Sebuah pulpen langganan dipinjam Faiq kini tergeletak begitu saja, pemuda yang suka menggodanya, mengusiknya dengan segala cara, ia tidak pernah kehabisan akal untuk mengerjai Vika.
Vika memandanya dengan harap si tukang pinjam pulpen itu akan kembali. Ia memelototi pulpen itu seolah memaksanya membuka mulut untuk memberitahu dimana keberadaan Faiq.
••••••••
Goresan Pena terakhir ini
Kini tinggalah kenangan
Yang pernah kita ukir bersama
Sekarang kau tak tahu dimana
Tak ada secarik balasan untukku
Akankah titik ini titik terakhir
Yang mengakhiri kisah kita?
Kisah kau dan aku
-Vika Oktober 2017
⏭PERHATIAN CERITA MURNI HASIL PEMIKIRAN AUTHOR, BILA ADA KESAMAAN TOKOH MAUPUN TEMPAT, DLL. MERUPAKAN MURNI KETIDAK SENGAJAAN⏮
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kepik Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Black hole
...|Happy Reading|...
silahkan razia typo dan lain-lain, karena pasti akan ada banyak typo kedepannya, silahkan berkomentar.
...••★••...
Kelas 12, itu artinya siswa yang duduk di bangku kelas 12 adalah penguasa di antara semua siswa sekaligus sebagai contoh untuk mereka, tapi terkadang contoh itu menjerumus ke hal-hal yang buruk. Mereka bebas bolos pelajaran, nongkrong di warung depan sekolah untuk menghabiskan sebatang rokok bahkan lebih, atau membuat surat keterangan sakit dan ijin palsu. Mereka bebas melakukan hal-hal yang mereka mau selama tidak ketahuan oleh guru. Bahkan adik kelas yang ada dibawahnya harus tunduk kepada mereka, tutup mulut, tak ada yang berani melapor kepada guru semua keburukan kakak kelasnya itu, mereka itu galak, tapi solidaritasnya sudah senior, mereka akan melindungi siapapun yang menggunakan seragam yang sama dengan mereka.
Kurang lebih, seperti itulah yang ada di bayangan para siswa kelas 12 di akhir tahun mereka menjadi siswa di SMA Nusa Bakti. Kenyataan pahit kembali menyadarkan mereka. Adik kelas yang bernama Zoya merupakan musuh semua orang yang gemar membolos. Jangankan bertemu dengan guru, bertemu dengan Zoya yang hendak ke toilet saja, membuat mereka takut hingga membatalkan niat membolos. Zoya hanya akan menatap mereka tajam lalu melaporkan kepada Bu Pertiwi. Berakhir dengan bimbingan konseling yang memakan waktu berjam-jam belum lagi lari lima putaran mengelilingi lapangan atau membersihkan toilet.
Sudah setengah tahun akhirnya drama kembali lagi terlihat, kali ini bukan di kantin tetapi di arena parkir, suara Zaki dan Zoya kembali terdengar bersahutan. "Lo itu nggak ada hormat-hormatnya sama kakak kelas ya? Sombong gara-gara sekarang jabatan lo jadi ketua OSIS? Lo atur aja hidup lo sendiri, nggak usah ngatur hidup gue!" teriak Zaki sambil berusaha melangkah melewati tubuh kecil Zoya yang menghadangnya. Tapi bukan perkara yang mudah untuk lolos dari Zoya. Kemanapun Zaki melangkah, Zoya selalu mengikuti. Hal itu selalu membuat Zaki mengerang keras.
Berbanding terbalik dengan Zaki, ekspresi wajah Faiq masih sangat terjaga, tenang dan begitu datar. "Gue ke kelas dulu, bentar lagi mau bel." Faiq berjalan dengan santai tanpa mempedulikan perdebatan Tom and Jerry itu.
"Gue ogah kali ngurusin hidup lo kayak gini. Tapi sayangnya ini tugas gue, udah jadi kewajiban gue buat mendisiplinkan siswa bego kayak lo." perkataan sarkas Zoya sukses membuat emosi Zaki makin memuncak.
"Barusan lo ngomong apa? Gue bego?" Zaki balik bertanya, untuk memastikan dirinya tidak salah dengar. Melihat Zoya yang mengangkat bahunya acuh, sukses membuat Zaki mendorong Zoya tanpa perasaan, sampai dirinya tersungkur. Zaki tidak mempedulikan bisikan dari orang-orang di sekitar mereka. "Setahun. Udah cukup selama ini gue bersabar sama tingkah lo. dan lo selalu aja mancing emosi gue. Lo bilang gue bego? Emang apa ruginya lo kalau gue bego? Nggak ada sama sekali sangkut pautnya sama hidup lo! DASAR TUKANG CAPER!"
Demi apapun, Zaki tidak bermaksud melukai Zoya. Dia bukan Aries yang tidak akan pandang bulu kepada siapa saja yang berani menginjak harga dirinya. Tapi kesabaran Zaki sudah habis untuk menghadapi gadis di hadapannya. Apa salahnya menggunakan sepatu sneakers? Banyak siswa kelas 12 yang menggunakan sepatu seperti itu. Tapi kenapa harus Zaki yang berhadapan dengan Zoya? Membuat harinya yang seharusnya cerah menjadi berbadai.
Mengetahui Zaki melangkah untuk pergi, Zoya tak tinggal diam. Ketika kaki Zaki tepat di samping tubuhnya, dengan cepat Zoya menjegal kaki laki-laki itu dengan kencang. Pekikan terdengar dari mulut semua orang. Tidak sedikit para siswa yang berbisik, mereka tak percaya dengan yang mereka lihat. Zaki, salah satu most wanted di SMA Nusa Bakti, baru saja jatuh dengan tubuh tengkurap dan dada yang membentur lantai terlebih dahulu.
"Shit!" Di saat seluruh tubuhnya terasa remuk saja Zaki masih mampu mengeluarkan kata-kata kotor. Dan sedetik kemudian Zaki berteriak histeris ketika Zoya mengeluarkan gunting dari tasnya. "Sinting lo, jangan gunting sepatu gue! Zoya!"
Zoya sama sekali tak mempedulikan teriakan Zaki. Dia sudah menggunting sepatu Zaki tepat di bagian tengah. "Lo kan kaya raya, beli aja sepatu lagi!"
Srek!
Sepatu Zaki sukses disobek oleh Zoya.
Setelah itu, Zoya melepaskan kaki Zaki, membuat tempurung lutut Zaki membentur lantai tanpa ampun. "Sekali lagi lo ngelanggar aturan, siap-siap lo dipermaluin lagi! Dan ya lo bego, udah tahu tata tertibnya nggak boleh pake sneakers, lo masih aja pakai sepatu beginian!" Zoya menendang kaki Zaki begitu keras membuat sang empu meringis di bawah sana.
Susah payah Zaki bangkit dari posisinya. Dia melihat belasan pasang mata yang menatapnya iba, tak pernah sekalipun dia mendapatkan tatapan ini sebelumnya. "Ngapain lo pada ngeliatin gue? Bantuin kagak. Bubar sana bubar!" mata laki-laki itu mengunci targetnya, sesosok gadis kecil yang berjalan menjauh darinya. "Suatu saat nanti gue bakal kalahin lo, Zoya."
Tangan Zaki mengusap dadanya yang sempat membentur lantai beberapa saat lalu, sakitnya tak seberapa dibanding malu yang ia terima. Hancur sudah sejarah Zaki yang penuh pesona di SMA Nusa Bakti.
"Sepatu kakak kenapa?" tanya Vika ketika melihat Zaki berjalan dengan sedikit pincang di koridor kelasnya. "Habis di grebek sama si Zoya gesrek."
"Sensi amat, Kak. Sini gue bantu papah!" tanpa menunggu persetujuan Zaki, Lita langsung memapah pria itu. Di susul Vika, kedua gadis itu merasa iba dengan kondisi yang Zaki alami, lagipula apa salahnya menolong?
"Buset, Iq! Calon pacar lo diembat Zaki!" teriak Aries ketika melihat Zaki, Lita dan Vika di depan kelasnya. Faiq yang mendengar teriakan dari Aries langsung terbangun dari tidurnya. "Sepatu lo kenapa, Ki?" tanya Faiq ketika Zaki baru saja memasuki kelas. "Gara-gara lo pergi, Nih!" ujar Zaki, dia memasang wajah kesalnya jika sudah begini tak ada yang akan berani mengusiknya, Zaki memang 11-12 temperamennya dengan Faiq.
"Lo udah mirip gelandangan, jalan bungkuk, pincang, compang-camping pula. Coba aja muka lo cemong, sah tuh jadi gelandangan." Ucapan Aries mampu menambah api amarah yang berkobar di mata Zaki.
"Shit!" dengus Zaki, dia membanting tasnya cukup keras membuat yang lain menoleh kepadanya. Faiq yang melihat hal itu langsung keluar kelas, dia tau betul saat ini Zaki harus sendiri.
"Vika, ikut gue ke kantin!" ujar Faiq, dia menariknya tanpa permisi. "Eh, kak gue gimana?" Lita tampak kesal karena ditinggal sendiri.
"Lo? Pulang aja ke kelas sendiri." Faiq mengatakan itu tanpa menengok sama sekali, ia tetap melanjutkan jalannya, sedangkan lawan bicaranya sibuk menggerutu kesal.
"Kak, kasian Lita di tinggal gitu." ujar Fika, kini mereka sudah sampai di kantin. "Bodo. Mbak Siti pesen baksonya dua porsi!" teriak Faiq dari tempat duduknya, Faiq yang melihat raut wajah Vika berubah segera menggoncang pundaknya. "Ada apa?"
"Eng-gak! Nggak ada apa-apa." Cicit Vika. "Bohong!" bola mata segera menelusuri setiap sudut kantin, ia dapat melihat Nesya di sana. "Nggak perlu takut! Nesya nggak akan berani risak lo lagi." Faiq menepuk kepala Vika yang tertunduk, sepetinya benar mengusap puncak kepala Vika kini menjadi hobinya.
"Kak!"
"Hem, dimakan dulu baksonya nanti dingin." Mendengar itu Vika mengangguk, ia langsung mengambil sendok dan yang paling utama sambal. Ia sibuk memakan baksonya hingga lupa apa yang akan dia tanyakan tadi.
Sedangkan di belakang sana Nesya sibuk mengaduk jus alpukat yang tadi ia pesan, rasa cemburu membabi buta dalam hatinya. Ingin rasanya dia berlari ke arah mereka lalu menjambak rambut Vika, tapi untuk sekarang itu tak dapat terjadi jika Nesya melakukannya sekarang Faiq akan semakin menjauhinya. Nesya menyeringai ketika sebuah ide terbesit dalam otaknya, ia sangat yakin dengan ide ini dia bisa menghancurkan Vika sehancur hancurnya.
"Liat aja nanti Vik! Gue bakal balas semua yang terjadi sama gue kemarin."
•••••
...*...
...*...
...*...
...TBC...
...Thanks for Reading 💙🌻...
...Jangan lupa like dan komen ya🫶...
...Luv You All💙🌻...
^^^🐞Kepik senja^^^