NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikah Dengan Mas Duda

Terpaksa Menikah Dengan Mas Duda

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Selingkuh / Pengantin Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5.1M
Nilai: 4.7
Nama Author: Nadya Ayu

Arumi harus menelan kekecewaan setelah mendapati kabar yang disampaikan oleh Narendra, sepupu jauh calon suaminya, bahwa Vino tidak dapat melangsungkan pernikahan dengannya tanpa alasan yang jelas.
Dimas, sang ayah yang tidak ingin menanggung malu atas batalnya pernikahan putrinya, meminta Narendra, selaku keluarga dari pihak Vino untuk bertanggung jawab dengan menikahi Arumi setelah memastikan pria itu tidak sedang menjalin hubungan dengan siapapun.

Arumi dan Narendra tentu menolak, tetapi Dimas tetap pada pendiriannya untuk menikahkan keduanya hingga pernikahan yang tidak diinginkan pun terjadi.
Akankah kisah rumah tangga tanpa cinta antara Arumi dan Narendra berakhir bahagia atau justru sebaliknya?
Lalu, apa yang sebenarnya terjadi pada calon suami Arumi hingga membatalkan pernikahan secara sepihak?
Penasaran kisah selanjutnya?
yuk, ikuti terus ceritanya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadya Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 32

Seluruh anggota keluarga Narendra baru saja menyelesaikan makan siang bersama. Dan kini Bagas meminta yang lainnya untuk berkumpul di ruang keluarga.

“Jadi, bagaimana bisa kamu bebas hari ini padahal Papa baru saja melaporkan tindakan Vino?” tanya Bagas pada putra sulungnya.

Narendra menggeleng. “Naren juga nggak tahu, Pa. Yang Naren tahu, ada orang yang tiba-tiba bebasin Naren. Pihak sana juga tidak mau memberitahu Naren siapa orangnya,” jawab Narendra.

“Kok, aneh gitu, ya, Pa. Siapa sebenarnya yang bantuin Naren keluar dari sana?” timpal Dewi.

Bagas menggeleng bingung. “Entahlah, tapi kita harus selalu bersyukur atas hal itu karena berkat orang itu, Naren bisa segera pulang ke rumah.”

***

Malam harinya.

Kediaman Bagas kini telah sepi sebab semua orang sudah memasuki kamar masing-masing, pun dengan Arumi dan Narendra. Kedua pasangan suami istri itu terlihat bahagia setelah kemarin sempat mendapatkan duka. Sekali lagi, Arumi memandangi wajah pria yang semalam tidak bisa ia lihat dan saat ini sudah berdiri di hadapannya.

“Janji sama aku, kamu nggak bakalan ninggalin aku lagi, Ren,” ucap Arumi.

Keduanya saling berhadapan, di balkon kamar yang menampilkan pemandangan malam yang cukup pekat menambah suasana tenang di antara keduanya.

“Aku tidak bisa menjanjikan apapun, Arumi. Tapi aku akan mencoba untuk selalu ada di sampingmu, menemanimu, dan selalu ada untukmu. Terima kasih karena telah mengkhawatirkanku dan masih menungguku.”

Narendra menatap lekat netra bening milik sang istri, untuk yang kesekian kalinya pria itu sangat bersyukur bisa bertemu wanita sebaik Arumi. Ia yang awalnya ingin memanfaatkan Arumi, tetapi kini justru menjatuhkan hatinya pada wanita itu dan berharap hubungan mereka bisa awet seperti kedua orang tuanya.

“Aku istrimu dan sudah sepantasnya aku melakukan hal itu, Ren. Dan maaf karena sudah menyeretmu ke dalam masalahku,” ungkap Arumi.

Narendra meraih kedua tangan wanita itu kemudian membawanya ke dadanya. “Kamu tidak bersalah, jadi tidak perlu meminta maaf. Ini masalah kita, bukan hanya masalahmu saja. Sudah sepantasnya aku melakukan hal ini untuk istriku.”

Arumi berkaca matanya. Ia merasa begitu sangat dicintai oleh pria asing yang kini sudah menjadi suaminya. Entah sudah dimulai sejak kapan, tetapi Arumi semakin yakin, jika debaran dalam dadanya adalah bukti bahwa dirinya telah jatuh hati pada sosok di hadapannya saat ini yang rela berkorban demi dirinya.

Wanita itu melepaskan tangannya dari sang suami, mengulurkan tangan kanannya untuk mengusap lembut rahang tegas milik pria itu.

“Aku tidak tahu akan waktu yang mungkin kamu pikir terlalu cepat, tapi aku tidak bisa membohongi diriku lagi, Ren. Aku cinta sama kamu dan aku jatuh hati pada semua yang sudah kamu berikan dan lakukan untukku. Jika menurutmu perasaanku ini salah, katakan padaku dan mintalah aku untuk menghentikan rasa ini.”

Ungkapan rasa dari Arumi terasa begitu menyejukkan hati Narendra. Pria itu juga merasakan perasaan yang sama, tetapi ia masih belum percaya sebab perasaan itu terlalu tiba-tiba.

Arumi merasa canggung, wanita itu menjauhkan tangannya dari wajah tampan suaminya. “Maaf, kalau ucapanku membuatmu terbebani. Harusnya aku tidak mengatakan hal itu karena kamu pun memiliki kendali atas perasaanmu. Jangan pikirkan lagi ucapanku barusan. Anggap saja aku tidak pernah mengatakan hal itu.” Karena tidak mendapat jawaban dari Narendra, Arumi berpikir jika pria itu tidak bisa membalas perasaannya.

Arumi menjadi tidak enak, ia pikir ucapannya barusan terlalu berlebihan untuk dikatakan pada seseorang yang baru saling mengenal. Namun, Arumi tidak bisa membohongi perasaannya yang semakin menggebu-gebu pada pria itu. Arumi hanya ingin berkata jujur terlepas nantinya Narendra akan membalas atau justru mencampakkan perasaannya.

Meninggalkan Narendra yang terpaku di teras balkon, Arumi memilih masuk ke kamar dan bergegas merebahkan tubuhnya untuk mengurangi kecanggungan di antara dirinya dan Narendra.

Bodoh kamu Arumi! Bisa-bisanya kamu ungkapin cinta lebih dulu. Mana harga dirimu, maki Arumi dalam hati.

Sementara itu, Narendra tersenyum tipis ketika melihat Arumi yang salah paham padanya. Pria itu lantas beranjak dan menyusul Arumi yang sudah rebah terlebih dahulu. Dengan perlahan, Narendra mulai menaiki kasur dan melongok ke arah Arumi yang sudah memejamkan matanya. Ia tahu bahwa Arumi hanya berpura, tetapi Narendra memilih untuk tidak mengganggu wanita itu.

***

Pagi telah menyapa. Baik Arumi maupun Narendra sudah sama-sama rapi karena sebentar lagi keduanya akan berangkat kerja bersama. Awalnya Arumi menolak ketika Narendra mengatakan jika dirinya akan ikut berangkat pagi bersama dirinya, tetapi karena Narendra memaksa akhirnya Arumi pasrah dan membiarkan Narendra untuk berangkat lebih pagi hari ini.

Menuruni satu persatu anak tangga berdampingan membuat jantung Arumi berdetak lebih kencang. Wanita itu hanya terdiam, enggan untuk berbicara banyak kepada Narendra karena masih teringat akan kejadian semalam.

Tiba di ruang makan, rupanya Tari dan Dewi, kedua paruh baya itu tengah menyiapkan sarapan pagi.

“Kalian akan berangkat sekarang?” tanya Tari.

“Iya, Bu. Ada suatu hal yang harus Naren di kantor, jadinya berangkat pagi,” jawab Narendra.

“Ya, sudah, kalau begitu tunggu sebentar, Mama siapkan bekal untuk kalian. Jangan sampai kalian berdua kelaparan karena nggak sarapan!” seru Dewi sambil berlalu menyiapkan bekal untuk keduanya.

Dua hari yang lalu, ketika Arumi meninggalkan pekerjaannya, wanita itu sudah mendapatkan teror pesan dari Bu Desi yang menanyakan keberadaannya, bahkan wanita itu juga mengancam akan memecat Arumi, jika wanita itu kembali berulah, dan kemarin, Arumi lagi-lagi absen cuti hingga membuat Bu Desi marah besar karena menganggap Arumi menggampangkan pekerjaannya, sehingga pagi ini dirinya akan menemui Bu Desi untuk meminta agar dirinya tidak dipecat. Arumi tidak memberitahu Narendra karena khawatir kalau Bu Desi lah yang nantinya dipecat alih-alih dirinya.

“Kami berangkat dulu, Ma, Bu,” pamit Arumi dan Narendra bersamaan setelah mendapatkan bekal masing-masing.

Tiba di kantor, Arumi lekas berlari menuju ke loker untuk meletakkan bekalnya. Namun, sebelum wanita itu masuk ke area loker, tangannya tiba-tiba dicekal dari belakang hingga membuat wanita itu tersentak kaget.

“Astaga!”

“Kamu kenapa lari-lari begitu? Bahkan nggak pamit atau salim dulu sama aku!” tegur Narendra.

Rupanya pria itu gemas sekali pada istrinya yang pagi ini terlihat banyak terdiam sehingga ketika Arumi turun dari mobil dan berlari masuk, pria itu bergegas menyusulnya dari belakang.

“Kamu ngapain di sini? Nanti kalau ada yang lihat bagaimana?” ucap Arumi tanpa memedulikan pertanyaan dari suaminya.

“Ya, biarin aja. Memangnya kenapa?” sungut Narendra.

“Emangnya kamu nggak takut digosipin sama karyawan yang lain kalau tahu kamu pagi-pagi udah di sini?”

“Nggak, tuh. Mungkin itu kamu? Hei, kamu belum menjawab pertanyaanku, kamu kenapa lari-lari kayak tadi, hm?”

“Ish … aku nggak kenapa-kenapa, kok. Cuma pengen cepetan sampai aja. Ya, udah, sana balik ke ruanganmu. Kalau Bu Desi tau, bisa-bisa nanti dia mencak-mencak, ngamuk ke aku!” Arumi berseru sembari mendorong Narendra untuk segera pergi dari sana.

Bukannya pergi, pria itu justru bergeming di tempatnya. “Kalau aku nggak mau pergi?”

“Ya, sudah, biar aku aja yang pergi!” seru Arumi kemudian mengurungkan niatnya untuk masuk ke loker dan memilih berlalu meninggalkan Narendra di sana.

Narendra mengusap rambutnya. Pria itu yakin, jika Arumi tengah menghindarinya karena semalam ia mengabaikan wanita itu.

Dia ngambek, batin Narendra kemudian pergi dari sana.

Di lorong menuju lobi, pria itu bertemu dengan Bu Desi, selaku kepala kebersihan di sana.

“Loh, Bapak sedang apa dari sana?” tanya Bu Desi.

“Eh, saya mau dibikinin kopi seperti yang waktu itu, tapi di pantry masih sepi nggak ada orangnya,” ucap Narendra asal.

“Oh, begitu, ya, Pak. Yang buatkan kopi Bapak waktu itu Arumi. Tapi dari kemarin dia nggak masuk. Mau saya bikinkan kopinya, Pak?” tawarnya dengan suara yang terdengar sensual.

Narendra yang mendengar itu merasa jengah. Pria itu lantas menggeleng. “Nggak perlu. Kalau Arumi sudah datang saja, suruh dia buatkan kopi untuk saya!” ucapnya sembari berlalu meninggalkan Bu Desi yang hendak protes padanya.

Wanita itu sudah bekerja bersama Narendra sejak masa di mana sang papa mulai merintis usahanya. Usianya hanya terpaut satu tahun lebih muda dari Narendra hingga membuat wanita itu sangat percaya diri bisa mendekati atasannya itu.

Desi begitu mengagumi sosok Narendra yang menurutnya sangat ideal untuk dijadikan suami. Dulu, ketika Narendra dikabarkan telah menikah, wanita itu begitu patah hati bahkan hampir satu minggu tidak bekerja. Namun, hal itu tidak berlangsung lama karena setelah mendapati kabar jika Narendra telah resmi bercerai, wanita itu seakan menemukan kehidupan baru dan berniat ingin kembali mendekati Narendra secara ugal-ugalan.

“Kenapa, sih, dia sulit sekali didekati. Giliran bisa ngobrol, dianya malah nyariin yang nggak ada. Awas aja kamu, Arumi!” serunya kesal kemudian berlalu menuju ke dapur kantor.

1
suryani duriah
Luar biasa
Les Tary
anak buah yg ngintai o on suruh ngintai terang2an bukannya dpt informasi eh malah dicurigai
Konny Rianty
senang nya thorrrr" akhir yg bahagiaa...puas bc nyaaa
Emy Chumii
Luar biasa
Emy Chumii
bagus deh Arumi gak jadi ama Vino tukang celup 😪😪😪
Emy Chumii
makin seru..😎😎
sashi kirana
Luar biasa
yusuf b
Lumayan
Konny Rianty
Alhamdulillah" makasih thorr" cerita yg bagusss, jadi puass bc nyaaaa....
Konny Rianty
iya,si tua bangka, udh mau masuk lubang kuburrr...🤐🤐
Emy Chumii
mampir Thor 🙏
Astrid Kusuma Wardhani
rekan kerjanya juga gak beretika, nyebut bosnya Naren doang. gak jelas
Astrid Kusuma Wardhani
koq di depan rekan kerja, nyebut suaminya yang notabene bos di kantor cuma Naren doang? gak pake embel2 Pak atau Mas? gak beretika.
key
Luar biasa
Astrid Kusuma Wardhani
kasar banget jadi perempuan. kalau cuma teriak masih bisa dimaklumi..
#ayu.kurniaa_
.
Annik Widia Ariwati (Ummusaska collection)
bagus
Supriyany Acup
Luar biasa
Supriyany Acup
Lumayan
jumirah slavina
sekarang aja menolak... besok² klo gak ada tar kecarian...
🤪🤪🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!