PERJODOHAN TERPAKSA

Berlyn yang ingin tidur, namun tak bisa, karena hati nya seakan tak tenang sama sekali, serasa hati Berlyn itu gusar.

"Sial! Kenapa si? Kok gue gak bisa tidur, kenapa harus mikirin tuh cowok? emang nya dia pujaan hati gue? harus gue tunggu gini! Sialan bangat mata gak mau di ajak kerja sama!" Berlyn mengomel kepada dirinya sendiri, karena tak mau di ajak kerja sama.

"Lagian tuh orang kemana si? Udah mau jam 1 belum juga pulang! Heran suka bangat keluar malam, kaya kampret" tutur Berlyn lagi, sebenarnya ada perasaan cemas di hati Berlyn, kepada Brayen yang belum juga pulang, namun perasaan itu sebisa mungkin Berlyn singkirkan.

CLEK!

Sampai tiba-tiba ada suara pintu kamar Brayen yang di buka, dan itu langsung membuat Berlyn menoleh ke arah pintu masuk tersebut.

"Belum tidur? Lo nunggu gue?" rupa nya itu adalah Brayen, yang baru saja pulang, dan yang bikin Berlyn kaget nya lagi, wajah Brayen terlihat begitu lebam dan biru-biru, seperti habis di tonjokin orang.

"Wajah Lo kenapa? Kenapa lebam begitu? Lo habis ciuman sama tawon?" tanya Berlyn yang juga langsung berjalan ke arah Brayen, saat ini kaki Berlyn memang cukup tak sakit lagi di area kewanitaan nya, jadi membuat Berlyn mudah untuk berjalan kembali.

"Ckk! suami Lo baru pulang, orang mah sambut! ini malah dikata habis ciuman sama tawon! di banding tawon, mending sama Lo" jawab Brayen dengan kesal.

"Wajah Lo kenapa? Kok sampai segitu nya? Iya gue tau, wajah Lo mirip kambing, tapi ini malah naik pangkat mirip kambing nya?!" tanya Berlyn lagi.

Walaupun tadi nya Canggung, tapi Berlyn meretakan kecanggungan nya itu, dan Berlyn seperti nya ingin kembali seperti Berlyn pada awal nya, yang suka ceplas-ceplos, Tampa mempedulikan hati orang lain.

"Jaga bicara Lo! Lo harus sopan sama suami tampan Lo ini! Mending Lo cari obat, untuk obatin wajah gue, sakit tau!" suruh Brayen dengan kesal dan ketus.

"Ckk! Lo tunggu disini" jawab Berlyn yang hanya menurut dengan terpaksa, karena ada rasa tak tega juga, jika harus mengabaikan Brayen kembali..

.

Selang beberapa menit, Berlyn akhirnya sudah kembali, dan langsung berjalan ke arah Brayen, yang saat ini berada di atas kasur, dengan tubuh yang saat ini sudah tak lagi mengenakan baju, sehingga membuat otot-otot perut milik Brayen yang sixpack begitu terlihat jelas dan menggoda, di tambah bisep otot Brayen yang begitu menekan di area luar, menambah kan kesan tampan dan Maco dari wajah Brayen yang tampan.

Mata Berlyn juga terus menatap ke arah perut sixpack Brayen, sebagai wanita pencinta oppa-oppa Korea, yang perut nya banyak sekali roti sobek, membuat Berlyn tampak terlena melihat roti sobek milik suami nya ini.

"Gile! Perut nya mirip Jay enhypen" ucap Berlyn didalam hati, karena terpesona oleh perut sixpack milik Brayen.

"Biasa aja kali, lihatin perut gue ini! Sampai air ludah Lo mau keluar gitu! Gue tau, perut gue ini menggoda" Brayen yang melihat Berlyn yang melamun sambil memperhatikan perut milik nya, langsung menyapa Berlyn yang malah melamun.

"Ckk! Gak usah geer Lo! Mana ada menggoda? Itu jelek kali, dasar cowok kepedean!" jawab Berlyn dengan ketus, setelah Berlyn sadar, Berlyn pun langsung mendekat ke arah Brayen.

"Gak usah bohong, gue tau Lo terpesona, boleh kok lihatin sepuasnya! Ini emang punya Lo!" kata Brayen.

Wajah Berlyn seketika memerah seperti udang rebus, bahkan jantung nya berdegup dengan kencang, entah ada penyakit jantung, atau justru salting? Entah lah! Berlyn hanya malu saja, karena ketahuan oleh Brayen.

"Udah deh, sini gue obatin, wajah Lo mirip sapi tetangga kali ini! Jadi buat gue gak tega" kata Berlyn, Berlyn juga sudah membawa kompresan untuk mengompres luka-luka lebam milik Brayen..

"Terserah Lo mau samain gue sama kambing atau sama sapi! Tapi yang gue mau, sapi import dari arab, kalo sapi kampung ogah gue!" sahut Brayen yang sudah terlihat malas, Berlyn sudah kembali ke spies nya, membuat Brayen harus menjadi gila juga karena Berlyn.

"Dih? Masi mending gue samain sama sapi dan kambing, yang bentukan nya Masi enak untuk di SOP! Daripada sama monyet?" ujar Berlyn lagi.

.

"Woy?? bisa pelan sedikit gak si Lo? Sakit nih!" kesal Brayen, saat Berlyn mengobati wajah nya, sambil di tekan-tekan.

"Apasi Lo? lebay bangat heran gue! Ini tuh udah pelan, tahan sedikit kenapa si?" jawab Berlyn dengan kesal.

"Ya gimana gue bisa tahan? Lo obatin gue, kaya gak ikhlas gitu! udah tau sakit!"

"Ckk! udah deh, gak usah bawel" sahut Berlyn, yang kembali mengobati luka lebam di wajah Brayen, dan sekarang Berlyn mengobati nya cukup hati-hati, karena Berlyn cukup tak tega, melihat Brayen yang cukup kesakitan.

.

.

.

Wajah Brayen yang lebam itu, sebenarnya gara-gara di serang oleh musuh geng motor Ampas, Brayen ini anak motor, yang musuh nya ada dimana-mana, dan pas jalan pulang, Brayen tiba-tiba saja dikejar oleh salah satu musuh nya, yang bernama geng Ampas, dimana geng Ampas itu musuh bebuyutan nya, geng Brayen, terjadilah perkelahian antara Brayen dan geng Ampas itu, sehingga membuat wajah Brayen luka-luka lebam seperti ini, namun hal ini tentu nya Brayen tidak ingin memberitahu Berlyn, karena takut Berlyn akan mengadu kepada kedua orang tua nya! Di tambah kedua orang tua Brayen itu, paling tidak setuju jika Brayen bermain geng-geng seperti geng motor.

.

"Nah udah selesai" ucap Berlyn yang sudah selesai mengobati luka Brayen.

"Yaudah makasih, gue mau tidur" Jawab Brayen, kepala Brayen saat ini cukup pusing, apalagi badan nya terasa tidak begitu enak.

"Yaudah tidur, ini juga udah malam bangat! Lagian pulang kemalaman si Lo" jawab Berlyn yang terus mengomel Tampa henti.

"Bacot ah!" sahut Brayen, yang sudah menarik selimut milik nya.

.

Setelah Brayen naik ke atas kasur king-size milik nya, begitupun Berlyn yang juga ikut naik ke atas kasur, karena Berlyn juga ingin tidur, apalagi sudah sangat mengantuk!

"Eh apaan Lo? Meluk-meluk gue segala?" Berlyn terjingkrak kaget, saat tangan Brayen menarik pinggang nya.

"Lepas gak Yen? Apaansi? pake meluk-meluk, heran gue!" pinta Berlyn lagi, namun tak ada jawaban sama sekali dari Brayen, rupanya Brayen sudah tertidur dan sudah masuk ke alam mimpi nya.

"Sialan! Manaan dia kencang bangat meluk nya!" kesal Berlyn.

"Gak peluk Lo! gak enak!"