Assalamu'alaikum. Wr. Wb.
Ini novel ketigaku.
Novel ini kelanjutan "Ternyata Ada Cinta"
Baca dulu "Ternyata Ada Cinta" biar nyambung...
Setelah kepergian Fariz, dunia terasa gelap gulita. Cahaya yang selama ini selalu menyinari hari serta hati Zafira padam dalam sekejap mata. Meninggalkan kegelapan serta kesunyian yang teramat menyiksa. Ternyata kehilangan seorang sahabat sekaligus suami seperti Fariz jauh lebih menyakitkan dari apapun.
Perjuangan Cinta Zafira untuk menemukan Fariz dan membawa kembali pria itu ke pelukannya tidaklah main-main. Setiap hari Zafira berjuang keras kesana kemari mencari keberadaan Fariz sampai mengorbankan keselamatannya sendiri. Namun perjuangannya tidak menemukan titik terang yang membuatnya ingin menyerah.
Hingga di titik lelah perjuangan Zafira mencari Fariz, penyakit lama Zafira kembali kambuh. Akankah Fariz sempat menyelamatkan Zafira atau justru gadis itu meregang nyawa membawa pergi cintanya yang belum terucap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rara RD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 - Akhirnya Terjawab
Zafira mengangguk kemudian tersenyum. Dia yakin Rudy tidak berbohong.
"Aku percaya semua penjelasanmu. Tapi apa kamu ingat, waktu itu ada tamu laki-laki yang datang ke rumah ini bertepatan dengan mas Fariz pulang cepat dari kantor? Apa kamu masih ingat laki-laki itu?," Zafira melanjutkan kembali ucapannya.
Mata Rudy berputar ke atas dan ke bawah. Saat mendengar penuturan Zafira, mukanya mendadak berubah cerah. Sekarang dia mengingat sesuatu. Dia seakan baru tersadar tentang kejadian beberapa hari lalu.
"Mbak, sekarang saya baru ingat. Ada sesuatu tentang tamu mbak Zafira yang meminjam ponsel saya," jelas Rudy dengan muka berseri-seri karena telah menemukan pelaku yang mengirim pesan kepada Fariz.
Zafira terperangah, refleks berdiri dari kursi dan menatap Rudy dengan sorot mata ingin tahu. Kini mereka saling berhadapan. Zafira sudah tidak sabar mendengar penjelasan Rudy yang akan dibawanya nanti ke hadapan Fariz sebagai bukti.
"Terus? Apa yang dia lakukan saat meminjam ponselmu?," Zafira bertanya antusias terlihat memburu penjelasan Rudy selanjutnya.
Zafira merasa semakin bersemangat mencari informasi. Tidak salah dia menemui dan berbicara langsung dengan Rudy. Mungkin dia akan mendapatkan titik terang atas pertanyaan yang mengganjal fikirannya mengenai kata-kata Fariz sebelum pergi yang mengatakan bahwa buktinya ada pada Rudy.
"Waktu itu tamu mbak Zafira meminjam ponsel saya karena ponselnya ketinggalan di rumah. Dan dia juga mengatakan sudah mengirimkan pesan kepada mbak Zafira dan memberitahu mbak Zafira kalau dia menunggu di ruang tamu. Dia juga berpesan kepada saya untuk tidak memberitahu mbak Zafira" jelas Rudy memberitahu kejadian beberapa hari lalu.
Untuk kedua kalinya Zafira kembali terperangah. Dia tidak menyangka Ronald selicik itu. Zafira mengingat kejadian beberapa hari lalu dan dia ingat betul tidak ada pesan dari Ronald untuknya. Ternyata pria itu sudah mengelabui Rudy.
Sekarang dia faham mengapa Fariz bisa pulang cepat dan melihat adegan memalukan itu. Ronald menjebak mereka. Zafira mengepalkan tangan. Ingin rasanya memberi pelajaran kepada pria brengsek itu tetapi itu tidak mungkin. Jangankan memberi pelajaran, melawan tenaganya saja dia tidak mampu.
"Dia tidak mengirim pesan padaku. Dia meminjam ponselmu untuk menghubungi mas Fariz dan menyuruhnya segera pulang ke rumah untuk menjebakku di kamar. Dia sangat licik" suara Zafira terdengar bergetar menahan amarah.
Zafira terdiam, Rudy pun ikut terdiam.
"Coba cek pesan di ponselmu. Apa masih ada chat Ronald yang tertinggal?" perintah Zafira yang langsung diangguki Rudy.
Rudy langsung memeriksa riwayat panggilan serta pesan di ponselnya tetapi tidak menemukan chat yang dicari.
"Tidak ada panggilan atau pesan untuk mas Fariz" Rudy berbicara nyaris tak terdengar. Mukanya jadi tertunduk merasa bersalah kepada Zafira.
"Dia pasti telah menghapusnya" ucap Zafira yakin.
"Maafkan saya mbak, saya ceroboh telah meminjamkan barang pribadi saya pada tamu yang tidak saya kenal tanpa menaruh curiga sedikit pun padanya. Seharusnya saya lebih berhati-hati pada tamu baru. Saya sangat menyesal. Lain kali saya tidak akan melakukan kecerobohan seperti itu lagi" Rudy masih tertunduk tidak berani menatap Zafira.
"Tidak apa-apa Rudy, ini bukan salahmu. Laki-laki itu memang licik. Aku yang sudah bertahun-tahun mengenalnya masih bisa tertipu apalagi kamu. Sudahlah tidak perlu difikirkan. Semua sudah terjadi. Yang penting sekarang aku tahu kejadian yang sebenarnya agar aku bisa menjelaskannya pada mas Fariz jika bertemu dengannya nanti. Aku berterima kasih sekali atas informasimu. Tolong jaga rumah baik-baik. Lain kali, jangan biarkan orang asing masuk tanpa izin dariku dan juga mas Fariz," Zafira tersenyum kecil menepuk pundak Rudy dan berlalu meninggalkan Security yang masih berdiri mematung terhipnotis karena sang majikan memberi senyuman serta tepukan lembut di pundaknya.
Pria itu tersadar seketika lalu tersenyum merasa malu dengan dirinya sendiri. Bisa-bisanya mengagumi majikannya sendiri. Tetapi hanya sebatas mengagumi tidak akan mendapatkan masalah. Manusiawi jika seorang ciptaan Allah seperti Zafira yang begitu rupawan dikagumi banyak orang. Bukan hanya dirinya, pasti di luaran sana juga banyak para pria yang mengagumi kecantikan Zafira.
Seandainya bisa mendapatkan pendamping seperti Zafira betapa bahagia dirinya. Sekali lagi Rudy tersenyum-senyum sambil menggelengkan kepala menyesali keinginan yang berharap terlalu tinggi mendapat istri secantik dan sebaik Zafira.
Sekembalinya Zafira ke kamar tampak dia berfikir keras, apa sebenarnya isi pesan Ronald kepada Fariz sehingga Fariz semarah itu hingga tega meninggalkan dirinya?
Beberapa jam kemudian setelah pembicaraannya dengan Rudy, Zafira duduk termenung di depan cermin memandangi wajahnya yang tampak tidak bercahaya.
Dia melirik jam dinding, telah menunjukkan pukul satu siang.
Hampir satu minggu, Zafira masih berharap Fariz akan segera pulang menemuinya tetapi harapan tinggallah harapan, yang diharapkan tidak kunjung kembali.
Fikiran Zafira terus menerus diusik dengan bayangan wajah Fariz yang satu detik pun tidak ingin pergi dari benaknya.
Setelah lama berdiam diri dengan pemikiran-pemikiran yang semakin membuat dirinya resah, akhirnya gadis itu memutuskan pergi keluar untuk sekedar menghilangkan rasa jenuh serta keresahan yang terus membelitnya.
Kali ini sebenarnya niatnya hanya untuk mencuci otak agar tidak terus menerus memikirkan dan menangisi kerinduan terhadap Fariz. Dia ingin mengalihkan sejenak fikirannya ke hal-hal lain.
Namun tiba-tiba terlintas satu pemikiran lain, dia ingat informasi yang disampaikan Dani tadi malam.
Ya, gadis itu pun kembali bersemangat. Dia sudah memiliki rencana harus pergi kemana hari ini. Mall D.
Gadis itu bergegas mengenakan dress merah dengan panjang sebatas mata kaki, berlengan pendek yang dibalut dengan blazer hitam untuk menutupi bagian dada dress yang memiliki model cukup lebar di bagian punggung dan dada. Zafira merasa tidak nyaman jika memakai pakaian yang terlalu mempertontonkan aurat sehingga tadi sebelum dia berangkat, dia berinisiatif memakai blazer untuk memberi kenyamanan saat dia berkeliling.
Zafira melajukan kendaraan menuju mall yang dimaksud Dani. Harapannya kali ini begitu besar dapat bertemu dengan Fariz. Semoga saja info Dani kali ini benar-benar akurat. Jika benar, dia akan mentransfer sejumlah uang lagi sebagai ucapan terima kasih pada sang karyawan.
Setelah tiba di mall, Zafira langsung memulai pencarian. Berjalan ke sebuah store sepatu yang biasa dia kunjungi bersama Fariz, mungkin saja hari ini ada Fariz di sana. Matanya memandangi setiap orang yang keluar masuk ke dalam store sepatu tetapi tidak satu pun yang berhasil membuatnya tersenyum karena wajah-wajah tersebut bukan wajah yang dia cari.
Berlanjut ke store pakaian wanita dan berlanjut lagi ke store tas tempat biasa Fariz menemaninya berbelanja.
Matanya tidak lagi berfokus pada barang-barang branded yang ada di sekeliling melainkan berfokus pada setiap pengunjung yang ada di sana.
...*****...