Silva, Marco dan Alex menjalin persahabatan sejak kelas 10. Namun, saat Silva dan Marco jadian, semuanya berubah. Termasuk Alex yang berubah dan selalu berusaha merusak hubungan keduanya.
Seiring berjalannya waktu, Alex perlahan melupakan sejenak perasaan yang tidak terbalaskan pada Silva dan fokus untuk kuliah, lalu meniti karir, sampai nanti dia sukses dan berharap Silva akan jatuh ke pelukannya.
Akankah Silva tetap bersama Marco kelak? Atau justru akan berpaling pada Alex? Simak selengkapnya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pendekar Cahaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15 (Kesedihan Flea)
Mobil Silva terus berjalan membelah jalanan yang saat itu sudah cukup padat. Selama perjalanan, Flea lebih banyak diam dan pandangannya terus mengarah kedepan dengan tatapan kosong. Padahal sepengetahuan Hilda dan juga Silva, Flea adalah gadis yang periang dan tidak pernah terlihat murung.
"Fle, kamu kenapa? Dari tadi kita berdua perhatikan, diam aja, ada apa sih?" Tanya Silva.
"Iya, Fle, gak biasanya kamu kayak gini, ada yang beda gitu dari kamu" Hilda menimpali.
"Kalau misalkan kamu ada masalah atau apa, kamu cerita ke kita aja, kita siap kok dengerin cerita kamu, kita berdua kan sahabat kamu" lanjut Hilda. Silva mengangguk setuju.
"Ini soal kerjaan yang aku bilang kemarin ke kalian" Flea pun akhirnya angkat bicara, namun, kepalanya tertunduk.
"Oh, iya, gimana tuh soal kerjaan yang katanya dibantu sama om kamu itu?" Tanya Hilda penasaran.
Flea menarik nafas panjang dan mulai Bercerita. Flea mengawali ceritanya saat dia sudah sampai di Bandara. Setelah memarkirkan motornya, Flea berjalan menuju ke salah satu kantor maskapai penerbangan yang ada di Bandara dan menemui omnya yang bekerja di salah satu maskapai penerbangan tersebut.
"Selamat pagi, dek, ada yang bisa saya bantu?" Tanya satpam yang berjaga di pintu masuk.
"Selamat pagi, pak, aku mau ketemu sama pak Hardi, beliau yang meminta aku untuk datang kesini" jawab Flea.
"Oh... Tunggu sebentar saya tanyakan ke bagian resepsionis yah" katanya dan berlalu masuk. Flea menunggu sebentar sampai satpam tadi kembali lagi keluar.
Tak berapa lama, satpam tadi keluar, namun kali ini dengan seseorang yang sudah dikenali oleh Flea. Dialah Hardi, om dari Flea.
"Om Hardi, aku udah siap kerja hari ini juga" kata Flea dengan antusias.
"Flea, maafkan om yah, om tidak bisa mempekerjakan kamu disini, soalnya sudah ada orang yang lebih duluan datang dari kamu, kamu sih kelamaan datangnya, jadi, om terima dia deh, jadi, maaf yah, Flea" terang Hardi. Seketika harapan Flea untuk bekerja di maskapai penerbangan pupus sudah setelah mendengarkan penjelasan omnya tersebut.
"Om, kok kayak gini sih, kemarin kan om bilang mau bantu aku buat kerja disini, kenapa sekarang malah terima orang lain" protes Flea.
"Kamunya yang datang telat, jadi keduluan sama orang lain" kata Hardi.
"Telat gimana sih, om, janjiannya kan jam 9 pagi aku sudah ada disini, tapi, ini setengah 9 aja belum loh, om, aku malah cepat setengah jam loh" terang Flea sambil melihat jam tangannya.
"Dia malahan, jam 8 pagi udah disini, lebih cepat lagi dari kamu" jawab Hardi.
"Kalau misalkan kamu mau, masih ada bagian cleaning service yang masih kosong, kamu bisa kerja disitu saja" lanjut Hardi.
"Haah! Cleaning service? Yang benar aja dong, om, kalau tahu gini aku gak bakalan kesini, udah capek-capek kesini juga, buang-buang bensin" Flea merasa kecewa dengan omnya itu.
"Benar kata ibu, namanya saja keluarga, tapi, gak bisa membantu sama sekali, kalau membantu cuma setengah-setengah aja, percuma punya keluarga kalau seperti itu, aku mending pulang aja" Flea berlalu begitu saja dari hadapan Hardi.
"Heh! Dasar anak kurang ajar! Begini sikap kamu sama yang lebih tua" emosi Hardi tersulut.
"Begitu ceritanya, Sil, Da" Flea mengakhiri cerita panjangnya.