Kebaikan hati seorang Arsy yang menolong seorang pemuda dan seorang kakek, membuat dirinya harus di kejar-kejar seorang pemuda yang terkenal kejam di dunia mafia. Kenapa?
Jika penasaran, baca yuk!
Oya, semua kisah dalam cerita ini hanyalah fiktif belaka. Tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25
Pintu ruangan Arsy di ketuk, Arsy pun segera membuka pintu. Arsy tersenyum saat melihat Meydi.
"Nona, ada yang ingin memesan ruangan VVIP," lapor Meydi.
"Kamu atur saja, mau ruangan VVIP 1 atau 2," ujar Arsy.
"Tapi pelanggan itu maunya Nona yang melayaninya."
"Baiklah kalau begitu, aku akan langsung menemui pelanggan tersebut."
Arsy berganti pakaian dengan pakaian pelayan. Begitu juga Arsa dan yang lainnya. Karena pengunjung sudah mulai berdatangan.
Arsy menemui orang yang memesan ruangan VVIP tersebut. Arsy tersenyum ramah saat melayani pelanggan.
"Silakan Tuan, tempat ini memang cocok untuk mengadakan pertemuan," ucap Arsy.
"Kamu pakai apa kemari?" tanya Zio berbisik.
"Mobil, kenapa?" balas Arsy.
"Gak apa-apa, nanti malam bisa gak?"
"Lihat nanti, mungkin aku sibuk sampai malam."
Zio pun duduk di sofa ruang itu. Kemudian Arsy memberikan buku menu kepada pelanggannya.
"Aku pesan makanan yang kamu masak sendiri," bisik Zio.
Kolega bisnis Zio heran melihat interaksi Zio dengan pelayan restoran ini. Sepertinya terlihat begitu dekat.
"Tuan mengenalnya?" tanya kolega bisnis Zio.
"Dia pacar saya," jawab Zio enteng.
Arsy mendelik tajam kearah Zio. Pupil matanya membesar, namun Zio terlihat tenang-tenang saja.
"Sembarangan kalau bicara," gumam Arsy.
Arsy keluar dari ruangan itu dan langsung kedapur untuk menyiapkan pesanan pelanggannya.
Sementara Arsa melayani pengunjung wanita yang waktu menawarkan nya pekerjaan. Mana mungkin Arsa mau? Uangnya saja berlimpah.
"Eh ketemu lagi, siapa namamu? Tawaran ku masih berlaku loh," tanya wanita itu.
"Abrisam Arsa Henderson," jawab Arsa yang sengaja menyebutkan nama lengkapnya.
"Tu-tuan muda Henderson?" Wanita itu terkejut. Sementara kedua temannya menutup mulutnya masing-masing.
"Ya, cicit dari Darmendra Henderson. Kakak mau bayar aku berapa perhari? 1 M atau 2 M? Kalau kurang dari itu, aku pikir-pikir dulu deh." Arsa sengaja menyombongkan diri didepan para cewek itu.
Wanita itu terdiam, tadinya mau menyombongkan diri. Ternyata orang yang ditawarkan pekerjaan untuk melayaninya jauh lebih kaya.
Arsa hanya tersenyum tipis karena berhasil membungkam wanita itu. Namun Arsa tetap profesional dalam melayani pengunjung.
Sedangkan Arsy sibuk membuatkan Zio makanan. Tidak berapa lama, makanan yang ia masak pun siap.
Koki heran karena boss mereka sendiri yang turun tangan. Namun mereka tidak berani bertanya apalagi membantah.
Arsy pun mengantar pesanan pelanggan, Zio tersenyum saat melihat Arsy masuk kedalam ruangan tersebut.
"Duduk disini," pinta Zio setelah Arsy menata makanan di meja.
"Maaf Tuan, saya masih banyak pekerjaan," jawab Arsy dengan sopan.
"Tuan Zio benar-benar perhatian pada pacarnya. Sepertinya gadis itu masih sangat muda," ucap kolega bisnis Zio.
Zio semakin tersenyum lebar mendengar pujian dari pria paruh baya itu. Sementara Tio malah merinding melihat tuannya tersebut seperti itu.
Kemudian Zio pun mempersilakan kliennya untuk makan. Setelah tadi kesepakatan sudah terjalin diantara kedua belah pihak.
Sementara diluar ruangan yang ditempati Zio. Pengunjung sudah ramai berdatangan, bahkan melebihi dari minggu-minggu sebelumnya.
Naura menghampiri dua orang wanita yang terlihat angkuh. Lalu menawarkan pesanan untuk keduanya.
"Saya mau dia yang melayani!" tunjuk Sarah pada Arsy. Naura pun segera memanggil Arsy karena permintaan Sarah.
"Ada yang saya bantu, Nyonya?" tanya Arsy dengan sopan.
"Kami mau pesan makanan," sahut Lila.
"Silakan Nona." Arsy menyerahkan buku menu kepada keduanya.
Sarah dan Lila pun menyebutkan makanan yang mereka pesan. Sarah mencebikkan bibirnya setelah saat melihat Arsy pergi untuk menyiapkan pesanan mereka.
Tidak berapa lama pesanan Sarah dan Lila pun tiba. Dengan sopan Arsy mempersilahkan keduanya untuk makan.
Namun tiba-tiba Lila mengangkat gelas minumannya dan menyiramkan ke pakaiannya sendiri.
"Hey ... apa-apaan ini? Kamu sengaja ya mengotori pakaianku?!" bentak Lila menuduh Arsy.
Semua mata tertuju pada pada meja yang ditempati Sarah dan Lila. Mereka yang tidak tahu kronologinya pun mengira jika Arsy sengaja menumpahkan minuman itu.
"Apa untungnya bagiku melakukan semua itu? Disini ada cctv, jika benar apa yang kamu tuduhkan, maka aku siap membayar ganti ruginya. Tapi, aku bisa menuntut mu kembali jika itu tidak terbukti!" tegas Arsy.
Lila menoleh ke segala arah, ternyata benar ada beberapa cctv. Kemudian Lila mulai memucat.
"Panggil manager restoran ini, aku mau dia dipecat!" perintah Sarah yang belum juga mau mengalah.
Meydi pun datang bersama Naura, Sarah masih ngotot meminta Arsy segera dipecat. Arsy hanya tersenyum menanggapinya.
"Maaf Nyonya, bagaimana mungkin saya memecat pemilik restoran ini?" tanya Meydi.
"Mana mungkin? Dia hanya seorang pelayan miskin." tunjuk Sarah pada Arsy.
"Siapa yang menghina putriku?" Sarah menoleh kearah suara. Kemudian muncul Aleta yang sengaja datang untuk melihat restoran.
Awalnya Aleta takjub dengan restoran ini begitu ramai pengunjung. Namun tanpa diduga, Aleta mendengar keributan dan dia pun menghampirinya.
"Nyonya muda Henderson?" gumam Sarah.
"Siapa yang menghina putriku?" Aleta mengulangi pertanyaannya.
"Saya tidak menyinggung putri Anda, saya hanya meminta pelayan ini untuk dipecat," jawab Sarah.
"Ma, aku bisa selesaikan masalah ini," kata Arsy.
"Ma?!" pekik Sarah dan Lila serentak. Keduanya terkejut mendengar Arsy memanggil Aleta mama.
"Habislah, ternyata selama ini aku menyinggung keluarga Henderson. Pantas saja waktu itu perusahaan suamiku di bekukan," batin Sarah.
"Maaf Nyonya, kami tidak tahu jika dia putri Anda," ucap Sarah tanpa berani menatap Aleta.
"Jika dia bukan putriku, lalu kalian bisa seenaknya menghina dan menindas nya?"
"Sekali lagi maaf, saya khilaf."
Lila sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi, ia masih syok mengetahui kenyataan bahwa orang yang ia rendahkan ternyata lebih kaya darinya.
Zio yang sudah selesai makan pun ikut bergabung disitu. Tapi Zio tidak ingin ikut campur untuk urusan sepele seperti itu.
Kalau Arsy diganggu pria lain atau berkelahi baku hantam, baru Zio akan pasang badan untuk membela Arsy.
Arsy bukan gadis biasa, Zio tahu kekuatan keluarga Henderson. Itu sebabnya Zio tidak ingin mengusiknya. Apalagi keluarga Henderson tidak pernah mencari masalah duluan.
"Sepertinya peringatan waktu itu belum cukup untuk kalian. Jadi sekarang, jangan salahkan kami jika kami bertindak lebih jauh," kata Arsy yang tadinya lembut dan sopan kini berubah menjadi lebih tegas.
"Bagaimana cara kamu menanganinya sayang?" tanya Aleta.
"Serahkan ke polisi, biarkan mereka mendekam di penjara untuk beberapa hari. Agar mereka bisa merenungkan diri dan tidak lagi bersikap sombong dan semena-mena terhadap orang lain," jawab Arsy tegas.
"Kenapa auranya berubah?" batin Sarah yang menyadari perubahan Arsy. Sedangkan Lila hanya tertunduk dan tentu saja ia takut jika harus di penjarakan.
Dua penjaga keamanan pun datang membawa Sarah dan Lila. Mereka akan di serahkan kepada polisi dan akan dipenjara untuk beberapa hari.
Para pengunjung lain yang tadinya menyalahkan Arsy, kini berbalik memuji Arsy. Mana berani mereka menyinggung keluarga Henderson. Yang ada mereka yang akan hancur dengan sendirinya.
Zio tersenyum, ia semakin bangga pada Arsy. "Ternyata aku tidak salah pilih," batin Zio.
Lalu Zio menghampiri Arsa dan meminta pakaian ganti untuknya. Sementara Tio dan kolega bisnisnya sudah pulang sejak tadi.
lagi thor
paham...
jd jangan terlalu sombong