Menceritakan seorang wanita yang memiliki perasaan cinta kepada suaminya sendiri. Penikahan paksa yang di alami wanita itu menyebabkan tumbuhnya beni cinta untuk sang suami meskipun sang suami selalu bersikap dingin dan acuh kepadanya.
Wanita yang bodoh itu bernama Andin. Wanita yang rela suaminya memiliki kekasih di dalam pernikahannya, hingga sebuah kecelakaan terjadi. Andin mengalami koma dan ketika sadar semua tidak seperti yang di harapkan oleh sang suami.
Apakah cinta Andin tetap bertahan meskipun ia menderita amnesia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yasmin Eliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebersamaan Andin dengan Marcel
Kakek bersiap-siap untuk pergi menemui Rian. Ketika kakek keluar dari kamar kakek bertemu Andin yang masih menggunakan piyama.
"Kakek mau kemana?" tanya Andin bingung melihat kakek yang rapi.
"Kakek mau keperusahaan, kamu mau iku?" tanya kakek.
"Tidak kek... Andin mau siap-siap kekampus. Hati-hati ya kek" ucap Andin sambil tersenyum. Kakek hanya tersenyum.
Andin siap-siap ke kampus, dirinya kesal dengan Rian yang tidak membangunkannya dan membuat dirinya bangun kesiangan.
"Awas saja laki-laki tua itu" ucap Andin geram setelah ia tahu dari para pembantu kalau suaminya sudah berangkat ke kantor.
Andin mempersiapkan dirinya untuk kekampus. Setelah mandi dan memakai setelan celana panjang serta kemeja dirinya baru melihat hp.
"Waw... panggilan dari kak Marcel banyak banget!" ucap Andin yang terkejut karena hp nya silent.
Andin buru-buru mengirim chat yang berisi maaf kakak tadi malam tidak pegang hp.
Setelah pesannya sampai, panggilan dari Marcel terdengar kembali.
"Andin... Kamu baik-baik saja?" tanya Marcel penuh kekhawatiran sebab dirinya tidak mengikuti mata kuliah di pagi hari.
"Aku baik-baik saja kak... tadi malam aku tidur tidak nyenyak jadi kesiangan" ucap Andin dalam sambungan telepon sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.
"Oke jika begitu, hari ini kamu ke kampus tidak?" tanya Marcel.
"Aku baru mau berangkat kak... sekitar satu jam lagi ada meta kuliah" ucap Andin dalam sambungan telepon.
"Setelah mata kuliahnya selesai, boleh kita jalan? Aku kangen masalalu kita di sekolah. Mungkin kamu masih ingat masa-masa di sekolah. Hitung-hitung reunian." ucap Marcel.
"Oke kak" ucap Andin
Andin keluar kamar setelah selesai mempersiapkan diri dan mempersiapkan buku yang akan di bawa untuk pelajaran selanjutnya.
Andin membuka dompet yang ada fotonya. Di lihatnya uang yng ada di sana sangatlah tipis.
" jika begini aku harus bagaimana?" pikir Andin.
"Nona... Apa perlu saya antar?" tanya salah satu sopir pribadi.
"Boleh..." ucap Andin lalu masuk ke dalam mobil.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Sehingga cukup memakan waktu sekitar 15 menit.
Andin sampai di kampus di sambut Ria.
"Hai... Andin" ucap Ria
"Hai Ri..." ucap Andin.
"Kamu baru datang ya din?" tanya Ria yang bingung kenapa Andin baru saja datang karena mereka ada jam kuliah 3 jam di pagi hari.
"A-aku... Telat bangunnya, mungkin kelelahan karena ada sedikit masalah keluarga semalam" ucap Andin sambil tersenyum.
"O... Tadi kamu di cari pak Marcel katanya kamu di suruh temui dia" ucap Ria.
"Iya nanti aku temui dia" balas Andin.
Mata kuliah siang pun di mulai dengan begitu begitu serius meski membosankan bagi beberapa mahasiswa.
Setelah menyelesaikan kelas siang, Andin permisi lebih dahulu dengan Ria untuk segera bertemu Marcel.
"Permisi" ucap Andin setelah mengetuk pintu.
"Masuk An..." jawab Marcel yang ada di ruangan.
Andin masuk kedalam ruangan dengan gugup. Andin terpesona melihat Marcel yang begitu tampan. Siapapun wanita akan terpesona melihat kakak tingkatnya dahulu.
"Kamu sudah siap? pertama kita akan kunjungi sekolah kita dulu. Yang kedua kita akan makan di warung mang iwan, yang ketiga kita akan ke taman hiburan" ucap Marcel lalu memberikan satu paper bag yang berisi baju SMA. Andin terkesima melihat baju SMA yang di berikan Marcel.
"Nanti saja kita gantinya, kita ke mall dulu ya... Ada yang mau aku beli. Temani ya" ucap Marcel begitu ramah.
Setahu Andin, Marcel adalah tipe lelaki yang begitu hemat bicara.
Mereka keluar dari ruangan menuju parkiran mobil lalu masuk kedalam mobil dan melajukan mobil dengan kecepatan sedang.
Mereka pergi ke mall dan masuk ke toilet masing-masing seperti dulu ketika mereka bolos dari sekolah mereka sering mengganti pakainnya di mall.
Setelah masing-masing menggunakan pakaian sekolah mereka pergi ke salah satu distro pakaian. Distro pakaian lelaki.
Sebenarnya Marcel hanya beralasan untuk ke mall, dirinya sebenarnya hanya ingin menikmati hari seperti waktu dirinya SMA.
Sedangkan Andin ketika melihat distro pakaian lelaki langsung saja masuk dan memilih satu kemeja berwarna biru dongker dengan motif garis berwarna jingga.
"Kamu mau kasih ke cowokmu ya?" tanya Marcel penuh selidik. Sebenarnya dia merasa percaya diri. Dia senang Andin akan memberikan kejutan dengan berbohong bahwa akan memberikan hadiah.
"Aku akan memberikan kepada lelaki yang sebenarnya aku tidak paham sejak kapan ada di hatiku," ucap Andin sambil senyum-senyum sendiri.
Andin melihat harga baju tersebut. Harganya lumayan mahal. Dia mengeluarkan dompetnya dan melihat isinya.
"Sepertinya masih cukup" ucap Andin lalu membawanya ke kasir.
Setelah membayar baju tersebut dompet Andin menjadi kosong. Marcel merasa terharu atas pengorban Andin untuknya.
"Kapan kamu mau memberinya?" tanya Marcel dengan kedipan mata.
"Aku akan memberinya bulan depan, aku sudah mencatat di note kalau dia ulang tahun bulan depan." ucap Andin lalu masuk kembali ke mobil.
Marcel hanya senyum dengan rasa bangga.
Mereka akhirnya meneruskan misi mereka untuk pergi ke sekolah mereka. Berhubung hari telah siang pasti keadaan sekolah telah sepi.
Sesampainya di sekolah mereka mengobrol sambil tertawa ketika duduk di lapangan basket. Andin yang paling lebar tertawanya. Entah apa yang mereka obrolkan sepertinya mereka terhibur dengan obrolan tersebut.
Tidak terasa hari sudah sore. Mereka masuk ke dalam sekolah dengan memanjat pagar sebagaimana mereka pernah menjadi siswa yang suka bolos. Hal yang sama mereka lakukan ketika mereka mau pulang. Andin dengan pandainya memanjat pagar di ikuti Marcel yang lebih cepat. Marcel melompat kebawah sedangkan Andin ketika mau melompat kakinya nyangkut di sebuah kawat sehingga dirinya hilang keseimbangan dan jatuh tepat di atas Marcel dengan bibirnya saling bersentuhan.
Marcel yang pernah satu kali pacaran dan patah hati kini merasakan kembali debaran di jantungnya.
Sedangkan Andin merasakan sakit di kepalanya karena terbentur di kepala Marcel.
Andin tidak merasakan debaran sebagaimana dia rasakan ketika bersama Rian.
"Maaf" ucap Andin yang menyentuh dahinya.
Apa yang dipikirkan Andin sehingga dirinya tidak sadar ketika bibir mereka bersentuhan. Sedangkan Marcel hanya bisa memejamkan mata ketika berada di bawah Andin.
Andin langsung berdiri dari tubuh Marcel. Mereka duduk di aspal ketika teringat apa yang baru saja terjadi. Marcel hanya bisa tertawa dan Andin juga ikut tertawa.
Andin segera pergi menuju mobil Marcel yang terparkir berseberangan dengan gerbang sekolah sedangkan Marcel sibuk memegang bibirnya yang tersentuh dengan bibir Andin.
Setelah Marcel masuk ke dalam mobil mereka melajukan mobil tersebut menuju taman hiburan namun ketika melewati sebuah makam, entah magnet apa yang terjadi di hati Andin karena dirinya memaksa Marcel untuk berhenti di makam itu.
Marcel menepikan mobilnya dan mengamati Andin yang keluar dari makam.
"Makam siapa yang ada di sini?" pikir Marcel.