Era kekacauan telah tiba. Ramalan penyihir ratusan tahun telah terwujud.
Sang Penjahat telah tiba untuk menuntut ketidakadilan.
Menantang dunia dan surga.
Saatnya kalian semua membuka mata dengan kemunculanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galih Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak masuk akal!(2)
Daya ledak dari kekuatan tangan mereka melampaui batas nalar para penonton. Sebuah tali tambang yang seharusnya kokoh, bisa putus hanya dengan tarikan keduanya.
"Cepat sekali! Seberapa cepat sebenarnya tangan mereka berdua?" teriak seorang penonton, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu.
"Hiiiiiih! Suara tali yang putus tadi melengking seperti jeritan!" Beberapa penonton lainnya memeluk tubuh mereka, membayangkan betapa menegangkannya jika yang ditarik itu bukanlah sebuah tali tambang biasa.
"Siapa kau? Aku tidak mengenal Luo Yan yang bisa seperti ini!" ujar Yuan Rui kebingungan.
"Maksudmu, aku sangat kuat, kan?" Luo Yan menjawab dengan senyuman bangga.
"Hah?? Jangan bicara omong kosong!" Yuan Rui mendekati Luo Yan, kesal sekaligus tak percaya.
Dalam kerumunan, perhatian Tetua Chen tertuju pada sisa-sisa tali yang putus. "Jadi, kekuatan kalian sebesar ini, bahkan tanpa ilmu tenaga dalam, bisa membuat tali setebal ini putus?" katanya, nada kagum tak bisa disembunyikan.
Tetua Chen pergi sejenak, lalu kembali dengan sebuah tali berwarna hitam pekat yang terlihat lebih tangguh. Ia melemparkan tali itu ke tengah arena, menghentikan perkelahian keduanya.
"Itu adalah tali baja hitam! Aku yakin kalian akan kesulitan untuk memutuskan tali itu," Tetua Chen tertawa lepas, seolah menantang.
"Jangan sombong dulu! Kau beruntung bisa diselamatkan karena tali yang sebelumnya sangat tipis!" Yuan Rui menimpali dengan nada menantang.
"Haha, jangan berpikir kau akan menang dengan kepala kosongmu, Yuan Rui," Luo Yan menyahut, wajahnya penuh keisengan.
"Bagaimana kau bisa mengetahuinya?" Yuan Rui berusaha mempertahankan harga dirinya.
"Aku hanya menyebutnya seperti yang terlihat, kepalamu sungguh kosong!" Luo Yan menjawab dengan gaya bercanda.
"Apa katamu?!"
Di masa lalu, sebutan 'kepala kosong' adalah guyonan khas Luo Yan untuk Yuan Rui, setelah mereka berkelompok dan menjalankan misi bersama. Kini, ketika desakan adrenalin mulai terasa, kenangan itu menghangatkan suasana.
"Hei, apa kalian tidak mendengarku?!" jerit Tetua Chen yang merasa diabaikan.
Dengan kesal, Tetua Chen menjitak kepala mereka satu persatu. "Berhentilah bercanda, bangsat!"
Pertandingan pun dimulai kembali. Sekarang, tidak ada yang menghambat lagi. Keduanya mencengkeram tali baja di depan mereka, semangat bertanding membara di mata mereka masing-masing.
"Sekarang, kau akan mengalami kekalahan!" tegas Yuan Rui, kekuatan cengkeraman yang murni hanya tenaga di tangannya begitu kuat.
"Wow, bukankah tali ini cukup kuat?" Luo Yan mengangguk, dirinya cukup terkesan setelah sedikit memainkan tali di depannya.
Tetua Chen tiba-tiba mengangkat tangannya tanpa aba-aba, dan dalam hitungan detik, keduanya menarik tali baja itu dengan kekuatan penuh. Tali tersebut meregang hingga maksimum, mengeluarkan suara serat yang menakutkan, menggema di antara kerumunan.
Luo Yan dan Yuan Rui menarik napas dalam-dalam, wajah mereka sangat serius, dengan konsentrasi penuh yang tak pernah terbayang akan muncul.
Para penonton sampai tak bisa berpaling, penasaran apakah tali ini juga akan putus seperti sebelumnya?
"Tapi ingat, tali yang digunakan adalah tali baja. Bahkan seorang pendekar beladiri pun akan kesulitan, apalagi remaja berumur lima belas tahun!" cetus salah satu penonton, skeptis.
Di sana, keduanya tidak ada yang mengalah. Luo Yan mengikatkan tali itu dua kali di tangan kanannya sebagai pegangan, bertekad untuk menariknya lebih kencang. Di sisi lawan, Yuan Rui pun tak tinggal diam. Ia membalikkan tubuhnya menghadap ke penonton, membuat punggungnya terbuka lebar, sambil bersiap-siap.
Perlahan, tubuh Luo Yan mulai tertarik ke depan, seolah ia sedang tergelincir menuju kekalahan. Di dalam pikirannya, kenangan kekuatan besar Yuan Rui kembali terdeteksi; tidak seorang pun di Wilayah Kekaisaran Yin mampu mengimbangi kekuatan raksasa saat Yuan Rui serius.
"Sungguh, tidak ada yang bisa mengimbangimu saat kau bersungguh-sungguh," pikir Luo Yan, tergerak oleh rasa hormat dan persaingan.
Luo Yan mencoba menilai situasi dengan seksama, pikirannya masih bisa tenang bahkan diujung kekalahan.
Apa yang akan terjadi selanjutnya? Semua penonton menunggu dengan napas tertahan, siap menyaksikan momen yang mendebarkan ini.