Istri Shalihah Athalla

Athalla duduk berhadapan dengan gadis bukan mahram yang pertama kalinya dia cinta dan membuatnya tergila-gila. Alessia cantik dengan ootd kasual, pashmina coklat muda.

Lama sekali Alessia tak melihat Athalla, dia rindu dengan tatapan teduh itu. Sayangnya, sedari mereka bertemu Athalla seolah tak mau lagi menatapnya seperti dahulu.

Sempat Alessia meraih jemari Athalla, dan pemuda itu menariknya cepat. "Kamu ada masalah sama anak-anak motor?"

Athalla menggeleng. Suasananya masih diam, hening, dan tenang. Baiklah, Alessia menghela napas, lalu akan mengatakan apa yang ingin dia bicarakan tanpa basa-basi.

"Bisa kita percepat pernikahan?"

Athalla yang sebelumnya menunduk, pemuda itu mendadak menatap Alessia. "Percepat?"

Alessia mengangguk. "Aku mau cepat-cepat nikah sama kamu. Aku mau cepat-cepat halal sama kamu. Aku bosan jauh-jauhan terus!"

Athalla sempat mengusap wajah, berpaling sebentar sebelum menatap kembali wanita yang dia ikat jemarinya sedari masih SMA.

"Tapi aku nggak bisa nikah sama kamu, Alessia."

"Hh, nggak bisa?" Alessia tertawa, ini tidak lucu tapi dia terkekeh. "Jangan becanda, aku serius minta kita cepat nikah, Athalla!!"

"Aku sudah menikah." Akhirnya, bisa juga Athalla mengatakan hal yang seharusnya dikatakannya sedari satu bulan yang lalu.

Tadinya Alessia pikir, Athalla bergurau, tadinya Alessia masih sanggup melebar tawanya, tapi, tatapan serius itu membuat Alessia meredup ekspresi wajahnya seketika.

"Jangan bohong kamu, Athalla--"

"Maafkan aku." Athalla menunduk, bukti bahwasanya Athalla tak sanggup melihat harapan yang tinggi terjatuh di depannya.

"Aku sudah mengkhianati mu." Athalla sedikit lirih, bahkan bergetar, suaranya gemetar.

"Atha--"

Alessia menggeleng, dia menolak keras untuk pengakuan Athalla yang satu ini. Semoga ini hanya bagian dari prank atau semacamnya, Alessia tak mau ini sungguh-sungguh terjadi.

Athalla kembali mengumpulkan keberanian dengan menghela napas dalam. Terpejam, dan ternyata begitu sulit ia mengatakannya.

"Sebenarnya sudah lama. Sudah satu bulan aku menikahinya," jujur Athalla lagi.

"Siapa?" Alessia mau tahu, siapa orang yang sudah berani merebut calon suaminya?

"Siapa Athalla, siapa!!" teriak Alessia.

Suara yang sedari tadi dia tahan, kini dia gelegarkan di hadapan semua orang yang kemudian memusatkan perhatian padanya.

Athalla menunduk lebih dalam. "Dia dari Kalimantan Barat. Dia gadis yang aku tabrak kurang lebih tiga bulan yang lalu."

Berat, Athalla berat untuk melihat kehancuran wanita di hadapannya, sungguh. "Alasan kenapa aku menghindari mu selama ini. Itu karena aku sudah menjadi suami orang, Aley."

Alessia tercengang, bibirnya tak bisa tertutup saking tersentaknya. Dia memang merasakan perubahan Athalla dari tiga bulan lalu, tapi dia kira bukan karena kedatangan pihak ketiga.

"Karena aku pernikahannya gagal. Karena aku kakinya cedera. Dia dicaci maki karena aku. Dan saat itu ... nggak ada yang bisa aku lakuin selain tanggung jawab menikahinya."

"Kamu gila, Athalla!!" Alessia berteriak. Dan orang-orang di sekeliling benar-benar hanya menatap ke arah keduanya. "Kenapa harus menikahinya? Kenapa nggak kamu bayar saja dia berapa pun asal kamu masih milik aku!!"

Alessia berdiri, dadanya sakit hingga dia harus menangis di hadapan tunangannya bahkan di hadapan semua orang yang ada.

"Maaf." Hanya itu yang mampu Athalla celetukan. Yah, dia salah, tapi, ini takdirnya.

"Kamu pikir maaf saja cukup!!" Alessia memukuli kepala tunangannya.

"Kamu bajingan!!" Bahkan menjambak, membabi buta hingga memecahkan gelas-gelas yang ada di meja-meja.

"Ada apa ini?" Seperti takdir memang sedang berpihak pada Athalla. Shakira, si gadis 15 tahun itu berlari menuju keduanya.

"Ini gila Athalla." Alessia masih terus memukuli Athalla berulang kali. "Ternyata brengsek kamu, penipu!!"

"Mas montir!" Gadis itu menuntut jawaban dari kakaknya. Di belakang sana, Gantara dan satu abangnya lagi tengah menyusul ke sini.

Memang sudah menjadi kebiasaan Shakira datang ke tempat ini jika ingin ngedate. Yah, Shakira hanya boleh ngedate dengan Gantara.

Sungguh, lagi-lagi kebetulan yang sangat kebetulan, Gantara menyaksikan bagaimana calon menantunya memukuli putranya dengan pukulan dan teriakan amarah.

"Huaaarh!!"

"Aley!!" Gantara meraih Athalla, setidaknya meski pukulan Alessia tidak terlalu menyakiti, tapi tetap saja seorang ayah tidak akan pernah bisa melihat anaknya dianiaya.

"Apa-apaan ini, Atha?!" cecar Papa Gantara.

Athalla mengusap alis, di mana pukulan gelas Alessia yang barusan, berhasil melukai dan membuatnya berd-arah.

"Ada apa ini?" cecar Mas Abrar. Kalau hanya ribut kecil soal cincin, tidak mungkin separah ini bukan? "Jawab Athalla!!" imbuhnya.

Athalla bersuara lirih. "Ini yang mau Athalla bilang dari kemarin, Athalla sudah menikah. Dan menantu Papa, sudah ada di Jakarta."

"Apa?" Papa Gantara shock. Walau begitu, tak ada yang bisa dia lakukan selain hanya diam.

Sampai, tangisan histeris Alessia, dan tundukan kepala Athalla membuat lelaki yang biasanya selalu bertutur kata lembut menjadi ringan melayangkan tangannya.

Tamparan tidak terelakan. Bagaimana tidak, seorang ayah tidak mengetahui status anak yang sudah menjadi seorang suami, siapa yang sanggup menahan sakitnya?

"Cukup dulu, Pa!!" Tamparan kedua dihalau oleh Mas Abrar. Athalla ditepikan, dilindungi dengan pelukan peduli Dekan keagamaan itu.

Ini yang Athalla takutkan, walau dia juga tahu, jika semakin lama terungkap, maka akan semakin berat permasalahan yang satu ini.

Lihat, bukan hanya Alessia, Papa Gantara pun ikut-ikutan marah padanya. Mungkin bukan marah karena pernikahannya, tapi bohongnya.

"Athalla nggak bisa melanjutkan hubungan dengan Alessia. Athalla sudah menikah, dan ini kenyataannya." Athalla pergi dari kegaduhan itu, meninggalkan Papa Gantara yang masih setia dengan gemingnya.

Sementara, Alessia masih menangis di pelukan Shakira. Dan, tak ada yang bisa Mas Abrar lakukan selain meminta penjelasan lebih lanjut dari adik bandelnya.

"Kamu serius sudah menikah hmm? Ingat lagi darah tinggi Oma, Athalla, jangan bercanda terlalu berlebihan!" tegur Mas Abrar.

Athalla sontak menoleh. "Apa menurut Mas Aba, pernikahan bisa dibuat permainan?!"

Abrar terdiam. "Athalla sudah menikah dengan Khadijah, dan Abi yang bantu Athalla membawa Khadijah datang ke Jakarta."