Demi menghindari kejaran para musuhnya, Azkara nekat bersembunyi di sebuah rumah salah-satu warga. Tanpa terduga hal itu justru membuatnya berakhir sebagai pengantin setelah dituduh berzina dengan seorang wanita yang bahkan tidak pernah dia lihat sebelumnya.
Shanum Qoruta Ayun, gadis malang itu seketika dianggap hina lantaran seorang pemuda asing masuk ke dalam kamarnya dalam keadaan bersimbah darah. Tidak peduli sekuat apapun Shanum membela diri, orang-orang di sana tidak ada satu pun yang mempercayainya.
Mungkinkah pernikahan itu berakhir Samawa sebagaimana doa Shanum yang melangit sejak lama? Atau justru menjadi malapetaka sebagaimana keyakinan Azkara yang sudah terlalu sering patah dan lelah dengan takdirnya?
•••••
"Pergilah, jangan buang-buang waktumu untuk laki-laki pendosa sepertiku, Shanum." - Azka Wilantara
___--
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama konten kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32 - Mas Bukan Nabi
Kata orang, salah-satu kesempatan untuk bermanja adalah saat sedang sakit. Sebuah fakta yang dulu hanya bisa Shanum dengar dari teman-temannya, kini benar dia rasakan. Tak hanya di rumah sakit saja, begitu pulang Azkara tetap seperhatian itu padanya.
Entah karena menebus kesalahan semata atau memang pada dasarnya Azkara penyayang. Akan tetapi, seharian ini Shanum benar-benar diratukan. Mengingat dia memang masih belum berpuasa, sementara Azkara yang melayani semua kebutuhannya.
Padahal, Shanum sudah mengatakan jika dirinya baik-baik saja, dia sudah bisa sendiri jadi tidak perlu diperlakukan seperti orang sakit lagi. Namun, sekeras apapun Shanum meminta tetap akan kalah dengan kekuasaan Azkara.
Jangankan mau melakukan banyak kegiatan, keluar dari kamar saja belum Azkara izinkan. Makan minumnya diambilkan, ditanya mau apa dan itu semua bukan dilakukan ART, melainkan Azkara sendiri.
Sama seperti di rumah sakit, Azka sibuknya luar biasa. Pertanggung jawabannya tidak kira-kira, Shanum pendarahan, tapi perlakuan Azkara sudah seperti pada wanita baru melahirkan.
"Sudah dulu, Mas, kamu tidak capek ya?" tanya Shanum menahan pergelangan tangan sang suami yang hendak mengembalikan piring dan gelas kotor bekasnya.
Dilihat dari bibir dan matanya, Azkara lelah, tapi tidak dia utarakan sedikit saja. Padahal, sewaktu di Yogya Shanum lihat sendiri selemah apa iman Azkara, apa mungkin karena hanya di rumah? Tapi melihat rutinitasnya mustahil biasa saja.
Azkara menunduk, meletakkan kembali piring dan gelas kotor itu ke meja. Dia menghela napas panjang sebelum kemudian mengulas senyum hangat ke arah istrinya. "Capek sebenarnya ... tapi buat cantikku ini tidak masalah," jawabnya kemudian.
Shanum yang semudah itu terbawa perasaan seketika memerah. Maklum saja, Azkara adalah pria pertama yang mampu membuatnya porak-poranda hanya dengan untaian kata.
Beberapa pria yang dia kenal sebelum ini hanya bicara seadanya saja, termasuk Gus Faaz walau sudah berstatus sebagai calon suaminya. Selain karena Shanum memang begitu menjaga diri, pria yang mengenalnya juga sadar diri dan tidak seberani Azkara dari segala sisi.
Sejak awal bertemu, Shanum memang sudah sempat terbuai akan lidah tak bertulang Azkara. Dalam hitungan menit, pria itu sudah menenangkannya dengan sebutan Honey dan hal itu tidak akan pernah Shanum lupa.
Dipertemukan dengan cara yang tidak biasa, dan setelah menikah ternyata dibuat merasa amat berharga. Tidak heran, ketika Azkara mulai meloloskan kata manisnya, wajah Shanum bersemu merah.
"Malah nunduk, lihat ke sini coba," ucap Azkara meraih dagunya lantaran Shanum sampai menunduk saking malunya.
Semakin diminta semakin dia salah tingkah, Azka yang gemas sendiri jelas tidak kuasa untuk tidak mengecup bibir sang istri beberapa saat.
"Eh?" Shanum terkejut, tindakan spontan Azkara selalu saja membuatnya berdebar.
Lebih terkejut lagi, nyatanya Azkara tidak cukup melakukannya sekali. Setelah sukses mencuri kesempatan, Azkara kembali meraih tengkuk lehernya dan bermaksud melakukan yang lebih dari sekedar kecupan.
Namun, untuk kali ini jalan Azka tidak semulus sebelumnya. Shanum menahan dadanya hingga Azkara mengerutkan dahinya.
"Heum?" tanya Azka sembari kembali memajukan wajahnya dan tak berhasil juga karena Shanum memalingkan wajah seketika.
"Ck? What the_ kenapa?" Azkara berpindah duduk di sebelah Shanum dan tampak sekesal itu lantaran mendapat penolakan untuk pertama kalinya.
Shanum yang melihatnya juga merasa lucu, dia meng-ulum senyum dan hal itu justru membuat Azkara semakin berobsesi untuk mendapatkan bibirnya siang ini.
Alhasil, dengan tekad dan sifat tak mau kalah dalam dirinya, Azkara lagi-lagi mencoba dan bermaksud mencuri kesempatan untuk kesekian kali, dan gagal juga. "Ays, Babe!! I wanna kiss you!!"
Kekesalannya mulai kentara, Azkara tidak lagi bersikap sok cool karena mungkin sudah berasap ubun-ubunnya. Dia menatap sebal sang istri yang kini tertawa kecil seolah lucu sekali.
.
.
"Kamu kenapa sih?"
Shanum menggeleng pelan, sudah tentu masih tertawa pelan ."Kamu puasa, Mas."
"Kenapa kalau puasa? Bau?" tanya Azka dengan segala prasangka buruknya.
"Bukan, tapi alangkah baiknya nanti saja ... setelah buka," ucap Shanum mengingatkan karena kembali lagi di sini Azkara lah yang dia pikirkan.
"Apa hubungannya? Ciuman tidak membatalkan puasa ... bentar, kamu lihat ini ya!!" Siapa sangka, dia sudah menyiapkan jawaban untuk pernyataan sang istri.
Azkara bergegas meraih ponsel dan menunjukkan artikel tentang hukum ciuman saat berpuasa. Seyakin itu dia menunjukkan hasil pencariannya di internet dan hal itu sukses membuat Shanum tergelak.
"Lah ketawa? Aku tidak sedang bercanda ya, memang benar tidak membatalkan puasa, Shanum, coba baca dan buka matamu lebar-lebar," kesal Azkara mulai ngotot dan merasa tidak ada yang salah dengan semua ini.
"Iya, Mas, aku tahu." Jauh dari itu Shanum tahu, lucu saja Azkara sampai ngotot dan memintanya buka mata lebar-lebar.
"Nah kalau tahu kenapa ditolak?"
"Sebelum itu coba aku bacakan lagi informasi dari sumber yang Mas cari ya," ucapnya masuk mode serius dan Azkara mengangguk karena memang sudah sangat siap untuk adu mulut.
"Silakan, sama hadits-nya juga ya, awas kalau ketinggalan."
Shanum mengangguk, dia menelaah lebih dulu sebelum berucap. "Okay kita mulai, dari Aisyah RA berkata 'Nabi SAW pernah mendekatiku untuk menciumku, lalu aku berkata "Aku sedang berpuasa", maka beliau bersabda "Aku juga sedang berpuasa" kemudian beliau menciumku. (H.R An-Nasai) ... sampai sini tidak masalah, 'kan?"
"Aman, lalu apa? Sudah jelas di sana tidak ada larangan, 'kan?"
"Namun!! Ada namunnya di sini, Mas harus dengerin sampai habis," balas Shanum ikut-ikutan tidak mau kalah dari sang suami. "Perlu dicatat bahwa ciuman yang dimaksud adalah ciuman bermakna menunjukkan kasih sayang dan tidak menimbulkan rangssangan sek-sual," tambahnya lagi.
Azkara memijat pangkal hidung, dia mulai mengerti maksud Shanum apa. Akan tetapi, sebagai pria dengan gengsi tinggi mana mau Azkara kalah di tengah. "Ka-kamu pikir aku menciummu bukan menunjukkan kasih sayang?"
"Ya siapa tahu, ada baiknya dihindari ... bukan bermaksud bagaimana, tapi Mas bukan nabi, mustahil ciumannya bisa biasa saja, orang naf-suan begitu," ungkap Shanum terang-terangan dan sukses membuat Azkara mengerjap pelan.
"Heih mulutnya, sembarangan!!Bukan naf-suan, untuk laki-laki normal sepertiku itu wajar, Sayang."
"Wajar?"
"Iyak, wajar dong."
"Oh, baru tahu." Shanum mengangguk pelan seolah henar-benar mengerti. "Kategori wajar saja istrinya sampai pingsan, bagaimana kalau lebih dari itu?" gumam Shanum seraya melayangkan tatapan penuh curiga ke arah Azkara.
"Suaminya ikut pingsan, puas?!" sahut Azkara yang sama sekali tidak Shanum duga karena dia kira tadinya bicara dalam hati sungguh.
"Eh, Mas dengar ya?"
"Mas dengar ya? Mas dengar ya?" Azkara menirukan gaya bicara sang istri. "Ya dengarlah, kamu ngomongnya depan muka."
"Bercanda, Mas, otakku lagi aneh ... tiba-tiba kepikiran saja tentang mode tidak wajarnya," ungkap Shanum berusaha meluruskan agar Azkara tidak salah paham.
Tak segera menjawab, pria itu melayangkan tatapan tak terbaca pada sang istri. "Ehm kamu mau coba? Aku bisa lebih gila dari malam itu tahu kalau kamu mau," ucapnya yang ternyata sukses membuat Shanum ketar-ketir dan segera berlalu ke kamar mandi yang membuat gelak tawa Azkara menggema.
"Loh? Kok pergi, jawab dulu hei!!" desak Azkara mengikuti langkah sang istri, terlambat beberapa detik karena Shanum berhasil menguncinya sebelum pria itu tiba. "Aih, kenapa pakai dikunci segala? Dia menganggapku ca-bul atau bagaimana?"
.
.
- To Be Continued -