Zhang Wei, seorang pelayan rendahan berusia 15 tahun, terusir dari salah satu keluarga besar di Kekaisaran Qin. Dalam usahanya bertahan hidup sebagai pemburu spiritual beast, ia menemukan sebuah pedang tua yang ternyata menyimpan roh seorang kultivator legendaris bernama Lian Xuhuan.
Dengan kekuatan dan pengetahuan mendalam tentang kultivasi, Lian Xuhuan menawarkan bimbingan kepada Zhang Wei untuk menjadi pendekar hebat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Hadapan Para Tetua
Setelah kembali ke desa, Zhang Wei diminta beristirahat lebih lama untuk memulihkan kondisinya. Namun, pagi berikutnya, seorang penjaga elf mengetuk pintu kamarnya.
"Zhang Wei, para tetua memintamu untuk menghadap di balai pertemuan," katanya dengan suara tenang namun penuh kewibawaan.
Zhang Wei yang baru saja selesai bermeditasi membuka pintu dan mengangguk. "Baiklah, aku akan segera ke sana," jawabnya.
Liora yang kebetulan berada di dekat kamar Zhang Wei memandangnya dengan cemas. "Jaga sikapmu di hadapan para tetua. Mereka mungkin sudah memiliki rencana tertentu untukmu," ucapnya serius.
"Terima kasih atas peringatannya, Liora," kata Zhang Wei sambil tersenyum tipis. Dia tahu, pembicaraan ini akan menjadi sesuatu yang penting.
Balai pertemuan adalah bangunan terbesar di desa, terbuat dari kayu kuno yang dipenuhi ukiran rumit tentang sejarah suku elf. Ketika Zhang Wei masuk, ruangan itu dipenuhi oleh aura tenang namun menekan. Lima tetua duduk di kursi besar melingkar, dengan tatapan penuh wibawa yang terarah kepadanya.
Di tengah ruangan, sebuah meja besar memuat gulungan-gulungan kuno, peta wilayah, dan kristal bercahaya yang tampak digunakan sebagai alat komunikasi.
"Zhang Wei," salah satu tetua, seorang elf tua dengan rambut perak panjang, memulai. "Kami telah banyak berdiskusi sejak kau tiba di desa ini. Ada beberapa hal penting yang ingin kami bicarakan."
Zhang Wei menundukkan kepala sedikit, menunjukkan rasa hormat. "Saya mendengarkan, Tetua."
Tetua yang sama melanjutkan. "Kau mengaku berasal dari altar kuno yang terletak di tengah salju, benar?"
Zhang Wei mengangguk. "Benar. Saya tidak tahu bagaimana saya sampai di sana. Saya hanya sadar setelah melewati lingkaran teleportasi kuno."
Para tetua saling berpandangan sebelum salah satu dari mereka, seorang wanita dengan mata hijau yang tajam, berbicara. "Altar itu adalah bagian dari tempat suci kami yang hilang sejak ribuan tahun lalu. Menurut ramalan kuno, seorang anak ajaib akan muncul di sana, membawa harapan bagi suku kami. Kau menyebutkan bahwa kau tidak memiliki tujuan ketika tiba di sini, tetapi tindakanmu menunjukkan sesuatu yang berbeda."
Zhang Wei mengerutkan kening. "Ramalan? Apa maksud Anda dengan 'anak ajaib' itu?"
Tetua wanita itu tersenyum tipis. "Ramalan itu berbicara tentang seseorang yang akan membawa perubahan besar, tidak hanya untuk suku elf tetapi juga untuk dunia. Berdasarkan informasi yang kami kumpulkan, kau memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan ramalan itu."
Zhang Wei menunduk, merenung sejenak. "Saya hanya seorang kultivator yang kebetulan sampai di tempat ini. Saya tidak tahu apa-apa tentang ramalan atau takdir besar seperti itu," jawabnya dengan nada serius.
Tetua lain, dengan suara lebih lembut, berbicara. "Mungkin benar kau tidak tahu. Namun, fakta bahwa kau tiba di altar kuno itu tidak bisa diabaikan. Kami ingin mengujimu lebih jauh untuk memastikan apakah kau benar-benar orang yang dimaksud dalam ramalan."
"Ujian?" Zhang Wei bertanya dengan nada datar, matanya menatap tajam ke arah para tetua.
Tetua dengan rambut perak mengangguk. "Di dalam hutan suci kami, ada sebuah tempat terlarang yang hanya bisa dimasuki oleh mereka yang memiliki hubungan dengan ramalan kuno. Tempat itu dikenal sebagai Kuil Kebenaran. Kami ingin kau pergi ke sana dan menjalani ujian yang telah ditetapkan oleh leluhur kami."
"Apa yang akan terjadi jika saya tidak lulus ujian itu?" Zhang Wei bertanya tanpa rasa gentar.
Tetua wanita menjawab dengan nada serius. "Jika kau tidak lulus, itu berarti ramalan ini bukan tentangmu. Kami tidak akan menyakitimu, tetapi kau harus meninggalkan wilayah kami. Namun, jika kau berhasil, maka itu akan menjadi bukti bahwa takdirmu terhubung dengan masa depan suku elf."
Zhang Wei mengangguk, ekspresinya tenang. "Baik. Jika itu permintaan kalian, saya akan menjalani ujian tersebut."
Setelah pertemuan selesai, Zhang Wei kembali ke kamarnya. Liora sudah menunggunya di sana, wajahnya menunjukkan kekhawatiran.
"Aku mendengar tentang keputusan para tetua. Apa kau benar-benar akan pergi ke Kuil Kebenaran?" tanyanya.
"Apa aku punya pilihan lain?" Zhang Wei menjawab sambil tersenyum tipis. "Lagipula, aku juga ingin tahu apa yang sebenarnya mereka maksud dengan ramalan itu."
Liora menghela napas. "Kuil itu adalah tempat yang berbahaya. Banyak dari kaum kami yang mencoba memasukinya, tetapi mereka tidak pernah kembali."
Zhang Wei tertawa kecil. "Bukankah itu semakin menarik? Aku tidak akan mati begitu saja, Liora."
Rania yang tiba-tiba masuk ke kamar itu menatap mereka dengan antusias. "Kak Zhang Wei akan pergi ke Kuil Kebenaran? Aku juga mau ikut!"
Liora segera menarik Rania ke samping. "Ini bukan tempat untuk bermain, Rania. Kakakmu ini hanya ingin mempermainkan orang lain."
Rania merajuk, memandang Zhang Wei dengan mata memohon. "Tapi aku mau ikut..."
Zhang Wei menepuk kepala Rania dengan lembut. "Kali ini, kau harus tinggal di desa, Rania. Aku janji akan kembali dengan selamat."
Pagi berikutnya, Zhang Wei berangkat menuju hutan suci, ditemani oleh dua pengawal elf sebagai penunjuk jalan. Hutan itu dipenuhi dengan pepohonan tinggi yang memancarkan cahaya hijau lembut, dan aura spiritual yang pekat terasa di setiap sudutnya.
Dalam hati, Zhang Wei merasa penasaran dengan apa yang menunggunya di sana.
"Kuil Kebenaran, ya..." gumamnya sambil menatap jalan di depannya. "Semoga ini sepadan dengan semua kerumitan ini."