"Tidak semudah itu kamu akan menang, Mas! Kau dan selingkuhanmu akan ku hancurkan sebelum kutinggalkan!"
~Varissa
_____________________
Varissa tak pernah menyangka bahwa suami yang selama ini terlihat begitu mencintainya ternyata mampu mendua dengan perempuan lain. Sakit yang tak tertahankan membawa Varissa melarikan diri usai melihat sang suami bercinta dengan begitu bergairah bersama seorang perempuan yang lebih pantas disebut perempuan jalang. Ditengah rasa sakit hati itu, Varissa akhirnya terlibat dalam sebuah kecelakaan yang membuat dirinya harus koma dirumah sakit.
Dan, begitu wanita itu kembali tersadar, hanya ada satu tekad dalam hatinya yaitu menghancurkan Erik, sang suami beserta seluruh keluarganya.
"Aku tahu kau selingkuh, Mas!" gumam Varissa dalam hati dengan tersenyum sinis.
Pembalasan pun akhirnya dimulai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari alasan
Erik terpekur merenungi nasibnya. Ini sama sekali bukan hal yang dia mau. Setidaknya, dalam 2 bulan terakhir dia sendiri sedikit mulai ragu untuk meninggalkan Varissa. Keinginan untuk menguasai seluruh harta Varissa memang masih menggebu besar. Namun, melihat bagaimana Varissa memperlakukan dan menghargainya selama ini membuat Erik kembali berpikir ulang untuk tidak meninggalkan wanita itu. Lagipula, dulu dia pernah mencintai Varissa sepenuh hati sebelum tahta tertinggi menggodanya untuk mulai berkhianat. Dia tak puas hanya sekedar dipanggil sebagai suami putri Direktur atau menantu keluarga Good Food Corp. Erik ingin lebih. Dia ingin dikenal sebagai pemilik Good Food Corp. itu sendiri. Itu obsesi yang menyesatkan dirinya.
Sudah sejak dulu, Erik selalu di remehkan. Meski cintanya tulus, orang-orang selalu memandang sangsi terhadapnya. Penjilat, hanya doyan harta istri dan tudingan sejenis selalu dia dapatkan dari orang-orang disekitarnya. Lama-kelamaan, Erik berubah. Dia yang awalnya baik akhirnya mulai menyusun rencana agar orang-orang yang dulu menggunjing tentangnya mendapat balasan menyakitkan. Rencana demi rencana mulai tersusun rapi. Mulai dari mengambil alih jabatan Varissa sebagai Direktur, hingga melebar ingin menjadi sang pemilik. Ditambah dengan kehadiran Mauren dan intervensi dari kedua orangtuanya, Erik akhirnya benar-benar berubah ke arah yang negatif.
Perasaan Varissa tak lagi dia pikirkan. Baginya, wanita itu tak berarti apa-apa lagi. Namun, saat Varissa menyatakan ingin berpisah dengannya, entah kenapa Erik merasa sangat tidak senang.
"Seharusnya, kamu itu sadar diri, Varissa!" Retno menunjuk-nunjuk wajah Varissa penuh emosi. "Kamu pikir, kenapa Erik bisa selingkuh? Kenapa dia sampai bisa melirik ke wanita lain, hah? Itu semua juga karena salah kamu!"
"Aku?" Varissa ikut menunjuk dirinya sendiri.
"Ya. Kamu!" angguk Retno setuju. "Andai kamu bisa memberi keturunan untuk Erik, ngapain dia sampai harus selingkuh dengan wanita lain? Dasar perempuan mandul!"
Airmata Varissa menggenang disudut matanya. Seketika hati wanita itu merasa hancur karena tudingan keras dari ibu mertuanya sendiri. Bagaimana bisa seorang wanita mengatakan hal sekasar itu kepada wanita lain?
"Anak bukan alasan untuk membenarkan perselingkuhan Mas Erik, Ma!" Varissa mengusap airmatanya yang terjatuh. "Biar bagaimanapun, yang namanya perselingkuhan tetap saja sesuatu yang sangat-sangat salah untuk dilakukan terlepas apapun alasannya."
"Dan, aku juga bukan perempuan mandul seperti yang Mama bilang. Aku sehat, kok! Cuma, Tuhan mungkin memang belum mempercayakan aku dan Mas Erik untuk menjadi orangtua." Diliriknya wajah calon mantan suami yang duduk dihadapannya. Lesu. Tertunduk sedari tadi dengan raut yang kusut.
"Alah... Banyak alasan kamu, tuh!" tuding Retno tak mau kalah. "Kalau memang mandul, ya mandul aja! Nggak usah sok-sok'an ngeles kemana-mana. Lagian, Erik itu kan laki-laki. Wajar dong kalau dia khilaf sesekali! Lagian, kalau Erik selingkuh dan bisa dapat anak dari selingkuhannya, justru bagus, kan? Keluarga kami bisa dapat penerus tanpa harus capek-capek berharap sama perempuan kayak kamu. Toh, bukannya anak Erik juga bisa jadi anak kamu? Tinggal adopsi dan kamu besarin bersama kan bisa!" Dia masih saja terus membela kelakuan putranya.
"Jadi, menurut Mama, seorang lelaki yang berselingkuh itu harus diberi pemakluman?" tanya Varissa geram.
"Tentu saja. Kamu juga nggak dirugikan apa-apa, kan? Malahan, kamu bisa langsung dapat anak tanpa harus susah-susah."
Varissa menarik nafas panjang mendengar pernyataan mertua perempuannya. Enteng sekali wanita paruh baya itu mengatakan kepada Varissa untuk menerima anak hasil perselingkuhan suaminya. Memangnya, Varissa Babysister?
"Kalau memang bagi Mama, lelaki yang berselingkuh itu bukan apa-apa, Mama jangan sampai jantungan ya, kalau tiba-tiba suatu hari Papa datang gandeng wanita lain sambil bawa adik dari Mas Erik dan Tika yang nggak pernah Mama ketahui selama ini," ucap Varissa sembari melirik mertua laki-lakinya yang sontak salah tingkah saat mendengar ucapan Varissa.
"Jangan mengada-ada, Va!" ucap Harun membela diri. Istri yang duduk disampingnya tampak mendengus. Melotot kesal padanya dan juga pada Varissa.
"Kamu itu, ya! Dinasehati orangtua kok malah nyumpahin gitu! Dasar durhaka! Kurang ajar!" bentak Retno.
"Aku belajar durhaka dan kurang ajar justru dari kalian kok!" ujar Varissa santai.
"Varissa! Cukup!" teriak Erik menengahi.
Retno yang hendak melompat menerjang Varissa langsung duduk kembali saat tangannya ditarik kasar oleh Erik.
"Tolong kamu pertimbangkan lagi, Va! Aku nggak mau cerai! Aku nggak mau pisah sama kamu, Sayang!"
"Harusnya, kalau kamu memang nggak mau cerai, kamu nggak bakalan pernah ngelakuin perselingkuhan ini, Mas!"
Erik menutup matanya sejenak. Entah dengan kalimat seperti apa lagi dia mampu meluluhkan hati Varissa yang terlanjur beku untuknya.
"Aku khilaf, Va!" dalih Erik.
"Khilaf?" Varissa tertawa. "Kamu pikir aku bodoh?"
"Kan, aku udah minta maaf sama kamu," tutur Erik.
"Oke!" Varissa menegakkan kembali punggungnya. "Katakanlah kamu memang lagi khilaf ketika kamu selingkuh, Mas! Tapi, apa kamu bisa jelasin kenapa kamu selalu meminta aku untuk menandatangani berkas pengalihan seluruh aset aku?" tanya Varissa sambil mengangkat kedua alisnya.
"Itu karena...,"
"Karena kamu ingin menikmati harta peninggalan Papaku bersama keluarga besar kamu dan juga selingkuhan kamu. Apa aku salah, Mas?"
"Jangan asal tuduh kalau nggak punya bukti, Varissa!" ujar Erik geram dengan nada suara yang rendah.
"Tenang aja, Mas! Bukti yang kamu mau akan aku tampilkan pas persidangan nanti. Tunggu aja!" Varissa mendengus.
"Nak Varissa! Apa benar-benar sudah tidak ada jalan untuk kamu memaafkan Erik?" celetuk Harun dengan suara kebapakan yang luar biasa penuh kebijaksanaan.
"Kenapa aku harus, Pa?" tanya Varissa kepada lelaki yang selama ini sudah dia anggap seperti ayahnya sendiri itu.
"Setidaknya, pikirkan perjuangan kalian dulu waktu memperjuangkan restu kami dan juga mendiang Papa kamu!"
"Bukan aku yang harusnya Papa beritahu perihal itu. Tapi, anak Papa sendiri!"
"Kalau begitu, setidaknya pikirkan kami!" Harun merangkul bahu istrinya dengan tatapan memelas pada Varissa. "Bukannya kamu pernah bilang kalau Papa dan Mama sudah kamu sayang seperti kamu menyayangi orangtua kandungmu sendiri?"
"Tapi, bukannya itu percuma, Pa? Sampai detik ini, Mama masih tidak pernah menyayangi aku dengan tulus. Sementara, Papa? Papa juga nggak ada bedanya."
"Itu nggak benar. Iya kan, Ma?" Harun menyikut perut istrinya memberi kode. Retno hanya berdecak namun enggan turut bekerjasama.
"Terus, kenapa Papa tega jual restoran Papa aku kalau memang Papa beneran sayang sama aku?" Mata Varissa berkaca-kaca. Bibirnya bergetar hebat saat menanyakan pertanyaan itu kepada Harun. Tega sekali lelaki itu menjual kasih sayang sebagai alasan untuk memaafkan perbuatan mereka.
Mungkin Varissa memang akan kesepian saat keluarga Erik benar-benar menghilang dari kehidupannya. Namun, hal itu seharusnya bukan masalah besar bagi Varissa. Sejak dia menikah, toh kehangatan dari keluarga Erik hanya akan dia dapatkan jika mau mengeluarkan uang. Singkat kata, kasih sayang itu harus Varissa beli dengan uang jika ingin. Dan, meski telah berhasil membelinya, namun Varissa selalu saja membohongi diri sendiri bahwa itu adalah kasih sayang sejati. Padahal, dia sendiri tahu bahwa segala cinta yang selama ini dia terima hanya kebohongan semata. Tidak ada ketulusan yang terkandung didalamnya. Segalanya hambar hingga ketika mengakhiri pun, Varissa tetap merasa bingung. Apa yang dia akhiri? Sementara, permulaan itu bahkan tidak pernah ia jejaki.
Kasihan Cinta dengan luka bakarnya itu. sudah begitu di katai pembawa sial lagi. tambah mengangah lah luka tubuh dan lukai hatinya