kisah cinta seorang pemuda sederhana nan rupawan dan cerdas dalam mengejar mimpi yang terjebak dengan lawan jenis di sebuah kamar kos.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jhujhu Games, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 15.Ini Bukan Aku
Setibanya di taman, Andika melihat hal serupa seperti hari-hari biasanya. Dimana banyak penantang yang telah mengelilingi pria tua itu.Tumpukan lembaran uang 5 ribuan nampak sudah terlihat cukup tinggi ketika Andika baru tiba di sana.
"Hoooo..... Datang lagi ya nak, Andika?" ucap pak Kakung dengan senyum yang ramah itu.
"Hari ini, aku tidak akan kalah lagi kayak kemarin, pak Kakung." ucap Andika yang langsung mencoba menantang pak Kakung langsung, sambil menyerahkan selembar uang 5 ribuan.
Hari ini Andika datang dengan rasa percaya diri tinggi dan yakin akan bisa mengalahkan pria tua itu.
Kali ini Andika harus mengalahkan pak Kakung dengan 6 langkah.
Dengan kata lain, tingkat kesulitannya pasti lebih tinggi lagi dalam teka-teki catur ini.
Namun siapa sangka......
Baru saja Andika berjalan 3 langkah, ia malah sudah terkena skakmat terlebih dahulu oleh pak Kakung dan dengan terpaksa harus mengakui kekalahannya itu.
Setelah kekalahan pertama itu, Andika segera langsung mengambil uang di dalam kantongnya kembali berniat menantang untuk kedua kalinya.
Namun siapa sangka, Andika tetap saja belum bisa mengalahkan pak Kakung di percobaannya yang kedua kalinya.
Tak pantang menyerah,akhirnya Andika meyakinkan dirinya kembali dan mencoba menantang pria tua itu lagi untuk yang ketiga kalinya.
Andika nampak mencoba memperbaiki langkah-langkah yang salah dari percobaan yang pertama dan kedua tadi.
Hingga pada Akhirnya....
Andika harus mengakui kekalahannya lagi untuk ketiga kalinya kepada pria tua itu.
Harapan Andika yang sebelumnya menantang pak Kakung agar mendapatkan uang tambahan kini semua sirna, karena hanya dalam waktu kurang dari 15 menit Andika telah mencoba untuk ketiga kalinya. Dan semua percobaannya berakhir dengan kekalahan. Membuat dirinya harus kehilangan 15 ribu rupiah dalam 3 kali percobaan itu.
"Kenapa nak, Dika? Sedang ada masalah kah? Kok kayaknya kurang tenang hari ini dalam mengambil setiap langkahnya?Ingat, jangan terburu-buru melangkah, baik dalam papan catur ini ataupun dalam kehidupan nyata." ucap pak Kakung dengan wajah sedikit khawatir melihat Andika yang tidak seperti biasanya.
"Hah.... Hah.... Maaf pak, permisi."balas Andika yang segera berjalan pergi, menjauh dari pria tua itu dan kerumunannya.
Meskipun pak Kakung sebenarnya mempunyai sedikit kekhawatiran terhadap pemuda itu, namun Pak Kakung tidak bisa melakukan apa-apa terhadap Andika. Karena saat ini masih ada banyak penantang yang mengantri untuk mengalahkannya dan mendapatkan imbalan atas kemenangannya.
"Pak, selanjutnya saya mau coba main." ucap seorang pemuda lain sambil menyerahkan selembar uang 5 ribuan.
"Aah... Ya.... Silahkan!!"balas pak kakung dengan ramah.
................
" Sialan!! Hari ini aku kenapa sih? Nggak kayak aku biasanya. Padahal kan aku bisa memikirkan dan mengamatinya terlebih dahulu dengan tenang seperti waktu pertama aku mengalahkannya dulu di awal perjumpaan akau dengan pak Kakung. Ngapain tadi aku terburu-buru?" gumam Andika di dalam hatinya merasa tidak puas dengan keadaan dirinya hari ini.
Karena masih menunggu pesan dari Ana untuk ngabarin bahwa pacarnya sudah pulang apa belum, Andika akhirnya memutuskan untuk duduk di salah satu bangku kosong yang masih ada di sekitaran taman itu.
"Udahlah, belajar aja!! Ayo semangat belajar!!" ucap Andika memberi semangat kepada dirinya sendiri sambil mengambil salah satu buku yang ia pinjam dari perpustakaan tadi dari dalam tasnya.
Kayaknya memang benar kalau ada sesuatu yang salah pada diri Andika.
Karena.......
Sejak saat SMA, Andika tidak pernah meneriaki dirinya sendiri agar semangat belajar sekeras itu. Ia sudah sadar bahwa belajar adalah makanan di kesehariannya dan pekerjaannya setiap hari. Tidak perlu ada teriakan untuk menyemangatinya melakukan hal yang memang selalu dan harus dilakukannya itu, demi sebuah impiannya untuk kedua orang tuanya dan kehidupannya sendiri kelak di masa depan.
Dan semua itu benar terbukti adanya.
Setelah kurang lebih satu jam Andika membaca di taman itu, tubuh Andika nampak tak bisa tenang, seperti ada sesuatu yang mengganjal di dalam pikirannya.
Semua itu terlihat dari sikap gelisah nya, dengan membuat banyak sekali gerakan yang tak berguna. Padahal, tau sendiri gimana Andika kalau sedang belajar biasanya. Ia selalu fokus pada buku yang ia baca. Namun kali ini semua benar-benar berbeda bukan seperti Andika yang biasanya.
Ditambah lagi, apapun yang dibacanya saat ini menjadi lebih sulit diserap oleh pikirannya. Padahal biasanya, Andika sangat cepat dalam menyerap informasi dari buku yang ia bacanya, bahkan hanya dalam satu kali baca saja ia sudah langsung bisa memahaminya.
Tapi kali ini, ia bahkan harus membaca lebih dari 5 kali hanya untuk satu halaman saja untuk benar-benar bisa ia pahami.
"Aaaarggghh!!! Sialan!!! Aku ini kenapa sih?! " keluh Andika pada dirinya sendiri merasa tidak puas terhadap situasi ini.
Belum juga bisa menyelesaikan dan memecahkan masalahnya dalam situasi ini. ...
Tiba-tiba.......
'Tik..... Tik..... Tik.... Breeeeeessss!!!'
Secara tak terduga, tiba-tiba hujan turun langsung deras membasahi tubuh dan buku yang Andika baca.
Secara refleks, Andika langsung memasukkan buku yang ia bacanya tadi langsung ke dalam tasnya dan segera menjadikan badannya sebagai sebuah tameng untuk menjaga semua buku dan laptop yang berada di dalam tasnya itu.
"Sialan!! Mana, malah ujan deres banget lagi!! Apa-apaan sih ini, kok kayaknya hari ini aku sial banget?!" keluh Andika sambil berlari mencari tempat untuknya berteduh.
Namun sayangnya, saat Andika berlari untuk mencari tempat berteduh yang agak nyaman, hujan nampak sudah terlalu deras. Hingga akhirnya memaksanya untuk berteduh di sebuah toilet umum yang berada di sekitaran taman itu.
............
"Kok hujannya nggak reda-reda sih? Terus juga ini kenapa si Ana belum juga chat sampai sekarang?"keluh Andika yang masih berteduh di bawah naungan atap kecil pinggiran toilet itu.
Andika sendiri sebenarnya sudah mencoba untuk berteduh di dalam toilet itu agar dirinya tak basah kuyup. Namun sayangnya, bau di dalam toilet itu sangat menyengat hingga membuatnya mau muntah.
Wajar saja, karena ini adalah toilet umum yang pastinya banyak orang yang memakainya dan mungkin juga jarang untuk dibersihkan.
Secara terpaksa, kini tubuh Andika mulai sedikit basah kuyup demi melindungi buku dan laptop yang berada di dalam tasnya.
Satu jam.....
Dua jam berlalu.....
Hujan masih tak kunjung reda juga.
Kini tubuhnya mulai terlihat menggigil karena kedinginan dengan kedua tangannya yang memeluk dirinya sendiri untuk sedikit menghangatkan badannya.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, ketika Andika mencoba melihat ponselnya ternyata jam sudah menunjukkan pukul 23.17 menit.
Beberapa saat kemudian ketika Andika menyimpan kembali ponselnya tiba-tiba ponselnya berbunyi.
Namun bukan pesan dari Ana yang diperolehnya, melainkan pesan dari Nova.
Mengetahui bahwa sang pujaan hati yang membalas pesan yang ia kirim sejak pagi tadi, membuat hati Andika merasa sangat bahagia.
Nova : Sorry, sibuk belajar. Ini juga masih mau ngerjain tugas lagi. Banyak banget tugas aku. Jangan ganggu dulu ya, please."
Setelah membaca pesan itu hati Andika menjadi sangat sakit hati. Karena sebelumnya Nova tak pernah sedingin ini kepadanya. Bisa di bilang tidak pernah malahan.
Namun karena janji yang sudah mereka berdua sepakati sebelumnya. Andika akhirnya memilih untuk tidak mengganggunya untuk hari ini dan beberapa hari ke depan.
Pukul 23.52 hujan nampak sudah mulai reda. Andika pun kini bisa melangkah berjalan pulang ke kosnya.
Namun sebelum itu, Andika mengirimkan sebuah pesan terlebih dahulu kepada Ana.
............
Bersambung......
Semangat yahhh