Menikah secara tiba-tiba dengan Dean membuat Ara memasuki babak baru kehidupannya.
Pernikahan yang awalnya ia kira akan membawanya keluar dari neraka penderitaan, namun, tak disangka ia malah memasuki neraka baru. Neraka yang diciptakan oleh Dean, suaminya yang ternyata sangat membencinya.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? apakah Ara dapat menyelamatkan pernikahannya atau menyerah dengan perlakuan Dean?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalu Unaiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 18
Beberapa hari setelah itu Dean tidak pulang ke rumah sejak mereka pergi menjenguk Papa Ara di rumah sakit. Sudah beberapa kali Ara mencoba menghubungi Dean yang selalu diabaikan oleh laki-laki itu, beberapa pesan juga dikirimkan oleh Ara yang menanyakan tentang keberadaan Dean serta keadaannya yang hanya dibaca oleh Dean dan kemudian diabaikan begitu saja.
Saat ini Dean sedang berada di sebuah club malam bersama ketiga temannya, Egi, David, dan Bimo. Club milik Egi yang biasa mereka jadikan sebagai tempat untuk berkumpul. Sebuah ruang VIP dengan penerangan minim, dengan sofa panjang berbentuk U mengisi ruangan serta sebuah meja di tengah, botol-botol minuman keras mengisi meja dengan beberapa gelas yang masing-masing terisi cairan bening yang membakar tenggorokan.
Suara musik yang mengalun membuat suasna ramai meski orang-orang di dalam ruang itu hanya duduk sambil menikmati minuman masing-masing, kecuali Bimo, laki-laki itu sedari tadi hanya memperhatikan teman-temannya yang sepertinya sangat menikmati suasana di ruangan tersebut.
Ia melihat jengkel ke arah Egi yang sedang merangkul mesra dua orang wanita sekaligus, sesekali mereka juga berc*uman, bahkan saling membelai bagian tubuh satu sama lain. Di antara mereka memang hanya Egi yang terkenal suka bermain wanita. Sedangkan David hanya memperhatikan sambil geleng-geleng kepala ia hanya menikmati minumannya sambil sesekali melirik ke arah ponselnya.
“Egi!” Panggil Bimo dengan suara keras akibat suara musik yang memekakan telinga.
Egi membalas dengan menaikan kedua alisnya, seolah bertanya. Dengan gerakan tangannya Bimo menunjuk dua orang perempuan di samping kiri-kanan Egi lalu kemudian ia menunjuk ke arah pintu. Mengerti maksud dari Bimo, Egi pun berbisik pada kedua perempuan tersebut lalu kemudian mereka keluar.
Setelah dua orang perempuan tersebut keluar Egi kemudian mengambil remot kontrol di atas meja lalu mengecilkan volume musik sehingga mereka dapat saling mendengar suara masing-masing.
“ada apa?” tanya Egi akhirnya. Pertanyaan dari Egi dijawab oleh David yang menunjuk ke arah Dean dengan dagunya. Dean duduk di samping kiri David. Tiga pasang mata kini melihat ke arah Dean yang sedang menghembuskan asap rokoknya sambil menatap kosong ke arah lampu hias yang menggantung di tengah ruangan. Mereka saling manatap, heran melihat Dean merokok, bisa dibilang Dean adalah orang yang paling menghindari rokok, bahkan saat mereka sedang berkumpul seperti ini ia biasanya tidak akan mengizinkan teman-temannya merokok selama ia masih berada di ruangan tersebut. Melihat ia melakukan hal yang di luar kebiasaannya menimbulkan tanda tanya bagi teman-temannya.
Egi kemudian menggeser duduknya mendekat ke arah Dean, lalu merangkulkan lengannya ke bahu Dean, Dean menoleh dengan sebelah alis naik.
“apa yang sedang menggangu fikiran seorang Dean yang perkasa?” tanya Egi dengan nada jahilnya.
“masalah pekerjaan? Masalah perempuan? Oh come on man. Menikah bukan akhir dari petualangan cinta,” lanjut Egi sambil menaik turunkan alisnya. Dean hanya diam menanggapi, ia terlihat berfikir sebentar sebelum menghisap lama rokok yang ia jepit dibibirnya.
Dean kemudian mematikan rokok itu, lalu menyingkirkan tangan Egi di bahunya. Ia terlihat sangat serius. Ketiga temannya memperhatikan, menunggu apa yang akan di sampaikan oleh seorang Dean. Bahkan Egi yang awalnya terlihat bermain-ain kini juga memasang wajah serius.
“aku meniduri wanita itu” ucap Dean singkat.
“tidur?” tanya david terlihat tertarik.
“tidur?” kini giliran Egi yang bertanya sambil menyatukan kedua telapak tangannya di depan lalu kemudian membuat gerakan menepuk dengan masih menyatukan ujung jarinya. Bimo dan David terlihat serius memperhatikan. Selanjutnya mereka melihat ke arah Dean seolah ingin ia memperjelas, Dean menganguk singkat.
Ketiganya terdiam, Bimo meneguk sisa minumannya yang tinggal setengah hingga tandas. David kembali menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa sedangkan Egi masih dengan posisi yang sama.
“apa saat itu kau mabuk?” tanya David. Dean menggeleng.
“aku sadar, sangat sadar.” Dean merebahkan kepalanya di sandara sofa sambil memejamkan mata. Fikirannya menerawan di hari ia melakukan itu dengan Ara.
“dan sekarang aku tidak bisa menghilangkan dia dari fikiranku,” lanjut Dean sambil meremas rambutnya.