Suami Lumpuh Dan Adik Ipar

“Apa kau pernah marah pada Aura?” tanya Ryo.

“Aura?, tidak, seingatku tidak pernah. Ah, tapi aku pernah marah padanya satu kali, waktu dia sakit dan dia tidak bilang padaku kalau sedang sakit, karena jika dia bilang padaku pasti aku memaksanya untuk membawanya ke klinik, dan saat itu keuangan kami memang sedang menipis, dan dia menahan sakit hingga badannya panas seperti api. Dia terus bilang padaku kalau uang yang di gunakan untuk memeriksanya ke klinik harusnya bisa digunakan untuk makan besok hari”

Ryo terheran heran dengan cerita Bagas. Betapa berbedanya sifat Jesica dan Aura. Sempat terbersit angan-angan kosong, andai saja ia bisa memperistri wanita seperti Aura.

"Jadi aku beneran akan dipanggil ke kesini lagi lusa, Mas?. Syukurlah, aku nda sabar pingin cepat-cepat kasih kabar gembira ini ke Aura." Bagas dengan wajah sumringah menatap Ryo yang berada di sampingnya saat keluar pintu kaca otomatis dari gedung tempat rekan bisnis Ryo.

"Ya, mulai lusa kau sepertinya bisa mulai bekerja." Balas Ryo yang ikut tersenyum cerah.

Sepulang dari rekan bisnis Ryo, mereka dalam perjalanan kembali pulang. Bagas yang memegang kemudi seketika itu mengerutkan alis saat Ryo mendapat telpon dari Jesica yang terdengar panik karena ada kebakaran di mansionnya.

“Mas!, ada kebakaran di mansion! Cepat pulang!” teriak Jesica panik.

“Hah! Kebakaran?!” ulang Ryo.

Kedua pria itu ikut panik dan Bagas otomatis menambah kecepatan mobilnya.

“Bagaimana?, apa apinya tambah besar?!. Kebakarannya dimana?, coba hubungi DAMKAR” cecar Ryo yang masih menelpon Jesica.

“Cepat pulang Mas!, bisa-bisa mansion ini habis kebakar!. Cepat! Aku takut!” pekik Jesica yang seolah menghadapi bahaya yang besar.

“Gimana Mas?!” tanya Bagas yang juga ikut panik.

“Belum tahu, tapi aku suruh Jesica menghubungi DAMKAR. Ck, kenapa di Mansion bisa kebakaran?” Ryo sedikit heran. “Coba lebih cepat lagi, aku jadi khawatir” ujar Ryo.

Bagas mengemudikan mobil melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, hingga mobil tidak terkendali, sampai akhirnya …

-

-

BRAK!

-

-

Mobil yang dikendarai mereka menabrak beton pembatas jalan. Kecelakaan tunggal tersebut mengakibatkan mobil terpental, terguling beberapa kali dan hancur di bagian depan.

Beberapa serpihan dari pecahan mobil berserakan di aspal. Kondisi mobil terlihat mengerikan. Entah bagaimana nasib kedua orang di dalamnya.

Asap sedikit berhamburan keluar dari kap depan mobil. Beberapa orang mulai memberhentikan laju kendaraan mereka dan berusaha menolong Ryo dan Bagas.

Sementara di mansion Ryo,

“Aduuh! Gimana ini!” pekik Jesica yang melihat api merambat di karpet mewah kamarnya.

Pak Dimin, tukang kebun juga Gugun security buru-buru ke lantai atas dan ke kamar Jesica untuk memadamkan api dengan kain basah dan tabung alat pemadam.

Dengan cekatakan kedua pria itu berhasil memadamkan api yang memang belum terlalu besar.

“Sudah padam Nyonya” ujar Gugun dengan nafas tersengal dan keringat yang mengalir di pelipisnya.

“Sudah padam?” ulang Jesica.

“Ya, Nyonya, ini cuma kebakaran kecil” ucap Pak Dimin.

“Kenapa bisa ada api disini Nyonya?” tanya Gugun pada Jesica.

“Mana kutahu!” jawab Jesica ketus.

“Yasudah kalian bereskan kotorannya, buang saja karpetnya, aku mau cari udara segar, disini banyak asap” ucap Jesica yang kemudian keluar kamar dan pergi entah kemana.

Pak Dimin menyeka keringat di jidatnya dengan lengan. Ia duduk lemas di lantai kamar tidur Ryo yang mewah.

“Gun!, lihat nih …“ Pak Dimin mengambil sesuatu dari atas karpet dan memperlihatkan sesuatu pada Gugun.

Gugun mengambilnya dari tangan pak Dimin. “Rokok?” ucap Gugun heran dan mereka saling melempar pandang.

Sebatang puntung rokok, yang sudah habis setengah terasa masih hangat. Alis Gugun menaut “Ini pasti penyebabnya” ujar Gugun.

“Apa Nyonya Jesica merokok?” tanya Pak Dimin yang juga keheranan.

Gugun hanya mengangkat bahunya tanda tidak tahu. “Sebaiknya kita rahasiakan ini Pak, daripada nanti kena masalah” ucap Gugun pada pak Dimin.

“Iya, ayo cepat kita bereskan” mereka bangkit dari duduknya.

Jesica yang berusaha menghubungi Ryo terdengar berdecak karena ponsel suaminya yang tidak aktif.

"Ck! Kenapa Mas Ryo tidak aktif sih. Ah sudahlah lebih baik aku pergi belanja"

* * *

‘Sebuah kecelakaan tunggal di Jalan Tol Harmoni telah merenggut satu nyawa, korban lainnya mengalam luka parah hingga harus di bawa ke Rumah Sakit terdekat. Diduga penyebab kecelakaan adalah karena pengemudi melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi dan menabrak beton pembatas jalan. Di sinyalir dari … ‘

Sebuah informasi berita ditelevisi telah mengabarkan suatu kejadian …

Nit … nit … nit …

Alat perekam jantung berdenyit menyeramkan di sebuah Rumah Sakit. Di samping alat tersebut terbaring seorang pasien pria dengan kaki yang terbalut perban, juga di bagian kepala hingga menutupi matanya dengan perban.

Di ruangan lain, seorang wanita dengan dandanan berkelas, dengan ponsel paling mahal yang berada di genggamannya, juga tas mewah yang dipangkunya terisak di depan meja dokter, dia adalah Jesica.

“Ja-jadi, suami saya lum-puh, Dok?, dan, dan …” lagi-lagi Jesica menutup wajahnya dan menangis untuk yang kesekian kali di depan Dokter.

“Kami mohon pada Ibu untuk bersabar, anda harus siap menerima kenyataan ini. Tapi melihat dari kondisi suami anda masih ada kemungkinan kesempatan untuk bisa pulih, karena kelumpuhan dan kebutaannya tidak permanen dan masih bisa di terapi” jelas Dokter seolah ingin membesarkan hati wanita di hadapannya.

“Berapa lama suami saya bisa pulih, Dok?” tanya Jesica.

“Paling cepat dua sampai tiga tahun, tergantung kondisi kesehatan, psikis dan semangat suami anda untuk sembuh”

“Dua tahun, Dok?!” manik Jesica membulat.

“Ya, itupun sudah terlampau cepat, biasanya pasien dengan keadaan seperti suami ibu sembuh dalam waktu lima atau bahkan delapan tahun, karena yang paling berat dan menyulitkan untuk sembuh adalah pengaruh psikisnya yang mengalami tekanan sehingga semangat untuk sembuhnya semakin lama, dan itu mempengaruhi lamanya waktu untuk terapi”

Jesica menurunkan pundaknya seolah menyerah. Tapi ia harus menerima kenyataan, bahwa suaminya mengalami kelumpuhan dan kebutaan akibat kecelakaan.

Bukan hanya Ryo yang mengalami tekanan pada psikisnya, Jesica juga mengalami depresi karena hal yang ia banggakan pada diri Ryo kini hilang sudah. Jesica menganggap dengan kelumpuhan dan kebutaan Ryo, maka kekayaan suaminya akan berakhir dan itu berarti kehidupan dia juga pasti berakhir.

Sampai-sampai Jesica tidak ingin merawat Ryo karena merasa suaminya sudah tidak berguna, bahkan ia ingin bercerai dengan suaminya. Hingga Andrey kekasih gelapnya mendengar berita tesebut dan menemui Jesica.

Andrey mengatakan bahwa ia bersedia menemani Jesica tanpa Jesica harus bercerai, karena mereka masih bisa memanfaatkan kekayaan Ryo. Akhirnya Jesica setuju untuk tetap mejadi istri Ryo, tapi ia tengah mencari akal bagaimana caranya agar ia terbebas dari mengurus suami yang buta dan lumpuh itu.