Setelah di hianati oleh rekan yang sangat dipercaya nya. Katrina mati mengenaskan ditembak oleh rekan sekaligus orang yang ia cintai. Namun ia mendapatkan kesempatan kedua, dimana ia bertransmigrasi dalam raga seorang Duchess yang gila cinta dan haus akan perhatian sang Duke membuatnya terpaksa hidup di dalam raga tipe wanita yang sangat ia benci.
Author mencoba membuat cerita bertema Transmigrasi seperti ini. Author harap para readers menyukainya. Terima kasih dan selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imelda Savitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Janji
Katrina membiarkan mereka tidur lebih lama, sedangkan ia akan membuat beberapa pasang baju lagi dari sisa kain yang masih lumayan banyak.
Sekitar satu jam lebih mereka akhirnya tersadar dari tidur nyenyak mereka. "Ibu..." Samar-samar suara anak laki-laki yang kalem itu memanggil Katrina ketika melihat keberadaan Katrina yang duduk di ujung kasur sambil menjahit saat ia membuka mata. "Hmm" Respon Katrina.
"Apa ini mimpi?" Tanya nya lagi. Katrina mengulurkan tangannya lalu mengelus pipi anak itu. "Oh, ini bukan mimpi" Ucapnya setelah itu bangun. "Ibu, kenapa kau berubah?" Tanya nya. "Kenapa? Apa kau tidak suka dengan perubahan ku?" Anak itu menggelengkan kepalanya. "Tidak. Aku berdoa semoga ibu selalu seperti ini selamanya" Ungkapnya. "Ya, aku tidak akan berubah" Ucap Katrina dengan tersenyum hangat.
"Ayo bangunlah dan coba baju baru mu ini" Ucap Katrina sembari mengangkat sepasang baju yang sudah ia buat tadi. "Wah! Apa ini benar-benar untukku?" Tanya nya dengan raut wajah ragu. "Tentu saja, ukurannya saja pas di badan mu. Ayo kita coba" Seru Katrina.
Lalu ia mulai membantu anak laki-laki itu melepaskan pakaian lusuh nya, seketika itu juga Katrina membelalakkan matanya ketika melihat beberapa luka gores-gores di bahu anak laki-laki itu. Hatinya kembali berdenyut nyeri seolah-olah ikut merasakan rasa sakit yang anak itu rasakan.
Kemudian ia kembali fokus memakaikan anak itu baju. "Selesai" Ucapnya. Anak itu langsung berlari berkaca di cermin dan melihat pantulan dirinya di cermin. "Ini sangat indah ibu, ibu hebat! Aku menyukainya" Seru nya melompat kegirangan, membuat kedua anak lainnya terbangun mendengar suara anak itu yang lantang.
"Kakak, adik. Lihat! Ibu sangat hebat. Dia membuatkan baju yang indah ini" Ucapnya dengan semangat mendekati kedua saudara kembarnya, membuat keduanya bangun dan melebarkan mata mereka.
"Ibu, aku mau juga" Anak yang perempuan turun dari ranjang lalu mendekati Katrina. "Ya ya, ayo kita ganti bajumu" Ucap Katrina, lalu mulai melepaskan baju anak itu. Anak perempuan ini tidak memiliki luka goresan atau bekas luka seperti kedua saudara laki-lakinya. Mungkin kedua saudara laki-lakinya sangat melindungi adik perempuannya ini pikir Katrina.
Kini anak perempuan itu sudah mengenakan baju atasan putih dengan bawahan rok selutut berwarna biru tua. Anak laki-laki itu nampak kegirangan. Sementara anak laki-laki yang tempramental itu sorot matanya nampak bahagia dan berbinar waktu melihat kedua adiknya yang melompat-lompat kegirangan sejak tadi.
"Kemarilah, aku juga membuatkan mu sepasang pakaian yang sama dengan mereka" Panggil Katrina. Awalnya anak itu tampak ragu tapi perlahan-lahan ia pun maju juga dan mendekati Katrina. Katrina membuka pakaian lusuhnya dan sekali lagi ia terkejut ketika melihat punggung anak laki-laki itu yang banyak sekali bekas luka goresan dan bahkan ada luka bekas sayatan yang cukup besar sebesar telunjuk jari yang terukir di punggungnya.
"A-apakah sakit?" Suara Katrina nampak bergetar dengan nada pilu lalu tangannya nampak gemetar ketika menyentuh bekas luka sayatan itu. "Mengapa kau bertanya sekarang? Kaulah orang yang membuat luka ini dulu" Ucap anak itu dengan ketus.
"Maaf...hiks...maaf...maafkan aku" Tangis pilu Katrina akhirnya luruh ketika mendengar kalimat anak laki-laki itu. Ia terduduk di lantai dan menangis pilu sembari memeluk anak laki-laki itu dari belakang. Ia benar-benar menyesal, menyesal karena ia terlambat datang kesini, terlambat karena tidak sempat melindungi ketiga anak itu, dan sangat menyesal karena ia tidak bisa memutar waktu dan menghentikan siksaan yang terjadi pada mereka.
Tubuh anak laki-laki itu menegang dan gemetar. Saat ini ia sedang merasakan berbagai emosi yang berkecamuk di dalam dirinya. Ia benar-benar sangat membenci ibunya namun mengapa ia masih merasakan rasa sayang dan cinta pada ibunya? Apakah karena sikap lembut dan cinta ibunya yang hanya sebentar ini membuatnya tidak bisa semakin membenci ibunya? Ataukah karena separuh darah ibunya yang mengalir di setiap nadi nya? Sungguh, ia sangat tidak tahu akan maksud dari perasaan ini.
Ia merasa ingin memberikan rasa cinta ini pada ibunya ketika merasakan rasa kasih sayang dari ibunya untuk pertama kalinya selama beberapa waktu ini, namun ia juga takut kekejaman ibunya kembali lagi dan menghancurkan dirinya kembali.
Kedua adiknya mendekat lalu memeluk tubuh ibunya yang masih menangis sesegukan seolah-olah sedang menyalurkan rasa kasih sayang dan kehangatan pada Katrina. Membuat Katrina semakin memangis karena merasa sangat terharu. Sungguh, Katrina semakim sangat mencintai mereka bertiga.
.
.
.
"Henry, Helena, Harrison" Tunjuk Katrina satu persatu. Anak laki-laki yang tempramental adalah Henry, anak perempuan adalah Helena, dan terakhir anak laki-laki yang selalu kalem itu adalah Harrison. Katrina saat ini sedang duduk di kasur berhadapan dengan ketiga anaknya.
Setelah lega menangis dan mengganti pakaian mereka semua. Katrina mulai memikirkan nama untuk mereka bertiga. "Helena suka!" Seru Helena dengan bahagia. "Nama Harrison terdengar seperti nama seorang ksatria. Terima kasih ibu" Sahut Harri. "T-terima kasih" Timpal Henry tampak malu-malu.
"Baiklah. Agar kalian percaya jika aku sudah berubah sepenuhnya, maka mari kita membuat sebuah perjanjian" Ucap Katrina dengan exited. "Perjanjian apa?" Tanya Harrison, Henry tampak memicingkan matanya disertai dahinya yang nampak mengerut, seolah-olah sedang mencurigai Katrina ketika mendengar kalimat Katrina, sementara Helena hanya diam saja.
"Baiklah" Ucap Katrina awalnya lalu mulai meraih tangan kanan Henry lalu menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Henry. Kemudian menyuruh Harri dan Helena ikut menautkan jari kelingking mereka juga. Kini, jari kelingking mereka berempat saling bertautan.
"Aku Katrina. Berjanji akan menjaga, menyayangi, dan tidak akan pernah menyakiti Henry, Harrison dan Helena selama masa hidupku!" Ucapnya dengan mantap.
Tidak terjadi apapun atau timbul sesuatu di antara jari kelingking mereka yang tertaut, namun mampu menimbulkan perasaan bahagia nan haru yang tersemat di hati mereka masing-masing, serta menghalau rasa keraguan mereka bertiga pada ibunya. Mungkin saja mereka bertiga dapat menaruh kepercayaan dan cinta pada Katrina.
"Kenapa kau menyebut nama Katrina? Apa kau hendak mempermainkan kami? Mengapa kau menyebut nama orang lain alih-alih menyebut namamu sebenarnya?" Celetuk Henry. Dia benar-benar anak yang teliti dan tak mudah di bohongi.
Mata Katrina seketika melebar merasa terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan Henry. Jujur saja, ia tidak mau menggunakan nama Luxio Maximillian Ashley itu. Sebab yang membuat janji dengan mereka itu adalah dirinya, Katrina. Bukan Duchess kejam yang merupakan ibu kandung mereka. "Apa aku sebaiknya memberitahukan kebenaran bahwa aku bukan ibu kandung mereka?" Batinnya.
ga selidiki lebih dulu ke akar2 nya ujung2 nya percaya sama ulet Keket si selir tuhh
kalau sudah tahu kebenarannya nah nyeseeelllll alamatnya 😂😂😂
lanjut thor
semoga menyesal nanti nya ... dan menyesal pun ga ada gunanya .... mamam tuh selir sampah ...