Terlahir dengan tubuh fisik yang sangat lemah, Satria selalu di intimidasi oleh orang-orang sekitarnya. Namun kebangkitan kekuatan merubah segalanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Simpatict, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Satria masih berbaring ketika para anggota penjaga kota Pasir Besi sedang mencarinya.
"Shinta,ayo kita lihat pelelangan senjata yang kamu inginkan," ucap Satria.
"Kenapa tiba-tiba kamu ingin pergi?," tanya Shinta.
"Untuk melihat barang-barang yang akan dilelang,tidak perlu membelinya,hanya cukup melihatnya saja," balas Satria.
"Tapi kan kamu sedang menjadi buronan kota,apa tidak takut ditangkap dan dipenjara,lalu di siksa." Ucap Shinta untuk menakut-nakuti Satria.
Satria mengambil salah satu poster dari anggota penjaga kota, "Lihat ini posternya,beda sekali dengan aku,gambar wanitanya juga tidak sama denganmu."
Shinta membelalakkan matanya. "Bagaimana mungkin,kita sama sekali tidak menyamar waktu itu."
"Ilusi,aku menggunakan ilusi untuk mengaburkan wujud kita berdua,sejak kita memasuki kota ini," balas Satria.
"Kamu memang penuh kejutan,lalu bagaimana dengan lelaki bernama Klinting itu, kira-kira dia melihatku seperti apa, sampai berani kurang ajar padaku!," tanya Shinta penasaran.
Satria terkekeh. "Tidak tau,intinya itu bukan melihat wajah aslimu."
Setelah itu, Satria membawa Shinta berteleportasi menuju pusat perdagangan di kota Pasir Besi. Satria mendapatkan nomor antrian lelang dengan mudah,hanya perlu membayar seribu koin aliansi.
Menunggu beberapa saat,Satria dan Shinta di antar oleh petugas lelang,menuju sebuah ruangan VIP nomor 104.
"Silahkan gunakan ruangan ini,di dalamnya sudah disediakan perangkat untuk memilih item lelang,anda hanya perlu menuliskan harganya,namun hanya tawaran tertinggi yang akan mendapatkan benda yang dimaksud." Jelas petugas lelang, kemudian segera undur diri.
Satria dan Shinta segera duduk di sofa panjang,di depannya sudah tersedia sebuah tablet yang berisi daftar barang lelang.
"Shinta, coba kamu cari benda yang kamu inginkan," ucap Satria.
Shinta mengangguk dan segera mengoperasikan tablet,ia mencari pedang elemen cahaya yang sempat diinginkan.
"Ini dia." Kata Shinta sambil memperlihatkan foto pedang panjang,dengan bentuk lurus dan gagang pedang kristal berwarna putih.
Satria menunggu pedang tersebut terjual,dalam 30 menit kemudian, seseorang dari nomor ruangan 105 membelinya dengan harga 500 juta koin aliansi.
Dalam beberapa menit pedang tersebut di antar kan menuju ruangan nomor 105,Satria melihat menembus dinding,iya melihat bentuk asli dari pedang putih tersebut.
Satria mengulurkan tangannya kedepan,sebuah pedang perlahan terbentuk dari energi awal mula miliknya.
Shinta menjadi semakin terkejut dengan kemunculan pedang yang di inginkan tiba-tiba ada di depannya.
"Kamu mencuri pedang itu?," tanya Shinta.
"Kemampuan lama yang disebut penciptaan benda,jika aku melihatnya sendiri,aku bisa menirunya dengan mudah," jawab Satria.
"Luar biasa,kamu tidak pernah mengatakannya padaku,apa kamu takut aku berbicara dengan orang lain tentang kemampuanmu itu." Tanya Shinta sambil tersenyum menggoda.
Satria menggelengkan kepalanya, "Tidak sih,hanya belum memiliki kesempatan saja untuk memberi tahu."
"Siapa yang berani mengintip kami!," teriak seseorang yang berada di ruangan nomor 105.
Bommm!! dinding meledak,orang yang berteriak melihat sekeliling di ruangan nomor 104,namun Satria dan Shinta sudah menghilang.
"Kemampuan teleportasi,apa orang itu Kesatria Awal Mula yang ingin menyelidiki saya?," tanya sosok berjubah putih.
"Entahlah tuan muda,saya tidak melihat orang itu sama sekali,hanya fluktuasi ruang waktu saja yang tersisa," jawab seseorang pria paruh baya.
"Sudahlah,kita pergi dari sini setelah membayar ganti rugi rumah lelang, dindingnya hancur,kita tidak bisa menjadi musuh pihak rumah lelang." Kata sosok berjubah putih sembari beranjak pergi.
Satria sudah berteleportasi menuju tempat lain bersama dengan Shinta.
"Kesatria tingkat S,serem juga kalau mengamuk." Ucap Satria sembari mengeluarkan pedang dari ruang penyimpanan.
Shinta tertawa terbahak-bahak. "Kamu mengintip orang seenaknya saja sih."
"Aku bertemu dengan sosok berjubah putih waktu itu,ia juga memakai topeng yang sama,jadi aku sedikit marah dan membuat pria paruh baya tingkat S waspada," jelas Satria.
"Jika kamu ingin menyelidiki,aku bisa melawan orang tingkat S itu." Ucap Shinta sambil mengambil pedang di tangan Satria.
Satria menyipitkan matanya, "Tidak, terlalu berbahaya di tempat ini,orang itu memiliki sangat banyak alat untuk melarikan diri,percuma juga meskipun kita menang,kita tunggu saja waktu yang tepat."
"Baiklah jika itu keinginan kamu,ayo kita pulang saja, energi aku sudah cukup untuk kembali," balas Shinta.
Satria mengangguk dan memeluk pinggang Shinta, kemudian berteleportasi menuju rumahnya langsung.
Shinta mengerucutkan bibirnya, "Kamu curang,kamu bisa langsung berteleportasi,tadi bilang kalau aku harus mengumpulkan energi untuk bisa kembali."
"Siapa bilang aku tidak bisa berteleportasi jauh,aku hanya ingin bersamamu sedikit lebih lama," balas Satria.
Shinta mencubit hidung Satria, "Kalau itu,kamu hanya perlu berbicara,aku bisa menghabiskan waktu seharian bersamamu."
"Bisa kan bermesraan nya ditunda dulu,kalian benar-benar tidak tahu tempat." Keluh Ani yang sedang duduk di kursi depan rumah.
"Ani,kenapa kamu belum berangkat bekerja?," tanya Shinta.
"Perutku sakit,biasa seorang gadis,jadi tidak berangkat,hanya Luna saja yang bekerja," jawab Ani.
"Kalau sakit,kenapa main di depan rumah, istirahat saja dulu," balas Shinta.
"Sakitnya sudah tidak begitu terasa,tapi aku lapar,ini sedang menunggu seseorang yang berjualan lewat," ucap Ani.
Shinta geleng-geleng kepala, "Mana ada orang berjualan makanan lewat sini,aku akan memasak,kamu tunggu sebentar."
Shinta segera memasuki rumah untuk memasak, Satria segera menyusul Shinta untuk membantunya.
"Shinta,aku ingin membeli motor untuk Luna dan Ani bekerja,apakah kamu mengijinkan?," tanya Satria.
"Beli saja,aku tidak masalah dengan hal itu,selama kamu berniat untuk membantu mereka,tapi surat izin mengemudi harus dimiliki dulu,baru bisa membeli motor," jawab Shinta.
"Mungkin besok aku mengantar mereka mendapatkan surat izin mengemudi, sekalian aku juga ingin memilikinya," balas Satria.
"Kalau begitu kamu bisa sekalian membeli mobil untuk dirimu sendiri,gunakan kartu milikku supaya mudah mendapatkan mobil dan motor." Kata Shinta sambil menyerahkan kartu rekening miliknya.
"Oke, setidaknya bisa bersantai dengan berkendara, daripada berlarian kesana-kemari." Ucap Satria sembari menyimpan kartu rekening.
Keduanya selesai memasak, kemudian makan malam bertiga bersama dengan Ani.
Kini Satria dan Shinta hanya berdua di depan rumah.
"Aku pergi dulu,ada pekerjaan yang harus dilakukan pagi-pagi sekali,kamu harus menjemput Luna kan,kasian dia sendirian di tengah malam." Kata Shinta kemudian mengecup bibir Satria.
"Berhati-hati lah jika ada yang merepotkan, hubungi aku," balas Satria.
Shinta menganggukkan kepalanya, kemudian berbalik pergi menuju mobilnya.
Setelah itu Satria berteleportasi menuju toko Linda,karena waktu hampir tengah malam.
Satria melihat Luna yang sedang membersihkan toko sebelum menutupnya.
"Di mana Linda,kenapa kamu membersihkan toko sendirian?," tanya Satria.
Luna sedikit terkejut dengan kemunculan Satria yang tiba-tiba, "Kamu mengagetkan aku saja,Linda sedang memeriksa barang dagangan, sebentar lagi selesai."
Satria menunggu sejenak hingga Luna menyelesaikan tugasnya.
"Satria,aku sudah menyelesaikan tugasku,ayo kita pulang," ajak Luna.
"Ayo,kita naik bus saja,besok kita akan mencari kendaraan bermotor,kamu lebih aman jalan berdua dengan Ani." balas Satria.
"Tapi aku belum memiliki koin aliansi untuk membelinya," jawab Luna.
"Tidak masalah,aku yang akan membelinya,jadi kamu harus ikut mendaftar surat izin mengemudi besok," ucap Satria.
Luna tersenyum cerah. "Terimakasih,aku pasti akan menggantinya setelah memiliki koin aliansi yang cukup."
Mereka berdua menaiki bus segera setelah bus tiba,tapi di dalam bus sudah ada seseorang pria yang menatap ke arah Luna.
"Gadis cantik, kebetulan sekali,sini duduk di sebelahku," ucap pria tersebut.
Luna mengabaikannya dan duduk di kursi belakang bersama dengan Satria.
Pria tersebut berdiri dan menuju posisi Satria dan Luna, "Sombong sekali,tidak tau siapa aku!."
Satria dan Luna tetap diam, hingga pria tersebut tidak tahan lagi dan memukul Satria yang berada di samping Luna. Buggg!!! pukulan pria tersebut ditahan dengan mudah oleh Satria.
Pukulan kedua dan ketiga juga ditahan dengan mudah,ketika pukulan ke empat, Satria menangkap tangan orang tersebut dan memelintirnya, "Kau bahkan tidak memiliki kesaktian,ingin pamer di depan umum." Ucap Satria sembari memukul tengkuk leher pria tersebut hingga pingsan. Satria melemparkan orang tersebut menjauh.
Satu jam kemudian mereka tiba di halte dekat rumah,tanpa menghiraukan orang yang pingsan,mereka berdua turun dari bus tanpa banyak bicara.