Tak kusangka aku bisa jatuh cinta.
Sebuah cerita hidup perjuangan Daniah, seorang yang rela menjadi gadis penebus hutang orang tuanya. Terpaksa Menikahi tuan muda kaya raya yang bisa melakukan apa saja.Dia memasuki pernikahan tanpa membawa cinta ataupun berharap dicintai.
Apakah dia berhasil lepas dari cengkraman tuan muda yang melemparkan kontrak pernikahan padanya, atau semakin terjerat dan tidak bisa lari kemana-mana. Karena tuan muda itu mulai mengikatkan rantai cinta di lehernya. Dibumbui dengan cerita manis bagaimana tuan muda berusaha menunjukan cintanya dan kisah lucu serta mengharukan yang membuat hati bergetar.
Jangan lupakan Han, sekertaris misterius yang akan selalu berdiri di belakang tuan muda. Seseorang yang akan melakukan apapun agar segala sesuatu berjalan dengan semestinya untuk tuan mudanya.
Update : Rabu
IG : tulisan_lasheira
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaSheira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Alasan Meluruskan Rambut
Daniah menatap dirinya di balik cermin kamar mandi. Ia bisa gila sendiri melihat rambutnya yang sekarang. Ini bukan dirinya. Ya walaupun memang terlihat lebih rapi, lebih cantik. Cih, cantik. Ya Daniah tahu satu kata itu tidak tidak akan pernah mewakili dirinya. Tapi memang dia terlihat lebih baik dengan gaya rambut seperti ini.
Kenapa aku tidak pernah mencoba meluruskan rambutku ya. Ya, omongan ibu tiriku yang mengatakan rambutku menjijikan seperti milik ibu, malah membuatku ingin menyiksanya dengan melihatnya setiap hari. Kekanakan sekali. Biarkan saja. Sekarang wanita itu pasti sangat senang karena tidak melihat rambutku ini kan. Apa Tuan Saga akan menyukainya ya kalo melihat. Haha, memang apa peduliku kalau si gila itu suka atau tidak.
Daniah keluar dari kamar. Memeriksa hp. Kenapa Sekretaris Han tidak mengirimkan pesan apa-apa ya. Apa Tuan Saga tidak pulang untuk makan malam. Daniah menuruni tangga. Dia berpapasan dengan pelayan yang sedang mengatur meja makan. Pelayan itu terlihat terkejut, lalu menundukkan kepala sopan pada Daniah.
Ya, kau pasti melihat aneh rambutku ya.
Daniah mencari di mana kepala pelayan. Ternyata dia sedang di dapur memberikan beberapa instruksi kepada para pelayan yang lain.
“Permisi Pak Mun.”
Dia langsung berjalan mendekati Daniah. “Ada yang bisa saya bantu Nona?”
“Tidak ada apa-apa Pak. Saya hanya mau bertanya, apa Tuan Saga tidak kembali ke rumah untuk makan malam.”
“Tuan muda tidak makan malam di rumah malam ini, karena ada pekerjaan.”
“Begitu ya, kapan dia akan pulang?” tanya Daniah lagi memastikan.
“Saya belum mendapat informasi pastinya Nona. Biasanya tengah malam, nanti saya akan bangunkan Nona jika tuan muda kembali.”
“Hehe ia Pak. Hidup Pak Mun berat sekali juga ya sepertinya. Ayo kita tos.” Daniah menggantung tangannya di udara. Di hadapan Pak Mun, laki-laki itu terdiam dan hanya memandang bingung. “Tos. Begini.” Daniah memperagakan. Pak Mun walaupun canggung mengikuti. “Semoga hidup kita lebih baik kedepannya.” Pak Mun menganggukkan kepalanya, walaupun masih tidak mengerti apa yang dimaksud Daniah.
Jadi Pak Mun itu kapan tidur dan istirahatnya ya. Kira-kira berapa ya gajinya.
“Wahhh, wahhhh siapa ini?”
Daniah melengos saat dia sudah sampai di meja makan. Dia sudah merasa kelelahan hari ini, tidak mau berdebat lagi. Memang bertengkar sudah seperti minum obat apa, rutin. Tapi entah kenapa, kalau Daniah diam dan tidak memperdulikan malah kedua adik iparnya ini seperti semakin terangsang dan terpancing untuk membuat api berkobar.
“Kau meluruskan rambutmu?”
“Haha, supaya apa? Supaya terlihat seperti kakak di foto yang ditunjukan Clarissa tadi pagi.”
Sial! Kenapa memang momennya pas begini.
Daniah geram sendiri.
Ini perintah kakak gilamu kenapa waktunya pas begini. Aku bicara apa pun hanya terdengar sebagai dalil menggelikan. Malah aku yang akan malu. Jadi baiklah, sebaiknya aku mengalah dan diam saja.
Oh, apa kalau Daniah diam saja masalah selesai. Tentu tidak wahai penduduk bumi. Mulut berbisa dua adik ipar malah semakin menjadi-jadi. Daniah sudah tidak tahan. Telinganya perih. Apalagi saat melihat ibu mertuanya yang malah tersenyum senang melihatnya terhina seperti itu.
Brak! Daniah menggebrak meja makan. Meletakan sendok. Dia siap menyerang balik setiap ucapan yang dikeluarkan dari bibir cantik kedua adik iparnya. Dan pertengkaran pun terjadi. Semua orang bicara dengan suara keras. Daniah mendelik tajam pada ibu mertuanya yang kenapa hanya menonton dan menikmati pertunjukan.
“Terimakasih makan malamnya hari ini Pak Mun.” Daniah menoleh pada Pak Mun yang berdiri tidak jauh dari meja makan. Posisinya saat semua penghuni rumah ini makan.
“Anda bahkan belum makan malam Nona, kembalilah ke meja Anda. Anda harus makan, kan?”
“Saya sudah tidak berselera.”
Daniah meninggalkan ruang makan. Berjalan tidak tahu ke mana langkah kakinya melangkah. Dia sendiri belum sempat berkeliling rumah ini. Tapi dia tetap membawa kakinya melangkah, toh dia tidak mungkin kesasar kan. Penjaga rumah ini saja ada di setiap sudut rumah. Kalau dia kesasar dia akan bisa bertanya juga.
BERSAMBUNG.....................
baca lagi di th 2024 smabil senyum¹ sendiri lagi😍😍😍