Pernikahan mereka dan hubungan mereka hancur karena kesalahpahaman. Setelah mengetahui penyamaran masing-masing. Kesalahpahaman itu akhirnya terbongkar. Bagaimana cara Kalix mengobati luka menyakitkan di hati Callista dimasa lalu?
Jangan lupa baca cerita author tanpa diskip ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Sekembalinya dari Jepang. Sikap Kalix perlahan mulai berubah. Ia jadi jarang pulang, bahkan menyentuh Chaterine di ranjang.
Chaterine menjadi uring-uringan dengan perubahan sikap suaminya. Ia menjadi sering cemas dan overthinking secara berlebihan.
Chaterine memutuskan membersihkan diri setelah membuatkan makan siang untuk suaminya. Ia berniat mengunjungi Kalix di perusahaan.
Beberapa karyawan tersenyum ramah saat berpapasan dengan Catherine. Mereka tentu saja mengetahui identitas Chaterine sebagai istri sah atasan mereka.
Ting
Chaterine masuk ke dalam lift dan menekan tombol 50. Ia menatap tas makan siang buatannya dengan wajah berseri-seri.
Ting
Lift kembali terbuka. Chaterine keluar dari lift dan melangkah menuju ruangan suaminya. Ia tidak melihat keberadaan sekertaris sekaligus asisten suaminya disana.
Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Chaterine langsung membuka pintu dan terkejut melihat pemandangan vulgar yang terpampang nyata di depannya. Ia melihat seorang wanita dengan tubuh setengah telanjang duduk di pangkuan Kalix seperti orang yang sedang berciuman.
Tas makan siang yang Chaterine bawa jatuh ke lantai hingga membuat wanita yang duduk dipangkuan Kalix terperanjat.
Catherine membalikkan tubuhnya dan berlalu begitu saja dengan wajah dibanjiri air mata tanpa melihat wajah pria dan wanita yang duduk di kursi Kalix.
"Ah! Kalian membuatnya begitu jelas!" celetuk seorang pria tiba-tiba beranjak dari sofa.
Keduanya langsung berdiri dan memperbaiki pakaian mereka yang sudah jatuh ke lantai.
#
#
#
Di kediaman Albertus. Chaterine berulang kali memuntahkan cair berwarna putih setelah pulang. Ia tidak tahu mengapa pemandangan erotis yang tadi dilihatnya membuat perutnya tiba-tiba mual.
BUGH
Chaterine tiba-tiba pingsan hingga membuat beberapa pelayan cukup panik.
Saat terbangun dari tidurnya, Chaterine menemukan dirinya sudah berada di rumah sakit dengan selang infus yang menempel di punggung tangannya.
Saat dokter memeriksa denyut nadi Chaterine. Ingatan Chaterine kembali ke beberapa jam lalu. Ia tiba-tiba diam membisu.
Kalix dan Nyonya Albertus memperhatikan perubahan raut wajah Chaterine dengan seksama.
"Jangan khawatir. Keadaan menantu Anda baik-baik saja, Nyonya Albertus. Lebih baik kalian membawanya ke dokter kandungan untuk pemeriksaan lebih lanjut."
Alice tiba-tiba tersenyum lebar mendengar perkataan dokter.
"Apa menantu saya sedang hamil?" tanya Nyonya Albertus lagi memastikan dugaannya.
Dokter mengangguk dengan pelan sebelum kembali angkat bicara.
"Lebih baik kalian membawanya USG untuk memperjelas dugaan saya." saran dokter itu tersenyum tipis.
Chaterine tentu saja bahagia mendengar kabar bahagia itu. Namun, berbeda dengan Kalix. Ia terlihat biasa saja mendengar diagnosa dokter yang memeriksa Catherine.
"Sayang, lebih baik kita segera melakukan USG. Mommy sudah tidak sabar memastikan ucapan dokter barusan." celetuk Alice setelah kepergian dokter tersebut.
"Kalix! cepat gendong istrimu ke kursi roda!" tegas Nyonya Albertus dengan wajah bahagia.
Kalix menuruti ucapan ibunya. Ia memindahkan Chaterine ke kursi roda.
Raut wajah Chaterine tiba-tiba datar saat bersitatap dengan suaminya. Ia masih kesal dengan kejadian tadi siang. Namun, hatinya terasa tenang saat berada dalam gendongan suaminya.
Kalix mendorong kursi roda istrinya menuju ruangan dokter kandungan. Dokter langsung melakukan USG setelah mendengar diagnosa dokter umum yang memeriksa Catherine sebelumnya.
"Bagaimana dokter? Apa menantu saya sedang mengandung?" tanya Alice dengan penuh harapan.
"Selamat, Nyonya. Benar, menantu Anda memang sedang mengandung. Kalian bisa melihat 2 kantung janin yang muncul di layar USG."
Alice mengangguk dengan cepat memperhatikan dua kantung janin pada layar monitor USG.
Alice benar-benar tidak bisa lagi menyembunyikan perasaan bahagianya. Matanya berkaca-kaca saat melihat 2 kantung janin di rahim sang menantu.
Sama halnya dengan Chaterine. Ia juga bahagia mengetahui kehamilannya. Apa lagi Chaterine sedang hamil anak kembar.
Hanya Kalix seorang yang bertingkat biasa saja mendengar kabar kehamilan istrinya. Ia terlihat tidak bahagia ataupun sedih mendengar kabar bahagia itu.
Dokter kandungan menjelaskan banyak hal mengenai kehamilan Chaterine dan beberapa wejangan untuk calon ibu muda seperti Chaterine.
"Kehamilan trimester pertama terkadang sangat rentan keguguran. Saya harap Anda menjaga pola makan dan pikiran Anda. Jangan stress dan mengangkat barang-barang berat. Sering-seringlah mengonsumsi makan sehat dan bergizi."
Dokter meminta perawat menyerahkan hasil print USG kandungan Chaterine dan menyerahkannya kepada Alice.
Alice langsung mengecup kening menantunya dan mengucapkan terima kasih berulang kali.
"Kalix! Kamu terlihat lebih banyak diam ketimbang bicara akhir-akhir ini! Apa kamu tidak bahagia mendengar kabar bahagia ini?" tanya Alice dengan wajah bingung melihat sikap putranya.
Kalix terlihat memaksakan senyumnya mendengar pertanyaan ibunya.
Rasa bahagia di hati Chaterine kembali pudar mendengar pertanyaan ibu mertuanya. Jauh di dalam hatinya Chaterine sadar kalau Kalix memang tidak akan bahagia mendengar kabar kehamilannya. Apa lagi akhir-akhir ini Kalix jarang pulang dan lebih sering mencari kepuasan di luar sana.
"Dia tidak akan bahagia mendengar kabar kehamilan Chaterine, Mom. Karena dia sudah punya wanita lain di luar sana!"
Entah dari mana datangnya keberanian Chaterine mengucapkan kalimat itu. Namun, Alice tentu saja terkejut setengah mati mendengar ucapan Chaterine.
Alice sadar kalau pernikahan keduanya memang dilaksanakan terlalu cepat. Putranya dan Chaterine menikah setelah mengenal kurang lebih selama 1 Minggu. Perkenalkan singkat itu akhirnya menghadirkan sebuah pernikahan yang diharapkan Alice. Tanpa tahu bagaimana masa lalu keduanya.
Alice sadar Kalix dan Chaterine menikah tanpa cinta. Namun, Alice berharap kehadiran kedua calon cucunya akan membawa cinta dan kebahagiaan ke dalam pernikahan mereka.
"Apa perkataan istrimu barusan benar, Kalix?" tanya Alice dengan tegas menatap tajam putranya.
"Siapa wanita itu?" cecar Alice dengan nada tegas.
"Chaterine hanya salah paham, Mom. Wanita itu bukan siapa-siapa Kalix." kata Kalix dengan wajah tenang. Ia sama sekali tidak panik ataupun takut melihat tatapan tajam dan wajah marah ibunya.
"Jangan coba-coba selingkuh! Mommy tidak akan main-main dengan balasan yang akan kamu terima. Sekarang Chaterine sedang hamil. Mommy harap kamu bisa menjaga perasaannya. Karena perasaan ibu hamil sangat sensitif. Mommy tidak mau calon cucu Mommy kenapa-kenapa."
Kalix hanya mengangguk mendengar wejangan ibunya.
Kalix membantu Chaterine turun dari ranjang setelah pemeriksaan selesai. Chaterine ingin menepis tangan suaminya. Namun, Alice mengawasi gerak-gerik keduanya.
Sepanjang perjalanan menuju kediaman Albertus. Chaterine lebih banyak diam sembari memperhatikan jalan raya.
"Sayang, apa kamu menginginkan sesuatu?" tanya Alice menatap wajah polos menantunya.
Chaterine hanya menggeleng pelan mendengar pertanyaan ibu mertuanya.
Alice kembali mengajak menantunya mengobrol melalui curhatannya.
"Waktu Mommy mengandung Kalix, Mommy sangat menyukai buah Strawberry. Meskipun rasanya sedikit asam. Namun, Mommy sangat menyukainya. Bahkan selama kehamilan trimester pertama. Mommy sering membuat banyak makanan dengan campuran strawberry. Yogurt, cake strawberry, pudding strawberry, selai strawberry dan masih banyak lagi."
"Setelah Kalix lahir dan tumbuh dewasa, Kalix malah tidak menyukai buah itu. Lebih tepatnya, Kalix tidak menyukai semua makanan dengan bahan strawberry."
Alice mengelus kepala menantunya dengan lembut. Wanita setengah baya itu benar-benar menyayangi Chaterine dengan tulus.
"Jika kamu menginginkan sesuatu. Kamu bisa menghubungi Mommy atau meminta Kalix membelinya."
Lagi-lagi Chaterine mengangguk mendengar ucapan ibu mertuanya.
Setibanya di kediaman Albertus. Kalix membantu Chaterine turun dari mobil. Lagi-lagi Alice memperhatikan gerak-gerik keduanya. Ia merasa Chaterine berusaha menghindari sentuhan dan kontak mata dengan putranya.
"Apa Mommy tidak turun?" tanya Kalix menatap ibunya.
"Tidak. Malam ini Mommy harus berangkat ke Paris. Jika Chaterine menginginkan sesuatu. Kalian bisa menghubungi Tonny. Mommy akan kembali Minggu depan." jawab Alice dengan raut wajah menyesal.
"Baiklah. Hati-hati di jalan Mom. Kabari Kalix jika Mommy sudah tiba di sana."
"Baiklah. Mommy pergi dulu. Jangan bertengkar." nasehat Alice dengan penuh peringatan menatap putranya.
Mobil kemudian melaju meninggalkan halaman mansion Albertus.
Setelah mobil yang ditumpangi Alice menghilang. Chaterine dengan cepat menepis tangan suaminya.
"Jangan sentuh aku!"
Chaterine langsung masuk ke dalam mansion tanpa menunggu suaminya.
Tak beberapa lama sebuah mobil sport berhenti di depan mansion Albertus. Kalix masuk ke dalam mobil dan berlalu begitu saja.
Chaterine menatap kepergian mobil yang ditumpangi Kalix dengan mata berkaca-kaca.
"Aku rindu sosok Felix yang lembut dan pengertian seperti 6 tahun lalu." gumam Chaterine sembari mengelus perut ratanya.