Emily, 25 tahun. Dia harus terjebak diantara permintaan bos nya untuk bisa diterima menjadi sekretaris di PT Dinar Sastra.
Satria,35 tahun . Pimpinan yg dikenal dingin dan jutek itu memiliki kepribadian unik. Tempramental dan manja seperti layaknya bayi .
Namun, siapa sangka seiring berjalannya waktu bersama mereka berdua menumbuh kan rasa cinta tetapi bagaimana status Satria yg masih memiliki istri ?,Bisakah mereka bersatu diantara kecaman keluarga mereka..?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lulu Berlian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Hingga mobil berhenti di pelataran instansi milik pemerintah yg telah sepi hanya ada lampu remang di pinggir jalan .
Emily melihat kanan dan kiri ,ia belum pernah ke jalan ini .Jelas ini bukan jalan menuju rumahnya .
"Bagaimana pria tadi menciummu..?"
"Hah..!"
Jika bisa di jabarkan kini dirinya seperti kambing conge hanya bisa ngang ngeng ngong apa lagi setelah kejadian tadi .
"Di sini..!".
Dengan gerakan tiba tiba , Satria mencium bibir Emily .Bukan ini bukan ciuman semata karena Satria bergerak dengan menggebu ,mengecap tanpa permisi tak perduli bahwasannya sang lawan sudah hampir kehabisan nafas.
"Haaah.."
Emily meraup napas dengan rakusnya ,dadanya terasa sakit akibat menahan napas lama . Bibirnya terasa kebas ,apa lagi Satria tadi sempat menggigitnya.
"Itu peringatan untuk kamu,," Bahwasannya tubuhmu tidak ada yg bisa sentuh selain saya." Atau jika tidak.."
Satria menghimpit Emily hingga gadis itu merasa terpojokkan saat ini.
"Saya bisa saja memakan mu malam ini ,tapi tidak untuk sekarang ,Mari kita jalani dulu laktasi sekarang sayang .."
"Memakan..?"
Bulu kuduk Emily berdiri mendengar kata yg membuat nya membayangkan hal lebih . Bukannya perjanjian awal hanya menyusui ..?
"Besok pakai bra ,saya tidak ingin orang lain juga melihat yg akan menjadi milik saya itu.."
Glek ..
Tidak ada jalan keluar saat ini sepertinya ia salah berurusan .Tapi demi lima puluh juta ia masih memilih maju walaupun tenaga dan pikirannya sudah di buat kelabakan sampai saat ini .
Satria benar benar mengantarkan Emily hingga depan rumah nya ,Satu pertanyaan di babak gadis itu bagaimana bos nya itu tau alamat tempat tinggal rumah nya itu dengan lengkapnya. Bahkan tanpa di beritahu no rumah nya.
"Ingat ucapan saya yg tadi .." Ujar Satria dengan tatapan matanya yg menyorot.
"Baik Pak .. Terimakasih atas tumpangannya .."!
Cuupppp...
Sebelum Emily turun dari mobil Satria mengambil keuntungan kilat dengan mencium bibir gadis itu. Ini bagaikan candu padahal sebelumnya ia tidak sebuah ini .
Ada rasa tidak rela membiarkan Emily hilang dari pandangan nya jika bisa ia ingin membawanya ke hotel malam ini juga .
"Satu kecupan untuk membayar tumpangan..!"
*****
"Pulang sama siapa tadi kamu..?"
Langkah kaki Emily terhenti ketika ingin masuk kamar ,sang ibu sudah menghadangnya .Ia kira penghuni rumah sudah tidur.
"Orang .."
Jawab Emily malas .
"Iyah ...tau orang ,tapi siapa..? Mobilnya mewah banget..?"
" Itu Bos aku.."
Wajah kesal sang ibu langsung berubah .
"Itu Bos kamu tadi..?" Kenapa gak di suruh turun ..! Bodoh kamu , orang kaya gitu harus di iket.."
"Bu...Udah aku bilang ,itu Bos aku . Emily cape mau tidur.."
Sang ibu kembali mencegat langkah nya ,ia meraih cepat tas nya mengobrak abrik isi di dalamnya . Tentu hal tersebut membuat Emily murka .
"Bu..!"
"Kamu pasti habis di kasih uang ,,kan..? Mana uang kamu ibu minta buat bayar arisan.."
"Udah aku katakan ,aku mana ada uang . Kembalilah tas Emily Bu..!"
Sang ibu tidak mengidahkan ,ia membalikan tas Emily hingga semua isinya berjatuhan termasuk ponsel pintarnya.
" Ibu...!". Emily baik pitam .Ia merampas langsung tas nya sedangkan sang ibu segera memungut beberapa lembar uang ratusan ribu .
"Nah dari tadi kek bilang enggak perlu ngeluarin tenaga gini dong ."
Wajah sang Ibu benar benar terlihat girang saat ini.
"Kalau mau duit kerja dong Bu, bukannya keluyuran enggak jelas .."!
"Gak usah sombong kamu Emily ,baru aja kerja sehari udah berani nyeramahin ibu.."
"Sini ..kembalikan uang gue..!"
Emily tidak perduli jika di cap sebagai anak durhaka .Karena itu adalah uang terakhir nya ,apalagi besok ia harus naik taksi ke kantor. Mau pake apa jika tidak pake uang.
"Lepas..! Yg udah di tangan ibu itu adalah uang ibu "
Wanita itu kekeh ,ia segera mengantongkannya .
"Bu...! Itu uang terakhir gue buat besok .."!
Emily berteriak kesal ,ia mencoba peruntungan kembali mencoba merebut tak perduli jika harus bergulat dengan sang ibu.
Brakkk ...
Tubuhnya terdorong hingga terbentur pintu. Ia menatap sengit pada adik laki lakinya itu .
"Jangan kasar pada ibu gue..!"
Emily naik pitam ,ia bangkit kembali menatap sengit sang adik .
"Makanya kalo mau duit kerja jangan foya foya terus .."
"Mau foya foya kek ,mau ngapain juga itu terserah ibu. Lo itu hanya kewajiban mencari duit..!"
Tidak habis fikir dengan ucapan adiknya itu yang ia sudah sekolahin tinggi tinggi malah akhirnya di DO.
"Elo juga mau sampai kapan diem diem terus di rumah hah..!" Sekolah kagak, kerja juga kagak malah jadi beban hidup gue aja tau gak..!"
"Ohhh...jadi gue beban hidup Lo..?"
"Iya ..Gak tau terima kasih disekolahin tinggi tinggi malah gini ,game aja terus game..!"
Brakkkk...
Sang adik sudah naik pitam. Ia tanpa segan segan kembali mendorong sang kaka , Emily tidak mau kalah .Ia menarik rambut sang adik tak perduli menjerit kesakitan.
"Bangke .....Lepasin gue a*Jing..!".
"Udah...udah kalian !"
Sang ibu menjerit menyaksikan pergulatan ke dua anaknya . Emily semakin tertantang ,ia merasa puas melihat adiknya kesakitan serta ibunya menjerit ,ia tau Dimas adalah anak kesayangan ibunya .
"Lo ...Masih berani melawan gue hah ..!"
"A*Jing Emily...Gue perk*sa juga lo..!"
"Udah...kalian cukup ..!"
Dengan satu hentakan sang ibu menarik tangan anak perempuannya hingga terlepas dari rambut Dimas .
"Ya ampun ...Dimas rambut kamu nak..!"
Dimas menyadari rambutnya yg rontok ,ia melihat kesal ke arah sang kaka .Tidak ada penyesalan di benak Emily telah membuat sebagian rambut adiknya botak .
"Keterlaluan kamu...Kaya berandal..!"Kamu bukan anak ibu lagi..!"
Setelah mengatakan hal tersebut ,ibu dan anak itu pergi meninggalkan Emily seorang diri di ruang tamu. Hal seperti itu bukan pertama kalinya ia dengar.
"Ya Tuhan. .. Gue mau menghilang dari sini rasanya..!"
Emily merangkak menjangkau isi tasnya yg berserakan. Ponsel pintarnya retak, ia sudah panik tapi ternyata masih bisa menyala walau sebagian layarnya berwarna hitam.
****
Emily melangkah ke dalam kantor nya ,ini adalah hari ke dua ia bekerja harus lebih semangat apa lagi jika teringat akan gaji
"Astaga...udah mikir gajian aja ,padahal baru dua hari. Tapi gue pengen beli hp, "
Emily menatap sendu pada ponselnya ,bangun tidur ia dapatkan layarnya itu sudah sepenuhnya berwarna hitam tidak bisa lagi di pencet.
"Emily.."!
Merasa namanya di panggil, ia menoleh. Sebastian berlari menuju ke lift yg akan ia tumpangi.
"Em.... Sorry masalah yg semalem,tolong lo lupain aja ya..!"
Sebenarnya Emily sedikit lupa pada kejadian semalam itu. Pada hari yg sama banyak sekali masalah yg ia hadapi .
"Its okey...gue tau lo udah mulai mabuk. !"
Wajah Sebastian terlihat sangat murung ,masih teringat jelas bagaimana rasa bibir dari wanita di samping nya ini.
"Iya...gue mabuk waktu itu..!"
Emily tersenyum tipis ,pada saat itu pintu lift terbuka,mereka segera masuk . Ketika pintu hendak tertutup , seseorang mencegat nya dan....