banyak mengandung ***, tolong yang dibawah umur bijaklah dalam membaca setiap novel.
karya ini adalah karya saya di platform sebelah. terpaksa saya pindahkan disini sebab novel ini sudah hilang di platform sebelah. saya sudah menunggu beberapa bulan kembali nya novel ini tapi nyatanya tidak kembali lagi.
mengandung *** bijaklah dalam membaca
Zahra harus rela di nikahi oleh calon suami kakaknya, intan. sebab intan kabur di hari H pernikahannya. tak ada pilihan lain akhirnya Zahra menuruti keinginan orang tua angkatnya. ingin rasanya wanita itu menolaknya tapi hal itu menyangkut nama baik keluarga mereka.
William menyalahkan Zahra atas hilangnya calon istri saat menjelang pernikahan, pria itu mengira jika Zahra dalang dibalik semua ini karena iri dengan intan.
seakan buta mata dan hati, William terus saja menyiksa Zahra setelah menjadi istrinya. hari-hari dijalani Zahra penuh dengan penyiksaan, hinaan dan cacian sudah menjadi makanan sehari-hari nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
"terimakasih atas kerja samanya Nona Dita Anggraini. Sungguh makanan di restoran anda sangat enak bahkan para karyawan begitu antusias". Ungkap Rendy menatap Dita.
"Ah tuan Rendy terlalu memuji restoran kami". Kekeh Dita.
"Memang seperti itu adanya nona".
"Jika begitu terimakasih atas pujiannya, semoga perusahaan Anda selalu ingin bekerjasama dengan restoran kami". Ujar Dita diangguki oleh Rendy.
"Kalau begitu saya permisi undur diri Nona dita Anggraini karena masih ada beberapa pekerjaan yang ingin saya kerjakan".
Dita mempersilahkan Rendy, tanpa basa-basi lagi Rendy segera meninggalkan tempat itu dan segera menuju ke perusahaan William.
Setelah sampai diapun segera buru-buru menuju keruangan dimana William berada, entahlah firasatnya seakan tak enak apalagi adanya Andini yang bekerja disini. Wanita itu selalu memancing birahi para petinggi di perusahaan ini tapi semuanya gagal. Bahkan Andini juga selalu memancingnya, apa hendak dikata Rendy seorang playboy tentu akan menerima jika diberi secara gratis dan menikmati tubuh wanita itu tapi diluar perusahaan ketika sudah pulang.
Saat tiba didepan ruangan itu Rendy mendengar suara yang begitu tak asing baginya, dia bukan anak kecil lagi tidak bisa membedakan suara kesakitan dan suara d*s*han keenakan didalam sana, apalagi dia adalah playboy kelas kakap suka gonta-ganti pasangan tapi jangan salah dia selalu bermain aman agar tidak tertular penyakit.
"Ah s*alan apa yang dilakukan William didalam ? Apa ia tergoda dengan wanita m*rahan itu ?". Gumam Rendy, sebab dia begitu tahu bagaimana karakter sahabatnya itu bahkan banyak wanita yang mendekatinya tak ada satupun membuatnya tertarik kecuali dulu dengan intan dan sekarang kini berganti dengan Zahra.
BRAKKKK
"apa yang ka... Wow sungguh diluar ekspektasi ku. Ternyata kamu mendapatkan tonton gratis bro". Kata nya mendekat kearah William yang melihat Andini mendesah nikmat akibat bermain solo.
" tu-tuan Rendy to-tolong saya ummmmhhhh".
"masukkan milik mu yang besar itu uhhh". D*s*h Andini menggigit bibirnya, apalagi sudah melihat Rendy seakan dia akan menolongnya.
"Apa kamu sudah mencoba dia ?". Tanya William menatap sahabatnya.
Laki-laki yang kini berdiri disamping William tersenyum "tentu bro siapa sih yang tidak tertarik dengan yang gratisan apalagi badanya yang aduhai".
William hanya menggeleng kepalanya mendengar respon sahabatnya, dia menghawatirkan laki-laki itu Karen suka gonta ganti pasangan takutnya akan terkena penyakit mematikan.
"Berapa kali ?".
"Baru satu kali sih dihotel hahaha". Tawa Rendy menggelegar diruangan itu bersahutan dengan d*s*han Andini yang nampak kesulitan mengontrol dirinya.
"Oh iya, kenapa dia bisa seperti itu ? Apa kamu memberikan obat perangsang?". Tanya Rendy penuh selidik.
Bugh
"Aduh kenapa kamu memukul ku" ringis nya mendapat pukulan keras dari sang bos.
"Untuk apa aku memberikan dia obat semacam itu. Mungkin sebelum masuk kesini dia meminum nya, makanya dia seperti gila akan belaian. Lihatlah dia sampai bermain solo dan m*nd*sah keenakan sendirinya. Dasar wanita wanita m*r*han". Ungkap William menatap Andini dengan tajam.
Setelah mendapatkan pelepasan berkali-kali akhirnya Andini tak sadarkan diri karena lelah akan aktivitas nya sendiri. William segera memerintahkan Rendy untuk membawanya keluar dari ruangan itu dan juga membuang sofa bekas Andini. Tak lupa untuk memecat Andini bahkan tanpa pesangon sama sekali.
Rendy menelpon anak buahnya membawa wanita itu melalui jalan rahasia agar tidak ada orang yang melihatnya.
"Permisi tuan". Ucap kedua orang yang berseragam hitam dengan badan yang kekar.
"Bawa wanita itu dari sini". Ucapannya pada anak buahnya.
Dua orang yang berbadan kekar itu menatap Andini tergelatak dengan dua benda kenyal yang besar bahkan yah dibawah pun kelihatan dengan cairan putih yang masih merembes pada milik Andini.
Dengan meneguk ludah susah payah sebab melihat pemandangan yang membuat dua orang itu panas dingin. Keduanya melirik William dan juga Rendy seakan memberi isyarat.
"Dia bermain sendiri setelah meminum obat p*r*ngsang, jika kalian ingin mencicipinya lakukan saja panggil dengan teman-teman kalian agar wanita itu puas". Dua orang itu langsung berbinar mendengar ucapan tuannya. Sungguh rejeki nomplok bagi mereka.
"Terimakasih tuan". Kedua segera membopong Andini dengan senang hati sesekali meremas benda kenyal yang begitu menggoda.
*
*
"Bagaimana dad apa sudah ada kabar mengenai Zahra ?". Tanya Airin tidak sabaran.
"Bram masih belum mendapatkan apa-apa, sepertinya dugaan ku benar ada orang yang berkuasa dibalik hilangnya Zahra, semua akses tidak ada sama sekali". Ungkap Daddy Jastib menatap Airin dan yang lainnya diruangan itu.
"Sudahlah dad, kak. Jangan mencari dulu keberadaan Zahra. Biarkan dia menenangkan pikiran dan hati nya sejenak dengan kelakuan b*r*ndalan itu. Jika aku jadi Zahra mungkin sudah ku pangkas habis tuh si William. Main tangan kok sama perempuan dasar banci kaleng". Geram Clara, dia paling tidak suka laki-laki yang kasar apalagi main tangan seperti keponakannya itu.
Oma Farah menghela nafas panjang "Airin kenapa kamu bisa lalai seperti ini nak, bahkan Zahra sudah menderita karena perbuatan William".
Airin tertunduk lesu, ia pikir selama ini William bisa menerima pernikahan nya itu dan secara perlahan melupakan kekasihnya, tapi nyatanya tidak malahan anaknya menyiksa Zahra tanpa ampun.
"Oma seharusnya aku yang salah disini, selamanya aku tau jika William meny*ksa Zahra tapi aku hanya diam tak mengatakannya pada istriku". Ungkap Handoko dengan mata merah karena sedih menatap istrinya yang masih saja marah, bahkan sekarang kini suami istri itu pisah ranjang.
"semuanya pun sudah terjadi, menyesalinya juga percuma karena Zahra sekarang sudah pergi". Kata Airin menatap tajam pada suaminya. Sungguh dia begitu kecewa akan tindakan Handoko, seakan memberi peluang bagi William menyiksa Zahra. Apa suaminya itu tidak sadar jika masih memiliki adik perempuan yang masih menempuh bangku kuliah, tidak menjadi kemungkinan jika hal sama terjadi pada adiknya itu. Dia tidak mendoakan Adi ipar nya hanya saja melihat kelakuan suaminya entahlah.
"Tolong Daddy terus cari Zahra, aku hanya ingin tahu apakah di sana dia baik-baik saja atau tidak. Sungguh aku begitu berdosa akan hal ini apalagi dia harus menerima pernikahan dadakan untuk Menganti wanita s*alan itu, tapi bukannya bahagia malahan rasa sakit yang dia dapatkan".
Sungguh aku sangat amat menyesal, karena tetap melanjutkan pernikahan itu hingga Zahra harus menjadi korban hiks...". Kini air mata Airin sudah membasahi pipinya, teringat akan pada dirinya dulu sebelum menikah dengan Handoko. Dia sempat menjalin kasih dengan kekasihnya tapi bukan bahagia yang didapatkan malahan laki-laki yang dulu menjadi cinta pertamanya membuatnya terluka bahkan bukan hanya hatinya tapi fisiknya juga menjadi sasaran. Dia begitu b*d*h dibutakan oleh cinta dan hanya diam ketika mendapatkan siksaan. Jika bukan karena Clara mungkin dia bisa mati ditangan laki-laki s*alan itu.
"Daddy akan usahakan itu, kamu tenang saja. Kita doakan bersama semoga Zahra baik-baik saja". Kata Daddy Jastib tak tega melihat anaknya.
Drtttt
Drtttt
Ponsel Daddy Jastib bergetar disaku celananya segera dia mengangkat telepon itu Karena dari Bram.
"Apa sudah ada informasi Bram ?".
"......".
Brakkkk
Semua kaget melihat reaksi Daddy Jastib yang menggebrak meja kaca hingga pecah, entah apa yang disampaikan Bram membuatnya begitu murka.
Bersambung...