Di paksa ikut ke salah satu club malam, Amara tidak tahu jika ia di jadikan barang taruhan oleh kakak tirinya di atas meja judi. Betapa hancurnya hati Amara karena gadis berusia dua puluh tiga tahun harus ikut bersama Sean, seorang mafia yang sudah memiliki istri.
Amara di jadikan istri kedua oleh Sean tanpa sepengetahuan Alena, istri pertama Sean. Tentu saja hal ini membuat Alena tidak terima bahkan wanita ini akan menyiksa Amara di saat Sean pergi.
Seiring berjalannya waktu, Sean lebih mencintai Amara dari pada Alena. Hingga suatu hari, ada rahasia yang terbongkar hingga membuat Sean menceraikan Alena dan membuat Amara menjadi istri satu-satunya kesayangan Sean.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11
Hampir semalaman Sean tidak tidur karena menjaga Amara. Mau tidur pun tidak bisa, suhu tubuh gadis ini tiba-tiba saja panas bahkan ia terus mengigau.
Sean merasa bersalah, niat mengerjai malah berakhir seperti ini. Mendengar cerita Sean pagi ini, tentu saja Leon marah.
"Sekarang, apa yang akan kau lakukan untuk menenangkan dia?" Tanya Leon.
"Aku juga tidak tahu, aku belum pernah menemukan orang seperti ini." Jawab Sean membuat Leon menarik nafasnya panjang.
"Bajingan satu ini....!" Umpat Leon yang geram.
Klek,......
Pintu kamar terbuka, pandangan Sean dan Leon langsung tertuju ke arah pintu kamar Amara.
Amara menoleh ke arah Sean dan Leon yang duduk di depan kamarnya.
"Amara, apa kau baik-baik saja?" Tanya Leon.
"Aku baik-baik saja," jawab Amara yang masih terlihat lesu.
"Ayo masuk, kau harus istirahat. Mau kemana kau?"
Sean hendak menarik istrinya masuk ke dalam kamar.
"Aku bosan di kamar, aku butuh udara segar!" Kata Amara.
"Ajak dia pergi berkeliling sebentar," ujar Leon memberi s menurut, pria ini langsung mengajak Amara pergi. Sedangkan Leon kembali ke markas untuk melihat kerja anak buah mereka.
"Aku baru tahu jika mansion mu dekat dengan pantai," ucap Amara yang merasa senang. "Apa aku boleh pergi setiap minggu ke tempat ini?" Tanya Amara.
"Tentu saja boleh," jawab Sean. "Aku memiliki villa di sini."
"Benarkah?" Tanya Amara tidak percaya.
"Iya. Malam ini kita akan menginap di sana."
"Baru sekarang aku pergi jalan-jalan," ucap Amara. "Biasanya aku hanya tinggal di rumah karena ibu tiri ku tidak mengizinkan aku untuk ikut." Ceritanya pada Sean.
"Sepertinya ibu tiri mu orang yang kejam," ujar Sean yang mulai penasaran dengan kehidupan istri keduanya ini.
"Aku tidak sekolah," ucapnya dengan suara pelan. "Entahlah, kata ayah jika aku sekolah akan membuang biaya sedangkan dia menyekolahkan saudara tiri ku."
Amara tertunduk mengingat bagaimana sulitnya kehidupan yang ia jalani. Semakin sulit setelah sang ayah meninggal dunia.
"Jika kau tidak sekolah, apa yang kau lakukan?" Tanya Sean penasaran.
"Ibu tiri ku memaksa ku untuk bekerja sebagai pembantu panggilan setiap kali ayah pergi bekerja. Aku tidak bisa melawan karena mereka pasti akan menyiksa ku."
"Kau di siksa dari kecil?"
"Yang aku beri tahu tadi malam, aku di lempar dari lantai dua itu saat aku berumur delapan tahun."
Sean benar-benar menggelengkan kepalanya mendengar cerita kehidupan Amara. Sean tak menyangka jika ia menikahi seorang gadis yang hidupnya penuh dengan penderitaan.
"Kita sudah sampai, turunlah. Kau bisa menenangkan hati mu di sini," ujar Sean.
"Wuaaah,.....bagus banget pemandangannya," ucap Amara.
Amara berlari menuju pinggiran pantai, di mainkannya pasir pantai yang begitu putih dan bersih. Deburan ombak begitu memecah suasana. Tubuh yang semula lemas mendadak segar bertenaga.
Sean memandang istrinya, senyum tipis terukir dari wajah pria ini.
"Amara, ayo masuk!" Ajak Sean.
Amara berlari kecil menghampiri suaminya kemudian mereka masuk ke dalam villa.
"Villa ini hanya ada satu kamar. Selain aku, tidak ada yang boleh tidur di villa ini termasuk Alena." Ujar Sean memberitahu Amara.
"Pembohongan yang sungguh lucu," ucap Amara.
"Apanya yang bohong?" Tanya Sean tidak terima.
"Masa iya istri yang kau nikahi selama tiga tahun tidak pernah menginap di tempat ini. Sangat lucu!"
"Aku serius, hanya kau yang aku ajak. Jika kau tidak percaya, kau bisa bertanya pada Daren dan Leon atau pak Pet!"
Amara menatap mata suaminya, gadis ini berusaha mencari celah kebohongan tapi, tidak ia temui.
Sementara itu, saat ini Remon sedang pusing mencari keberadaan Alena. Entah kenapa wanita itu tiba-tiba berangkat sendiri ke luar negeri tanpa memberi kabar pada dirinya.
Berusaha menyelidiki tapi, tetap saja Remon tak bisa menemukan jejak Alena yang sudah pergi ke London dua hari yang lalu.
"James, apa kau yakin jika Alena sudah naik pesawat hari itu?" Tanya Remon tidak percaya.
"Sudah, aku sudah mengkonfirmasi keberangkatan Alena pada pihak bandara." Jawab James membuat Remon kebingungan.
"Seharusnya dia memberi kabar pada ku," ucap Remon.
"Anak buah yang aku kirim untuk mengintai di area markas Sean pun mengatakan jika tidak ada tanda-tanda Alena."
"Kemana perempuan sialan itu?"
Remon terus mengumpat, Alena yang tiba-tiba menghilang membuatnya khawatir mengingat hanya Alena yang bisa membantunya untuk menghancurkan Sean.
"Cari sampai ketemu. Dia sangat berharga untuk ku," titah Remon.
"Bos, ada utusan dari geng teratai hitam yang ingin bertemu." Ucap salah seorang anak buah Remon memberitahu.
Remon mengerutkan keningnya penasaran.
"Suruh masuk!" titahnya.
Kedua utusan dari geng teratai hitam pun masuk ke dalam markas Remon. Mereka memberikan titipan surat dari tuan mereka kepada Remon.
Remon langsung membaca surat tersebut.
"Pergilah.....!" Ujar Remon
Kedua orang itu pun pergi.
Siang telah berganti malam, selesai makan malam Sean dan Amara menikmati indahnya pemandangan pantai di malam hari di bawah sinar bulan.
Seumur hidup Amara, baru sekarang ia menikmati hidup yang sesantai ini. Duduk berdua dengan suami di atas hamparan pasir putih.
Hembusan angin pantai menusuk pori-pori kulit Amara. Gadis ini mengusap-usap lengannya untuk sekedar menghangatkan diri.
Sean begitu paham, pria ini beranjak untuk berpindah posisi duduk ke belakang Amara.
"Heh mau apa?" Tanya Amara mendadak gugup.
"Diamlah!" Sahut Sean yang langsung memeluk istrinya dari belakang. "Hangatkan?"
Amara tak menjawab, gadis ini benar-benar mati ucap. Pelukan hangat membuatnya begitu nyaman sekarang.
"Kita berselisih umur tujuh tahun. Benarkan?" Tanya Sean mencari topik.
"Sepertinya iya!" Jawab Amara singkat.
"Semakin malam hembusan angin semakin kencang," ucap Sean yang sedang menahan pedang pusaka miliknya yang sudah bangun sejak tadi.
"Iya...!" Jawab Amara singkat.
Tiba-tiba saja Sean memalingkan wajah istrinya untuk berhadapan dengan wajahnya. Netra mata gadis ini terlihat gugup saat sang suami terus memandangnya.
Tanpa banyak bicara, Sean meraih bibir tipis yang sangat menggoda dirinya. Di ciumannya begitu lembut hingga membuat Amara tak berkutik.
"Amara, balas ciuman ku!" Bisik Sean kemudian pria ini kembali mencumbu bibir istrinya.
Mata Amara berkedip-kedip menikmati kenyal bibir suaminya. Tangan Sean mulai nakal mencari daging sintal milik istrinya.
Ummmph.....
Lenguh Amara saat sang suami mencumbu bibirnya sambil meremas salah satu buah dadanya. Entah kenapa kali ini Amara tak bisa menolak tindakan suaminya.
"Mari bercinta dengan ku malam ini," ucap Sean begitu lembut di telinga istrinya.
Amara tak menjawab, gadis ini malah sibuk menyembunyikan rona wajah yang memerah menahan malu. Sean pun menggendong istrinya masuk ke dalam villa untuk memulai permainan yang lebih jauh lagi.
tapi kalo lagi jutek tetep ngakak