Deal, Kita Menikah!

Malam harinya.

Kenan yang sudah pulang dari tempat kerja, berjalan memasuki mansion dengan langkah tegak dan raut wajah yang datar. Meski tubuhnya terasa lelah karena pekerjaan yang menumpuk, tidak membuat pria itu berpikir untuk istirahat. Dia justru melangkahkan kakinya menuju ruang kerja untuk menyelesaikan sisa-sisa pekerjaannya.

Selama hampir dua jam lebih Kenan berada di ruangan tersebut, bergelut dengan tumpukan berkas sambil sesekali menatap layar laptop. Dan setelah semua pekerjaannya selesai, pria itu pun memutuskan keluar dari ruangan tersebut. Berjalan menuju kamar untuk beristirahat, karena tubuhnya terasa sangat letih dan besok pagi harus mempersiapkan diri untuk rapat bersama kliennya.

"Kenapa pulang larut malam?"

Kenan yang sedang berjalan sambil menggulung lengan kemejanya, mendadak menghentikan langkah saat mendengar suara wanita. Dan lebih terkejut lagi saat kedua matanya kini menatap sosok cantik yang keluar dari balik selimut di atas ranjangnya.

"Sial!" umpat Kenan saat teringat sesuatu. Bahwa kini statusnya sudah memiliki seorang istri, dan mulai malam ini wanita yang menjadi istrinya itu akan tidur di kamarnya.

"Kenapa diam?" Cleo turun dari atas tempat tidur, berjalan menghampiri Kenan yang sejak tadi ditunggunya. "it's show time," gumam Cleo dalam hati dengan senyum penuh arti.

Kenan yang ditanya hanya diam, mata tajamnya menatap lekat pada tubuh Cleo yang hanya berbalut sebuah lingerie sexy dengan bahan menerawang. Hingga kedua matanya bisa melihat dengan jelas warna merah berbentuk segitiga yang dikenakan wanita itu, sedangkan atasannya tidak perlu di gambarkan. Karena Cleo tidak mengenakan penutup di kedua da-da itu, memperlihatkan kedua bu-kit berwarna merah muda yang tercetak dengan sangat jelas.

"Menyingkirlah!" Kenan berkata dengan tegas.

"Memangnya kau mau kemana?" Cleo bertanya sambil mengusap dada bidang suaminya dengan gerakan menggoda.

"Aku bilang menyingkir!" Kenan mengulangi perkataannya dengan lebih tegas.

"Kalau aku tidak mau?" tantang Cleo.

"Kalau kau tidak mau.." Kenan mengusap pipi Cleo, turun dengan perlahan hingga menyentuh leher jenjang wanita itu dan berlabuh di bahu. Dan tanpa banyak berkata mendorong dengan kasar, hingga membuatnya mundur beberapa langkah.

"Oh.. ternyata kau ingin bermain kasar?" Cleo menahan langkah Kenan, dengan berdiri kembali dihadapan pria itu. "Baiklah mau mulai dari mana?" dengan berani dia menurunkan tali tipis yang ada di bahunya, hingga membuat lingerie itu terjatuh. Menampakkan tubuhnya yang kini hanya berbalut benda segitiga berwarna merah.

Kenan yang melihat pemandangan yang ada di depan matanya, semakin menatap tajam pada Cleopatra. Sungguh dirinya masih sangat normal dan tentu saja tergoda saat melihat bagaimana kemolekan tubuh wanita itu. Namun saat tersadar sudah berapa banyak mata pria yang menatap tubuh itu, dan sudah berapa banyak tangan menjamah tubuh molek tersebut membuat hatinya terbakar amarah.

Bukan marah karena cemburu, namun marah saat mengingat wanita ja-lang yang sedang menggodanya saat ini sudah berstatus sebagai istrinya.

"Cukup!" Kenan menangkap tangan Cleo yang hendak membuka kancing kemejanya.

"Kenapa sayang?" Cleo kembali berusaha membuka kancing kemeja Kenan, meskipun tangannya di pegang erat oleh pria itu.

"Cukup Cleopatra Mateo!" Kenan menghempas tangan Cleo yang sudah berani menyentuhnya.

"Oh ayolah, apa kau tidak ingin menyentuhku?" Cleo mengangkat tangan pria itu lalu menaruhnya di da-da. "Ini adalah usaha terkahir ku. Jika dia tetap tidak tergoda, berarti benar seorang Kenan adalah pelangi dan hanya akan bermain pedang dengan pedang." Gumam Cleo dalam hati.