menceritakan tentang seorang gadis yang berpindah ke dunia asing yaitu dunia kultivasi.
seperti apa kelanjutannya silahkan di baca
maaf sebelumnya banyak typo berterbangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 35
Saat keluar dari penjara bawah tanah, Yara dan Long Shen bertemu dengan San’ Ge.
Melihat bahwa mereka telah tertangkap basah, Yara berinisiatif menyerang San’ Ge, tetapi ia ditahan oleh Long Shen.
Yara berbalik menatap Long Shen, mengangkat alisnya seakan bertanya, “Kenapa?!”
Long Shen tersenyum, lalu berbisik, “Itu Kang Zixin. Dia ikut bersama Patriark Yun saat itu.”
“Eh, benar? Kalau Zixin ada di sini menyamar sebagai San’ Ge, lalu di mana tulang tua itu?!” tanya Yara kesal. Bagaimana tidak, ia sudah berhari-hari tidak mendengar kabar dari tuan yang tidak bermoral itu.
Mendengar nada kesal dari "kucing kecilnya," Long Shen mengusap puncak kepala Yara sambil berkata, “Kita sudah melihatnya pada hari pertama tiba di sini.”
“Di mana?” Yara bertanya lagi, masih bingung.
“Di aula sekte. Apa Ya’er tidak ingat?”
Yara mencoba mengingat kembali. “Mungkinkah penatua keempat?” gumamnya pelan.
“Ya, itu dia.” Long Shen menunjuk ke arah aula sekte yang saat ini sudah dikelilingi oleh api.
Mengikuti arah yang ditunjukkan Long Shen, Yara terkejut. “Mungkinkah itu perbuatan tulang tua?!”
Saat Yara masih merenung, Long Shen membawanya menuju aula Sekte Kalajengking Hitam.
Setibanya di sana, Yara melihat bahwa luar aula sudah dipenuhi oleh ratusan murid sekte. Mereka tampak kebingungan, kecuali para murid dalam seperti Yi’ Ge dan lainnya. Yara menduga mereka adalah murid dari benua atas.
Saat mereka bertiga tiba, mata Yi’ Ge membelalak, jelas terkejut. Bagaimana tidak, San’ Ge, yang merupakan murid dalam, tidak disandera seperti dia dan yang lainnya.
Tak tahan, Yi’ Ge meneriaki, “San’ Ge, mengapa kamu ada di sini?! Dan lagi, mengapa kamu baik-baik saja?! Apa kamu berkhianat?!”
Serangkaian pertanyaan itu hanya membuat Kang Zixin ingin tertawa terbahak-bahak.
Ia berjongkok tepat di depan Yi’ Ge, lalu berkata, “Menurutmu, apakah hanya kalian yang bisa menculik manusia dari benua bawah? Dan kami tidak?!”
Zixin melepas topeng kalajengking yang dikenakannya, memperlihatkan wajah aslinya.
“Kamu... siapa?! Di mana San’ Ge?!” Yi’ Ge bertanya, suaranya bergetar marah sekaligus bingung.
Namun kemarahan Yi’ Ge segera berubah menjadi rasa takut ketika Zixin membalikkan telapak tangannya, memperlihatkan token giok berwarna putih susu. Itu adalah token dari Kerajaan Awan di benua atas, yang menandakan status Kang Zixin saat ini.
Melihat token itu, mata Yi’ Ge membelalak tak percaya, tubuhnya gemetar. Pikirannya kacau. “Berakhir... ini sudah berakhir!” gumamnya dalam hati. “Aku harus kabur dari sini. Aku harus memberitahu sekte bahwa keberadaan mereka telah diketahui!”
Melihat ekspresi Yi’ Ge yang terus berganti dari terkejut, panik, hingga pucat pasi Zixin hanya tertawa kecil.
“Hahahaha, apakah kau benar-benar yakin aku orang dari benua bawah?” ejek Zixin sambil menatap Yi’ Ge tajam.
Yi’ Ge mencoba menenangkan dirinya, tetapi suara Zixin kembali terdengar, tegas dan dingin, “Apakah kalian sudah mengenali Huang’ Zi ini?”
Wajah Yi’ Ge dan murid-murid lainnya langsung pucat pasi saat menyadari siapa yang ada di depan mereka. Salah satu dari mereka memberanikan diri untuk berbicara, “Putra Mahkota Xin... maafkan ketidaktahuan kami. Namun, bisakah Putra Mahkota mengampuni kami?”
Zixin hanya tersenyum tipis, seolah-olah tengah memikirkan bagaimana ia akan menghukum mereka.
Yi' Ge bertanya mewakili semua murid dari Sekte Kalajengking Hitam, "Apa yang akan terjadi pada kami, Yang Mulia?"
Kang Zixin mengangkat alisnya dan menjawab dengan santai, "Pernahkah kalian mendengar bahwa setiap murid dari Sekte Kalajengking Hitam yang berhasil ditangkap oleh pangeran ini akan dibiarkan hidup?"
Senyumnya menyeringai, melanjutkan, "Aku bahkan, seorang dengan status mulia, harus turun ke benua bawah dan kembali tanpa hasil?! Dan lagi, kalian tidak sedang beruntung. Tahukah kalian mengapa?" Zixin menunjuk ke belakang mereka dengan dagunya.
Mereka pun menoleh, dan hanya beberapa meter dari tempat itu berdiri dua sosok yang sangat mencolok. Salah satunya bertubuh mungil dengan setelan aneh dan mengenakan topeng hantu, sedang dirangkul oleh seorang pria bertubuh tinggi, tegap, dengan aura keagungan yang luar biasa. Sosok itu tak lain adalah Long Shen atau lebih tepatnya, Kaisar Long Xing Shen, Kaisar Agung dari Kekaisaran Long.
Topeng naga emas yang dikenakan Long Shen menjadi simbol tak terbantahkan dari statusnya. Melihat sosok itu, semua murid dari benua atas langsung berlutut dan melakukan kowtow berulang kali hingga dahi mereka berdarah, seraya berseru, "Hidup Yang Mulia Kaisar Agung! Semoga Kaisar diberi umur panjang seribu tahun lagi!"
Namun, Long Shen tidak memedulikan seruan itu. Dengan tenang, ia menggenggam tangan Yara dan berkata satu kata yang cukup membuat suasana mencekam: "Bunuh."
Satu kata itu sudah cukup menjelaskan semuanya. Amarah Long Shen jelas terpancar. Sebab sepuluh tahun yang lalu, pemimpin Sekte Kalajengking Hitam telah berjanji untuk menghentikan perburuan manusia dan praktik tidak bermoral lainnya. Namun, kenyataannya, mereka justru melanggar janji tersebut dan berani merambah ke benua bawah.
"Jadi, tidak ada alasan untuk membiarkan mereka hidup," kata Long Shen, dingin.
Seketika, muncul seratus bayangan hitam entah dari mana. Dalam waktu yang sangat singkat, mereka lenyap bersama semua murid Sekte Kalajengking Hitam di tempat itu.
Yara berjalan mengikuti Long Shen, melirik aula yang dilahap api di belakang mereka. "Ke mana sebenarnya Tuan pergi? Kita sudah menyingkirkan seluruh anggota sekte, tapi kenapa dia belum muncul juga?"
"Dia akan datang. Tunggu saja," jawab Long Shen sambil menarik tangan Yara menjauh dari kobaran api. Di belakang mereka, Kang Zixin mengikuti seperti anak ayam mengekor induknya.
Ketika mereka tiba di alun-alun, terlihat lima orang tengah bertarung melawan seorang pria paruh baya. Mata Yara membelalak. Itu adalah tuannya Patriark Yun yang telah dicarinya selama beberapa hari terakhir. Penampilannya kacau rambutnya acak-acakan seperti sarang lebah, wajahnya bengkak, dan pakaiannya compang-camping.
"Tuan... Bertahanlah! Aku akan membantumu!" teriak Yara sambil meronta, mencoba melepaskan diri dari pelukan Long Shen. Dia ingin bergabung untuk melatih kemampuannya. Dalam pikirannya, selama ada Long Shen yang mengawasi, tidak akan ada hal buruk yang terjadi.
Namun Patriark Yun, yang mendengar teriakan Yara, hanya mendesah kesal dalam hati. "Apa yang dipikirkan makhluk kecil itu? Apa dia pikir aku sedang bersenang-senang dan ingin bergabung? Tidak bisakah dia melihat aku hampir mati!"
Pria tua itu mengabaikan Yara dan kembali fokus bertarung. Tapi musuhnya, Tetua Ke-6 dari Sekte Kalajengking Hitam, melancarkan serangan energi es yang membuat Patriark Yun terpental hingga 50 meter.
"Brengsek! Monster tua! Kau masih keras kepala ingin melawanku?!" teriak Patriark Yun, frustrasi.
Pertarungan itu berlangsung sudah dua jam lebih tanpa tanda-tanda akan berakhir. Patriark Yun tahu, jika bukan karena batasan energi di benua bawah, dia sudah lama menghancurkan lima lawannya menjadi abu.
Tetua Ke-6 mengejek, "Heh, kau pikir ini benua atas? Di sini kau bukan siapa-siapa. Jangan bermimpi terlalu tinggi!"
Mendengar itu, amarah Patriark Yun semakin memuncak. Dia membuka kipas putih di tangannya, yang sebelumnya hanya digunakan untuk menangkis serangan. Kipas itu mengeluarkan angin kencang yang disertai api oranye api surgawi.
Melihat api tersebut, Yara teringat sesuatu. Api surgawi?! Dulu aku juga memilikinya setelah mengontrak Xiao Hong... Tapi api milikku berwarna merah keemasan.
Api surgawi hanya dapat dimiliki oleh alkemis tingkat tinggi, dan Patriark Yun jelas bukan alkemis biasa. Dalam waktu singkat, kelima musuhnya terbakar hingga meleleh, berubah menjadi abu.
Setelah selesai, Patriark Yun berjalan mendekati mereka. Wajahnya penuh amarah saat ia menegur, "Gadis nakal! Apa kau pikir aku tidak tahu apa yang ada di pikiranmu tadi?!"
Melihat itu, Yara dengan refleks bersembunyi di belakang Long Shen. Patriark Yun hanya mendengus kesal, sementara Long Shen merasa bangga bahwa 'kucing kecilnya' tahu siapa yang harus dilindungi.
"Kalo begitu, ayo kembali ke Benua Bawah," ucap Patriack Yun, mengajak mereka bertiga kembali.
Saat mereka telah menuruni tangga dan tiba di lokasi awal, mereka melihat Yara dan Long Shen menunggu. Yara menyunggingkan senyum licik, kemudian mengeluarkan sebuah remote dari gelang interspasialnya.
"Boom!"
Bangunan yang berdiri kokoh itu seketika meledak, menjadi puing-puing. Hal ini tentu membuat ketiga pria yang bersamanya terkejut.
"Ini...??"
Kang Zixin terlihat bingung. "Bukankah kita sudah jauh dari Sekte Kalajengking Hitam? Kenapa bangunan itu bisa meledak?" Dia melirik Yara yang kini canggung sambil menggaruk kepala.
"Hehehe... itu hanya bom sederhana," ujar Yara dengan senyum menjengkelkan, membuat Patriack Yun dan Kang Zixin kesal, tetapi Long Shen tampak menikmati kekacauan ini.
"Nakal," gumam Long Shen dalam hati.
"Xiao'Ya, bom apa itu?" tanya Kang Zixin.
"Ehm, itu adalah peledak yang aku buat sendiri," jawab Yara dengan nada bingung.
"Hebat! Bisa kah kamu membuatkan untukku? Aku ingin meledakkan istanaku jika kakekku terus memaksaku kembali," ucap Zixin sembrono.
Ucapan itu langsung mendapat tamparan di kepala dari Patriack Yun.
"Dasar bocah bau! Apa yang kamu pikirkan? Kalau saja kita tidak terburu-buru, aku sudah menghukummu sekarang juga!" seru Patriack Yun kesal.
Sementara itu, Yara hanya memasang ekspresi tak peduli. Long Shen tersenyum kecil, dan Kang Zixin menahan tawa. Patriack Yun memilih mengabaikan kelakuan cucu sahabatnya itu dan melambaikan tangannya, membuka riak di udara kosong. Itu adalah gerbang teleportasi tersembunyi milik Sekte Kalajengking Hitam. Dia masuk lebih dulu, diikuti Yara, Long Shen, dan Kang Zixin.
Cahaya putih menyelimuti mereka, dan beberapa saat kemudian mereka tiba di dalam sebuah gua. Saat melanjutkan perjalanan, tanpa diketahui oleh ketiganya, Yara yang berjalan di belakang diam-diam melempar beberapa bom jarak jauh. Ketika mereka keluar dari gua...
"Boom! Boom! Boom!"
Gua itu langsung runtuh.
"..." Patriack Yun terdiam dengan wajah kaku.
"~" Long Shen hanya tersenyum tipis.
"0" Zixin memasang ekspresi bingung.
Patriack Yun memutar kepalanya dan melihat ke belakang mencari pelaku. "Kemana bocah itu?!"
Ternyata Yara sudah melarikan diri. Dari kejauhan, Yara memanfaatkan energi Qi untuk berteriak, "Tuanku yang tampan, mari kita bertemu lagi di Akademi Bintang Biru! Aku ada urusan penting!"
Yara menaiki Xiao'Bai yang berubah wujud dan terbang menjauh. Dia tahu jika tetap di sana, Patriack Yun pasti akan menghukumnya.
"kamu bajingan kecil, tunggu dan lihat!" teriak Patriark Yun kesal.
Patriack Yun menghela napas panjang. "Ya Dewa, aku telah menjadi tuannya sejak ribuan tahun yang lalu, tapi di kehidupan ini Yara benar-benar bar-bar! Jika tahu akan begini, aku pasti akan meminta Lin tua menggantikanku!"
Long Shen hanya menunduk agar tidak memprovokasi Patriack Yun, sementara Kang Zixin menahan tawa hingga wajahnya memerah. "Tuan, sebaiknya kita kembali ke Akademi dan menunggu Ya'er di sana," ucap Long Shen mencoba menenangkan suasana.
Sementara itu, Yara tiba di pinggiran Hutan Kabut. Dia mengeluarkan para penduduk desa dari dunia kecilnya, membangunkan mereka dengan pil emas penawar bius, lalu masuk kembali ke dunia kecil untuk membersihkan diri di kolam mata air spiritual. Setelah berganti pakaian, dia memeriksa kondisi Gegenya, Putra Mahkota yang masih tertidur pulas. Xiao'Zi yang setia menjaga di sampingnya.
Yara memegang tangan sang Gege dan berbisik pelan, "Gege, maafkan Ya'er... Di masa depan aku tidak akan membiarkanmu terluka lagi." Setelah memastikan kondisi Gegenya membaik, Yara pergi ke dapur dunia kecil dan membuat sandwich. Dia makan dengan lahap sambil memikirkan rencana selanjutnya.
Keluar dari dunia kecil, Yara melanjutkan perjalanan menuju Kota Kabut. Dia memesan kamar di penginapan tempat dia dan sahabatnya pernah menginap. Pelayan di sana mengenalinya sebagai pelanggan royal dan melayani Yara dengan ramah.
"Tuan Muda, ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan itu.
"Aku ingin satu kamar. Bawakan makanan terbaik untukku," jawab Yara, menyerahkan koin emas. Setelah menuju kamar, Yara akhirnya bisa beristirahat dengan tenang.
"Nah, sampai sini. Semoga kakak pembaca menyukai jalan ceritanya, terimakasih sudah mampir" 🙏