" Sekar tentu tak terima disindir halus seperti itu oleh suaminya.
"Ya jangan disiar-siarin pas berantemnya to mah. Emang kalo berantem mau nyewa toa mesjid apa kok sampai sekompleks bisa tau."
"Mbuh! Koko kalo kayak gini nggak yes sama sekali!"
Sekar memilih masuk ke dalam rumah. Karena Ahiyung tak kunjung menyusulnya, dia pun melangkah kembali ke luar rumah. "Masuk Koko!! Heran deh, nggak peka banget!!"
"Iya iya mah. Ngerti kok kalo harus ikut mamah masuk, tadi kentut dulu aku nya mah. Nanti salah lagi, misalkan aku buru-buru nyusul masuk. Eh... tau-tau mamah kudu nyium bom molotov, ngamok lagi nanti." Sangkal Ahiyung.
Hanya alasan saja karena sebenarnya dia masih betah di luar rumah. Taunya bininya itu lagi manja-manjanya, hanya karena masuk rumah tidak berbarengan pun bisa membuat kanjeng ratu murka minta tumbal di atas ranjang. Ngapain? Ngadon kue cucur! Hmmm.
"Assalamualaikum. Buk." Sapa Deepika.
"Waalaikumsalam. Lho kirain pulang malem Dee."
"Ini juga malem kali buk."
Jawab Deepika sambil melihat ke arah pria yang menatap intens ke arahnya. Dalam hati dia bertanya, 'Siapa nih bapak-bapak satu?!'
"Iya maksudnya kan biasanya pulang mu jam setengah satu malem." Sani lupa atau mungkin memang tidak paham jadwal kerja anaknya.
"Kerja apa pulang sampai selarut itu? Kamu biarin anakku jadi wanita nggak bener?"
Dari apa yang lelaki itu katakan, Deepika bisa menebak siapa gerangan bapak-bapak yang masih duduk asoy di sofa rumahnya itu. Siapa lagi kalau bukan bapak kandungnya.
Deepika memperhatikan raut wajah Sani yang berubah marah. Dia bisa merasakan jika kodam emaknya yang mungkin adalah angry bird merah itu sudah bangkit dan menyala-nyala membakar emosinya.
"Anda siapa?" Tanya Deepika menengahi.
"Kamu tidak mengenali ayahmu sendiri Yora? Sani, lelucon macam apa ini? Bahkan anakku tidak mengenali ku?" Entah dia berkata seperti itu pada siapa.
"Jangan sok akrab. Kita tidak sedekat itu pak." Ucap Deepika tertular virus males ngomong seperti pacarnya.
"Dee. Naik. Istirahat." Tiga kata dari Sani masih belum membuat Deepika dari tempatnya.
Perasaan benci, tapi juga penasaran, entah rindu atau hanya ingin meminta penjelasan.. Deepika bingung. Yang pasti, dia tidak suka dengan lelaki yang lepas tanggung jawab pada keluarganya. Ibunya tidak pernah sekalipun bercerita tentang sosok ayahnya sehingga Deepika berpikir jika ayahnya mungkin sudah tiada. Tapi malam ini dia menemukan jawabannya. Ayahnya belum meninggal dan terlihat segar bugar. Lalu kenapa selama ini lelaki itu tidak pernah sekalipun menemuinya? Apa lelaki itu lupa jika sudah memiliki anak? Atau memang dia sengaja ingin lepas dari tanggung jawab??
Berbagai pikiran berterbangan di dalam kepalanya. Sampai dia tersandar dengan tangan yang meraihnya ke dalam pelukan.
"Yora.. Ini ayah." Begitu kira-kira yang diucapkan lelaki itu pada Deepika.
Dengan cepat Deepika melepaskan pelukan itu. Tentu saja dia terkejut. Apa pula meluk-meluk setelah dua puluh tahun tidak pernah nongolin batang idungnya!
"Sebaiknya kamu pergi! Deepika saja tidak mau bertemu dengan mu. Iya kan Dee?" Sani melipat kedua tangannya di dada.
"Jangan bekerja di tempat yang tidak benar lagi Yora. Ikut ayah! Ayah sudah meluaskan bisnis ekspor rempah-rempah ke luar negeri. Jelas semua itu akan lebih menguntungkan dan banyak menghasilkan uang dari pada bekerja dengan durasi waktu tidak menentu seperti ini."
"Heh! Tau apa kamu sama pekerjaan Deepika?! Dia sangat menyukai pekerjaannya. Dan dia nggak butuh belas kasihan mu untuk bertahan hidup! Aku yang selama ini ada untuknya! Bukan pecundang sepertimu!!"
Adu mulut antara Sani dan.. Dan siapa nama bapaknya Deepika itu? Menurut KTP yang othor lihat dari telapak tangan, lelaki itu bernama Wira. Bukan Wira sableng ya! Wira Aji Sakha, adalah nama bapaknya Deepika.
"Kemana anda selama ini? Kenapa baru sekarang menemui ku dan ibuk? Aku bahkan mengira jika anda sudah meninggal." Ucap Deepika tanpa emosi di sana. Datar terkesan malas mengeluarkan suara.
"Kamu tanyakan saja sama ibumu ini! Dia yang membawa mu pergi. Semua akses untuk menemui mu ditutup! Mau mengirim uang saja ditolak mentah-mentah dengan alasan tidak butuh uang dari ku! Apa itu yang namanya ibu? Dia egois! Hanya memikirkan dirinya sendiri!"
Tak henti Wira menuding Sani sebagai orang yang tidak punya hati karena tega memisahkan dirinya dan sang putri.
"Jangan bercanda. Sama sekali tidak lucu pak. Bahkan jika aku dan ibuku ada di belahan dunia lain, harusnya anda bisa dengan mudah mengetahui dan menemukan kami. Anda kaya, kelihatannya begitu! Orang kaya pasti bisa menggunakan uangnya dengan baik. Kenapa anda tidak bisa menemukan kami dan bilang akses untuk menemui ku ditutup ibuk? Anda pikir ibuku ahli IT, Black widow, atau mungkin Sue Storm?? Sebut saja ibuku egois, lalu sebutan apa yang tepat untuk anda sendiri? Maaf... Jika dilanjutkan, mulutku ini akan menyakiti anda dengan berkata yang tidak enak untuk didengar. Jadi.. Aku harap anda pergi dari sini. Ini sudah malam. Aku dan ibuku butuh istirahat."
Panjang sekali Deepika bicara. Mau tidak mau, suka atau tidak, Wira akhirnya mengalah dan pergi meninggalkan rumah Sani, mantan istrinya.
"Aku tidak seburuk yang kamu pikirkan Yora.." Lirih Wira kala mobilnya sudah menjauh pergi dari kompleks perubahan itu.
Di kamar Deepika.
Dua puluh tahun bukan waktu yang sebentar, jika memang Wira punya niat bertemu tentu tidak akan sesulit itu. Apa Wira hidup di jaman batu? Tidak ada akses internet atau fasilitas transportasi yang mendukung untuk lelaki itu bisa melacak keberadaan anak dan mantan istrinya? Bullshit. Pastilah hanya permainan kata yang Wira ucapan agar Deepika menaruh belas kasihan pada bapaknya itu yang baru muncul kala novel ini mau tutup buku!
Deepika menuju balkon. Melihat ke seberang sana. Kamar itu masih nampak gelap gulita. Apa mas pacar belum pulang kerja? Tiba-tiba dia ingat jika Abhi sedang tak enak badan hari.
"Sakit kok lembur sih." Deepika menggerutu.
Dari luar kamar, suara Sani memanggilnya.
"Iya buk." Ucap Deepika membuka pintu.
"Makan dulu. Jangan tidur dengan perut kosong." Sani bahkan tidak membahas Wira.
"Aku udah makan buk. Ibuk lupa kalau di tempat ku kerja dapet jatah makan?" Deepika mencoba tersenyum. Dapet jatah makan.. Kayak program pemerintah aja.
"Oowh ya udah."
Sani pergi begitu saja. Entah apa yang ibunya kini rasakan. Deepika hanya tidak ingin menambah beban di hati ibunya dengan bertanya tentang Wira.
Pintu tertutup kembali. Dan di seberang sana lampu kamar sudah menyala. Buru-buru Deepika berjalan mendekati balkon. Dia memperhatikan bayangan lelaki yang sedang membuka kemeja kerjanya. Seperti pertunjukan slow motion, satu persatu tangan Abhi bergerak turun membuka tautan kancing kemeja. Dan sialnya, Deepika malah makin melebarkan matanya.
"Itu sengaja?? Bukannya dia tau kalo bayangannya bisa keliatan sampai sini?"
Dan bayangan Abhi pun menghilang. Mungkin dia masuk ke kamar mandi. Atau mungkin melakukan kegiatan lain.. Kegiatan lain itu seperti apa? Deepika menggeleng-gelengkan kepala kencang mengusir sesuatu yang tidak seharusnya dia pikirkan.
"Kamu kenapa?" Nah kan...
"Eh.. Aku? Itu... Enggak. Aku nggak kenapa-kenapa mas." Gugup Deepika.
"Mas, bukannya kamu tadi di kamar lagi buka baju.. Upz." Deepika menutup mulutnya cepat.
Abhi tersenyum. "Ngintip hmm?"
"Siapa yang ngintip lho mas. Kan kamarnya mas ngejeplak madep sini. Ya mau nggak mau, mataku terpaksa liat ke arah situ lah.." Bohong tentang terpaksa! Dia malah sengaja melebarkan matanya tadi!
"Mau tak buka langsung di depan kamu, hmm?" Tawar Abhi bercanda.
"Hahaha... Ngaco! Demam bikin mas makin hmmm ya. Oiya, gimana.. Udah baikan mas? Dan.. Kenapa pulang kerjanya jam segini? Tumben-tumbenan lho."
"Satu-satu nanyanya Deep."
Deepika nyengir canggung. Berusaha menutupi kegugupannya akibat bayangan Abhi melepas kemejanya.
"Aku tadi lembur Deep. Biar cepet nikahin kamu."
Nah kan.. Ini gimana sih? Ngomong dikit kok langsung nancep ke hati! Deepika sampai melongo saking tidak tahu harus ngomong apa. Lama-lama pacaran sama mas mas satu ini bisa diabetes beneran ini mah! Ampun mas'e....
____
Yok yok yok di gass yok.. Yang baru baca bisa kali ngajak temen nongkrong, temen ngopi, temen hidup, temen ghibah, semua temen dikerahkan aja! Biar ikutan ngebucin bareng Abhi dan Deepika. Salam kebacinan eh kebucinan!! Horas!!!
mupon Tis, jgn trs terpaku sama Abhi yg sampe kapanpun tak akan bisa kamu raih
minta nyusul si Kuncup nginep di hotel prodeo keknya
emang lalat doyan ya
kepo banget pengin ikut nimbrung juga tu lalat
sukanya ngorek2 sesuiti yg bikin sakit, bikin luka
untung aja pasanganku laki2, bukan wanita🥶😅, karena wanita itu rumit, ribet
udh tau bakalan sakit ttp aja dia bahas, hingga ujung2nya ribut
tapi pereda keributan paling ampuh bwt pasangan suami istri biasanya gak jauh2 dari urusan 31++
mungkin awalnya dgn emosi, tapi biasanya berakhir dgn Ter menggeh2 bareng
konon katanya lho Ituuuu 👉👈