1. Gairah sang kakak ipar
2. Hot detective & Princess bar-bar
Cerita ini bukan buat bocil ya gaess😉
___________
"Ahhh ... Arghh ..."
"Ya di situ Garra, lebih cepat ... sshh ..."
BRAKK!
Mariam jatuh dari tempat tidur. Gadis itu membuka mata dan duduk dilantai. Ia mengucek-ucek matanya.
"Astaga Mariam, kenapa bermimpi mesum begitu sih?" kata Mariam pada dirinya sendiri. Ia berpikir sebentar lalu tertawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Mariam memasuki kamarnya dan menutup pintu dengan kasar. Karena pembicaraan dengan Garra tadi, ia kembali teringat masa lalu. Dan itu membuat Mariam merasa marah.
"Aisshh, kenapa kak Foster pake cerita ke Garra sih. Memalukan, sangat memalukan." gadis itu mulai bicara sendiri.
"Eh, kenapa aku harus malu coba? Kan sudah terbukti aku nggak salah. Orang itu yang menjiplak karyaku, sudah terbukti juga bukan aku yang menjiplak. Orang-orang yang menuduhku dulu pun sudah minta maaf semuanya. Benar kata Garra, semua itu sudah berlalu. Namaku pun sudah bersih."
Mariam berpikir berulang kali. Memang alasan dia hidup jadi pengangguran dan suka main-main adalah karena dirinya pernah mengalami pengalaman tidak mengenakan semasa awal-awal dirinya baru lulus kuliah dan bekerja di salah satu perusahaan fashion terkemuka di Italy.
Mariam pernah di tuduh melakukan plagiarisme. Padahal yang sebenarnya melakukan perbuatan tidak terpuji itu adalah orang yang menuduhnya tersebut. Alhasil, karena Mariam tidak bisa membuktikan dirinya dulu, perusahaan memecat dia dan banyak orang dikantor menghujatnya.
Namun tidak lama. Karena setelah itu, kakaknya datang membantu.
Dengan pengaruh nama besar Foster, dan bukti-bukti yang ditemukan oleh sang kakak, mereka berhasil membuktikan Mariam tidak bersalah. Gadis itu tidak menjiplak karya orang, malah sebaliknya. Mariam di fitnah. Foster melaporkan pelaku yang menjiplak karyanya dengan dua tuduhan. Pencemaran nama baik terhadap adiknya, dan tuduhan plagiarisme. Pria itu juga ikut menyalahkan perusahaan yang sudah sangat merugikan nama baik Mariam sampai berpengaruh pada mentalnya.
Pihak perusahaan akhirnya meminta maaf dan ingin mempekerjakan Mariam kembali. Namun gadis itu menolak, ia sudah terlanjur sakit hati. Semenjak saat itu Mariam memutuskan pulang ke Indonesia dan menjadi pengangguran, sampai sekarang. Bahkan ia masih menolak bekerja di bidang itu karena masih sakit hati. Namun di balik semua itu, ia merasa takut kejadian yang sama akan terulang kembali. Itulah alasan pertama dirinya menghindar.
Plakkk ...
"Aduuh ... Siapa sih?" Mariam mengelus-elus kepalanya yang terasa sakit akibat seseorang menimpuknya dengan bantal sofa. Ia pikir mamanya. Namun ketika ia mengangkat wajah, dirinya mendapati kakaknya tengah berdiri dibagian tengah kamarnya sambil bersedekap dada. Lelaki itu menatapnya lurus-lurus.
"Kak Foster, kok bisa masuk? Pake nimpuk kepalaku segala lagi. Nggak sopan tahu sama adik sendiri." sembur Mariam bete.
"Makanya jangan melamun." balas Foster. Lelaki itu lalu berjalan mendekat dan ikut duduk di kasur Mariam, di sebelah gadis itu.
"Aku dengar kau dan Garra sudah berpacaran," ujar Foster. Perkataan itu berhasil mengembalikan mood Mariam lagi. Gadis itu mengangguk kuat.
"Lihat, Garra tidak menolakku seperti yang kakak bilang. Aku berhasil membuatnya menyerah dan menerimaku. Katakan, aku hebat bukan?" kata Mariam dengan dagu terangkat, menyombongkan dirinya di depan sang kakak.
Foster tertawa geli. Awalnya dia memang ragu dan heran ketika mendengar Garra setuju berpacaran dengannya. Tapi kalau di ingat-ingat lagi, dari mereka masih SMA dulu Garra memang sering menanyakan Mariam. Foster saja yang terlalu cuek dulu jadi tidak sadar. Sekarang, ia baru menyadari. Rupanya Garra sudah memperhatikan Mariam sejak dulu. Namun Foster tetap penasaran bagaimana caranya Mariam menakhlukan seorang Garra yang memiliki sifat kaku melebihi dirinya.
Foster yakin Garra tidak akan berinisiatif memacari adiknya lebih dulu.
"Katakan, bagaimana caranya kau berhasil membuatnya menyerah padamu?" tanya pria itu.
Mariam tidak langsung menjawab. Pikirannya kembali ke masa di mana dirinya mabuk dan menginap di rumah Garra. Lalu terjadi hal itu. Perbuatan nakal yang ia lakukan terhadap Garra tanpa sadar. Gadis itu senyum-senyum sendiri saat mengingat kembali peristiwa waktu itu. Ia yakin Garra mulai menyerah dan pacaran dengannya karena kesuciannya sudah ternodai oleh tangan Mariam.
Disampingnya, Foster mengernyitkan mata melihat perubahan wajah adiknya. Dari wajah gadis itu dan dari pengalaman yang ia lewati dulu waktu awal-awal dirinya ingin menakhlukan Mina, sepertinya Foster bisa tahu apa yang sedang dipikirkan Mariam sekarang. Berkaca pada perbuatannya dulu, dia dan Mariam juga punya ikatan darah.
"Mariam, jangan bilang kamu ..."
"Aku apa?" Mariam memiringkan kepalanya menatap sang kakak.
"Apa kamu melakukan itu pada Garra? Kau memperkosanya?" Foster mengecilkan suara di kalimat terakhirnya. Takut mama mereka tiba-tiba datang dan mendengar semuanya. .
Mariam melotot seketika dan memukuli lengan kakaknya.
"Kak Foster kok ngomong gitu sih? Nggak sampe sejauh itu kali." cetus Mariam. Tidak terima dibilang dia memperkosa Garra.
"Tidak sampai sejauh itu? Lalu?" Foster mendesak. Ia ingin tahu. Kalau tidak sampai sejauh itu, berarti tetap ada yang terjadi dong.
"Kakak beneran ingin tahu?"
Foster mengangguk.
"Tapi janji jangan bilang ke mama. Aku bisa habis nanti kalau mama tahu." Foster mengangguk lagi. Mariam lalu berbisik di telinga sang kakak.
"Aku hanya bermain-main sedikit, sengaja menggodanya, untuk menakhlukan dia." bisik Mariam sontak membuat Foster terperangah.
Persis dia. Adiknya persis dengan dia dulu. Ya ampun, Foster benar-benar tidak menyangka Mariam bisa seberani ini. Apalagi dia perempuan.
"Kau benar-benar membuatku tak bisa berkata-kata," ucap Foster masih tercengang. Mariam tertawa.
"Kenapa, lagian Garra suka." gadis itu menyombongkan diri.
"Ckckck," Foster masih tak berhenti-berhenti tercengang. Sekarang dia jadi penasaran, apakah sewaktu pacaran dulu orangtua mereka juga seperti itu atau tidak. Apa jangan-jangan sifat seperti itu memang turunan?
"Oh ya, aku dengar kau bekerja dikantor yang sama dengannya." kata Foster kemudian mengalihkan topik.
"Mm. Mama sudah bilang?"
"Keluar dari sana secepatnya. Kau terlalu menyia-nyiakan bakatmu." ujar Foster, wajahnya berubah serius. Sebagai seorang kakak, ia tidak mau adiknya terus-terusan seperti ini. Mariam berbakat, dan Foster tidak akan membiarkan gadis itu mengubur bakatnya begitu saja, hanya karena kecewa pada masa lalu dan kekhawatiran yang malah akan merugikan dirinya sendiri.
"Nggak mau." tolak Mariam langsung. Foster menarik napa, terus menatap Mariam.
"Mariam, sampai kapan kau akan kekanakan begini? Semuanya sudah berlalu. Tahun-tahun pertama kau meninggalkan pekerjaanmu aku masih bisa mengerti. Tapi ini sudah terlalu lama, sudah tiga tahun. Aku akan memberi waktu satu minggu. Setelah itu kau bekerja di perusahaan-ku. Kebetulan kami membutuhkan seorang desainer."
"Tapi ... Aku ingin jadi cleaning service saja. Aku lebih tertarik dengan itu." kata Mariam kekeuh.
"Jangan jadikan itu alasan. Aku akan memberi waktu seminggu padamu. Kalau sudah sampai batas waktunya dan kau tidak muncul-muncul dikantorku, percayalah aku sendiri yang akan menyeretmu." nada ancaman terdengar jelas dari suara Foster. Kalau tidak begitu, Mariam tidak akan pernah bangkit.
Biar bagaimanapun Foster tidak akan membiarkan adiknya mengubur bakatnya seperti ini. Apalagi mamanya sudah beberapa kali mengeluh dan menyayangkan Mariam yang acuh tak acuh dengan hidupnya, terkesan tidak serius dengan masa depan. Sebagai anak sulung dalam keluarga, juga seorang kakak, dan orang yang paling banyak pengalaman di dunia bisnis, Foster pasti akan membuat adiknya menjadi salah satu fashion desainer yang diperhitungkan.
nemu novel ini
baca sambil ngakak dewe
wkwkwkkkkkakakaaaa
malem² lagi
byuhhhh