Amara harus iklas di nikahi seorang CEO berhati dingin yang tak pernah dia cintai. dua ke pribadian yang berbeda harus tinggal seatap dan berperan sebagai suami istri. Masa lalu yang telah lama terlupakan kini datang kembali ke tengah tengah mereka.
Apakah akan ada cinta di antara mereka dan bagaimana mereka mengatasi masa lalu yang belum usai.
Ayo ikuti kelanjutan ceritannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ndo'Uus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3
Proses pemakaman telah usai keluarga Argadana memutuskan memboyong Amara ke Jakarta. Radit harus segara kembali ke perusahaan sudah beberapa hari dia meninggalkan nya .Hingga banyak pekerjaan yang tertunda.
"Radit coba liat Amara di kamar. katanya dia mau berkemas dan berikan teh hangat ini. "Pinta Sintha.
"Kenapa harus Radit sih ma?"Sahut Radit malas.
Sintha memukul bahu Radit. "Dasar anak nakal Amara itu kan istri mu ya sudah sepatutnya kamu bantuin dia.. "
"Aduh sakit ma!! Iya iya Radit kesana. "
Radit berjalan menuju kamar Amara. Radit mengetuk pintu kamar namun pintunya tak terkunci. Di bukanya pintu itu dia letakkan nya teh di atas meja. Radit berjalan celingak celinguk mencari keberadaan Amara.
"Aaaaaaa...!!!! "
Radit langsung membekam mulut Amara. Amara terkejut Radit di dalam kamarnya saat dia keluar dari kamar mandi. Amara hanya mengenakan handuk yang di lilitkan di dadanya. Mata mereka saling pandang .Amara menelan sivanya tubuh Radit sangat dekat dengan nya.Amara memperhatikan setiap lekuk tubuh Radit, Radit sangat tinggi sehingga membuat Amara harus mendongak jika ingin melihat wajahnya. sedangkan Amara hanya sebahu Radit
Radit membekap mulut Amara dengan satu tangannya sedang tangan satunya merengkuh pinggang ramping Amara. Radit tak ingin ibu nya salah sangka padanya hingga membuat Amara menjerit.Radit memperhatikan mata indah Amara yang hampir membuatnya lengah.
Amara menendang betis Radit.
" Auuuu..... Apa yang kamu lakukan? "Pekik Radit.
"Harunya aku yang tanya. Ngapain kamu ke kamar ku. Aku kan lagi mandi.Kamu mau mesum ya. !" Ketus Amara
"Dih mesum? Mana bisa aku punya fikiran seperti itu dengan anak kecil kayak kamu. Lagian siapa suruh kamu tidak mengunci pintu."
"Anak kecil kata mu... Aku tu sudah besar tau sembarangan aja kalo ngomong. Kamu juga kan bisa ketuk pintu dulu. "
"Aku sudah mengetuk pintu tapi kamu yang gak dengar."
"Alasan..Biarpun kamu suamiku tapi jangan berani macam macam dengan ku! "
Radit memperhatikan Amara dari atas sampai bawah. "Aku gak bakal tertarik dengan modelan kayak gini."Sambil menunjuk tubuh Amara.
Amara segera menyilangkan kedua tangannya di atas dada nya.
Padahal dalam hatinya Radit sedikit tergoda. Apa lagi melihat kulit putih mulus milik Amara membuat nya ingin menyentuh tubuh Amara. Dada milik Amara sangat montok. Handuk yang mengikat setengah payu*ranya membuat nya terlihat lebih berbentuk. Walaupun Amara tak terlalu tinggi tapi boby amara sangat menggoda. badannya sintal padat berisi tapi memiliki pinggang yang ramping. Selama ini tak terlihat karena Amara selalu menggunakan baju over size.
Sintha mengetuk pintu. "Ada apa sayang mama kayak dengar teriakan.. "
"Gak ada apa apa kok ma.Amara hanya takut kecoa.. "Jawab Radit.
"Oh ya sudah jangan lama lama ya sebentar lagi kita berangkat. "Sintha berjalan meninggalkan kamar Amara.
"Apa kamu tidak mau berganti pakaian .Mau ke bandara cuma pake handuk."Ucap Radit.
Amara mengambil pakaian dan berganti di kamar mandi. Radit berjalan menuju pintu langkahnya terhenti tatkala dia melihat banyak foto yang menghiasi dinding kamar. Di lihatnya satu persatu foto itu. semua foto itu bergambarkan foto Amara dan ayahnya. Amara terlihat begitu bahagia dan ceria di dalam foto itu.
Amara keluar dari kamar mandi. Dia menggunakan atasan hoodie dan celana pendek di atas lutut rambutnya di cepol ke atas. Radit melirik, Amara tampak sangat menggemaskan .
"Katanya sudah besar tapi gaya pakaian aja masih kayak anak kecil. "Sindir Radit.
"Bawel... aku lebih nyaman menggunakan ini."
Amara menarik koper keluar dari kamar. Radit mengikuti dari belakang. Mereka bersiap masuk ke dalam mobil. Radit sudah memesan dua taxi online. Amara dan Radit duduk bersebelahan di bagian belakang sopir. sementara ibu dan ayahnya naik mobil yang lain.
Sepanjang perjalanan mereka tak saling bertegur sapa Amara sibuk melihat pemandangan di luar jendela sedang Radit tengah sibuk dengan gawainya. Ponselnya tak henti henti berdering. semua telfon itu berasal dari kantor dan klien perusahaan.
Tak sampai satu jam mereka telah tiba di bandara. Amara mengambil koper dari dalam bagasi. Koper berisi penuh dengan barang Amara hingga Amara terlihat kesulitan menurunkan nya. Radit mengangkat dengan satu tangannya dan meletakkan di depan Amara lalu pergi mengangkat telefon lagi.
"Sok pamer... "Gumam Amara.
Dukung Author dengan Like, Koment dan Vote.
mampir dikaryaku jugaa yaa