"Mulai sekarang kamu harus putus sekolah."
"Apa, Yah?"Rachel langsung berdiri dari tempat duduk nya setelah mendapat keputusan sepihak dari ayahnya.
"Keluarga kita tiba-tiba terjerat hutang Dan ayah sama sekali nggak bisa membayarnya. Jadi ayah dan ibu kamu sudah sepakat kalau kita berdua akan menjodohkan kamu dengan anak Presdir keluarga Reynard agar kami mendapatkan uang. Ayah dengar kalau keluarga Reynard akan bayar wanita yang mau menikahi anaknya karena anaknya cacat"
Rachel menggertakkan giginya marah.
"Ayah gak bisa main sepihak gitu dong! Masalahnya Rachel tinggal 2 bulan lagi bakalan lulus sekolah! 2 bulan lagi lho, yah! 2 bulan! Terus tega-teganya ayah mau jadiin Rachel istri orang gitu? Mana yang cacat lagi!" Protes Rachel.
"Dengerin ayah dulu. Ini semua demi keluarga kita. Kamu mau kalau rumah kita tiba-tiba disita?" Sahut Ridwan, Ayah Rachel.
"Tapi kenapa harus Rachel, pa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon megawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 10
"Kenapa tuan susah dibangunkan? Tidak seperti biasanya," bisik bodyguardnya.
Reagan hanya terdiam, mencoba merangkai kembali pikirannya yang masih terasa kabur setelah bangun.
"Saya lihat tuan tertidur dengan nyaman," bisik bodyguardnya tepat di dekat telinga Reagan.
Nyaman ya? Tidak mungkin.
Reagan kemudian memandang Rachel. "Lupakan saja," katanya kemudian dia segera memindahkan tangan Rachel.
Pria itu segera bangun dan kembali duduk di kursi rodanya. Lalu bodyguardnya itu mendorong kursi roda Reagan seperti biasa hingga keluar dari ruangan ini.
"Kebetulan sekali orang tua tuan memilih pulang tadi. Jadi misi kita lancar malam ini," kata bodyguard itu saat mereka melaju ketujuan berikutnya.
Mereka tiba diruangan yang dimaksud Reagan. Saat itu ia melihat seorang wanita yang bersimpuh dilantai. Wanita yang sama yang menghinanya waktu pernikahan tadi.
"Heh cacat! Buat apa bodyguard kamu bawa saya ke tempat kayak gini? Mana pake iket tangan saya lagi!" Protes wanita itu.
Reagan hanya tersenyum miring menatapnya.
"Saya? cacat?"
"Kenapa, kamu gak terim__?"
Reagan tiba-tiba berdiri dari kursi rodanya lalu berjalan menuju wanita yang bernama Siska itu. Membuat wanita itu terkejut ketika melihat Reagan tiba-tiba berjalan.
"Lho? Lho? kamu bukannya lumpuh gara-gara kecelakaan?" Tanyanya terbata-bata.
Reagan tersenyum miring. "Menurut anda, nyonya Siska?"
"Jadi selama ini kamu cuman bohongan? Saya akan adukan ke orang tua kamu soal ini," ancam wanita itu.
"Adukan saja kalau anda masih hidup setelah ini." Reagan tiba-tiba mengeluarkan sesuatu dari sakunya.
"Lho lho kamu mau apa..." Nyonya Siska tampak ketakutan melihat apa yang dibawa Reagan.
"Anda sudah menghina saya dan istri saya tadi, anda harus menerima konsekuensinya." Reagan kemudian benda itu sehingga membuat wanita itu berteriak.
Dan Reagan sangat menyukai pekerjaannya seperti ini.
☘️☘️☘️
Sementara itu Rachel tiba-tiba terbangun karena merasa tidak ada sesuatu yang dipeluk. Saat itu Rachel melihat suaminya tidak ada lagi di sebelahnya. Rachel kemudian menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 12 malam.
"Kemana dia?" Tanya Rachel entah pada siapa.
Rachel kemudian memutuskan segera keluar dari teman ini. Ia melirik ke kanan dan kiri merasa bingung kenapa dirumah sebesar seperti ini tidak ada pembantu yang lewat.
"Oh ya dodol banget gue ya! Orang udah malam juga mana ada orang yang lewat," gumam Rachel terus berjalan tak tentu arah.
Tetapi ia melihat seorang bodyguard yang berjalan terburu-buru.
Sebagai spek yang hampir menyerupai intellegent, Rachel diam-diam mengikuti bodyguard itu sehingga sampai lah ditempat yang tersembunyi dari rumah ini. Tetapi Rachel tetap melangkah maju kedepan.
Hingga sampai yang ia dengar adalah suara teriakan nyaring wanita dari dalam ruangan itu.
"Dasar gila! Dasar psycopath! Lebih baik kamu bunuh saya saja daripada kamu siksa saya seperti ini."
Diam-diam Rachel mengintip ruangan itu. Ia bukan hanya terkejut melihat kondisi wanita yang ada didalam sana. Ia lebih terkejut ketika melihat suaminya ternyata tidak lumpuh.
Reagan yang sebenarnya belum puas menyiksa wanita itu akhirnya langsung menembaknya mati. Dia kemudian berbicara pada bodyguardnya.
"Kenapa kalian semua nggak ada yang sadar kalau istri saya ada di sini?"
Kaki Rachel bergetar ketika dia menyadari bahwa Reagan telah mengetahui keberadaannya di tempat itu.
Pertanyaan yang menghantuinya Adalah bagaimana Reagan bisa tahu bahwa dia ada di sana?
Apakah dia terlalu ceroboh sehingga mudah terdeteksi?
Dengan cepat, Rachel berusaha segera keluar dari situasi ini tanpa terluka atau terdeteksi.
Dia tahu bahwa dia harus bertindak dengan cepat sebelum Reagan menemukan bukti lebih lanjut tentang keberadaannya di sini.
"Mau kemana hm?"
Belakang baju Rachel langsung ditarik oleh Reagan membuat Rachel terkejut. Gadis itu hanya berbalik badan dengan wajah keringat dingin. Terlebih melihat wajah Reagan yang sedang menatap tajam kearahnya.
Dengan wajah yang berusaha menahan ketakutan, Rachel mencoba untuk tetap tenang. "Uh, nggak ada apa-apa kok, mas. Aku tadinya nggak sengaja kebangun cuman mau keluar sebentar, sambil lihat-lihat rumah ini doang," ucapnya dengan suara yang bergetar sedikit.
Reagan masih menatapnya dengan tajam, sepertinya mencoba mencari sesuatu di balik ekspresi wajah Rachel. namun, Rachel berusaha untuk tetap tenang dan tidak memperlihatkan ketakutan yang menggebu-gebu di dalam dirinya.
"Jangan bohong, Rachel?" Ucap Reagan dengan suara yang dingin,membuat bulu kuduk Rachel merinding.
"Maaf." Rachel menundukkan kepalanya. "Aku tadi mau cari kamu kenapa tiba-tiba nggak ada dikamar dan aku nggak nyangka kalau kamu ada ditempat ini. Maaf aku nggak Sengaja."
Tatapan Reagan mulai sedikit melunak. Ia melihat wajah Rachel yang tampak takut saat berhadapan dengannya.