NovelToon NovelToon
The Fatalist: Legenda Para Nuswantarian

The Fatalist: Legenda Para Nuswantarian

Status: tamat
Genre:Tamat / Mengubah sejarah
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Jack The Writer

NOVEL INI SUDAH TAMAT.. DENGAN KISAH EPIKNYA YANG MEMBAGONGKAN..

NANTIKAN NOVEL SAYA SELANJUTNYA..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jack The Writer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ch 022_pertemuan para raja

...___~V~___...

...ANALISA TERAKHIR...

Suasana ruang rapat di meja bundar yang luas terasa megah di Istana Kerajaan Majapahit. Para raja, masing-masing didampingi oleh pengawal terkuat mereka, menciptakan atmosfer yang penuh kewibawaan dan tegang di dalam ruangan.

"Tekanan macam apa ini?" pikir salah satu prajurit Majapahit yang bertugas menjaga pintu di dalam ruangan. "Glekk," ia menelan ludah, keringat mulai membasahi pelipisnya, meskipun semua pemimpin di sana hanya duduk dalam diam.

"Aku tak menyangka, Raja Hayam Wuruk, bahwa pasukan elit Bhayangkara Kerajaan Majapahit bisa dikalahkan dengan begitu mudah. Pasti makhluk Raksha yang muncul itu sangatlah kuat," ucap Raja Aituha.

"Ya, aku juga tidak menyangka hal itu bisa terjadi, mengingat pasukan elit Bhayangkara kami adalah Fatalis terbaik yang dimiliki Majapahit," jawab Raja Hayam Wuruk dengan nada penuh kekecewaan.

"Namun, kita harus berterima kasih kepada Ratu Danush yang telah memberikan bala bantuan untuk memukul mundur Raksha itu," ucap Raja Bunu.

"Namun yang lebih mengejutkan, aku mendengar kabar bahwa salah satu bocah dari rakyatmu mampu melawan Raksha dengan tingkat ancaman yang tinggi secara seimbang," ucap Raja Manurung.

"Ya aku beruntung, karena kebetulan dia itu keturunan dari Fatalis kami. Dan dia juga menjadi murid langsung dari salah satu Fatalis terhebat yang kami miliki vitjendra" jawab sang raja hayam wuruk

"Siapa itu raja?" tanya spontan raja Diraja dari ras elf.

"Dia keturunan dari Drukja Abhiseka" jawab sang raja hayam wuruk.

Namun, ekspresi berbeda ditujukan dari raja Diraja dan ratu danush yang mendengar nama abhiseka.

Setelah mendengar itu semua raja mulai terkejut bahwa sang Fatalis yang dijuluki raja api itu mempunyai keturunan yang masih hidup.

Sementara itu Di tempat latihan utama para prajurit Majapahit, suasana penuh dengan hiruk-pikuk. Para Fatalis muda berlatih dengan giat, suara dentingan senjata dan perintah para pelatih menggema di udara. Di sudut lapangan, Laksamana Gajah Mada berdiri tegak, memperhatikan mereka dengan mata tajam yang penuh pengamatan.

Langkah kaki berat terdengar mendekat dari belakang, meski suara itu hampir tenggelam di antara keributan para prajurit muda. Gajah Mada melirik ke samping dan mengenali sosok itu—Laksamana Vitjendra.

"Wah, kau terlihat sibuk sekali sejak menjadi laksamana, Mada," ujar Vitjendra sambil menyilangkan tangan di dada, senyuman kecil terlukis di wajahnya.

Gajah Mada menghela napas pelan, matanya masih terpaku pada para Fatalis yang sedang berlatih. "Iya, senior. Kadang aku merasa sedikit malas menjalaninya."

"Apa karena kau sudah tak sebebas dulu?" tanya Vitjendra, matanya menyipit penuh rasa penasaran.

"Entahlah..." Mada mengangkat bahu tanpa ekspresi. "Tapi aku mulai bosan. Bertahun-tahun menjadi laksamana, setiap hari hanya mengurus dokumen kerajaan. Tidak ada lagi pertempuran, tidak ada lagi tantangan."

Vitjendra tertawa kecil, lalu menepuk bahu Gajah Mada dengan keras. "Hei, kau ini dikenal sebagai laksamana terkuat Nuswantara. Jangan sampai kalah hanya karena setumpuk dokumen. Hahaha!"

"Cih," balas Mada dengan suara rendah, jelas terganggu oleh candaan itu. Ia akhirnya mengalihkan pandangannya ke arah Vitjendra. "Oh ya, aku dengar kau mengangkat seorang murid, senior."

"Ya," jawab Vitjendra singkat, ekspresinya berubah sedikit lebih serius.

"Siapa orang itu sampai kau mau mengangkatnya sebagai murid?"

Vitjendra tersenyum tipis. "Dia cucu dari rivalmu."

Mata Mada langsung menyipit, dahinya berkerut seketika. "Apa?!" Suaranya terdengar lebih tinggi, seolah nama itu membangkitkan kenangan lama yang tidak terlalu menyenangkan.

Vitjendra terkekeh kecil, tampak menikmati reaksi juniornya. "Ya, aku yakin dia akan melampaui kakeknya jauh. Kemampuannya sangat luar biasa untuk usianya yang masih muda."

"Jadi kau pikir dia memiliki potensi lebih kuat dari kita berdua?" tanya Mada dengan nada serius.

"Bukan hanya sekadar potensi. Aku hampir yakin dia akan melampaui kita."

Percakapan mereka sempat terhenti sejenak, sebelum Vitjendra dengan nada santai memulai topik baru. "Ngomong-ngomong, kenapa kau tidak mengawal para raja dalam pertemuan kali ini?"

"Tugas itu diberikan kepada Laksamana Dhirga," jawab Mada singkat, seperti tidak terlalu memedulikan pertanyaan itu.

Namun, senyum lebar muncul di wajah Vitjendra. Ia mencondongkan tubuh sedikit, tatapannya penuh arti. "Heh, jangan-jangan kau sengaja. Kau pasti ingin sekali bertemu dengan Ratu Danush Taraka, bukan? Hehe."

Mendengar nama itu, tubuh Mada sedikit tegang. Ia terdiam, pikirannya seolah melayang ke masa lalu. Satu-satunya wanita yang pernah ia nyatakan cinta—dan satu-satunya yang dengan tegas menolaknya.

"Mmm... kalau itu..." Mada berusaha menguasai dirinya, lalu mengangkat kepala, menatap langit biru yang membentang di atas mereka. "Entahlah." Senyuman kecil menghiasi wajahnya, tapi ada sorot melankolis di matanya.

Vitjendra hanya tertawa kecil, membiarkan topik itu menggantung di udara. Di sekeliling mereka, para Fatalis muda masih sibuk berlatih, tidak menyadari pembicaraan berat yang terjadi di dekat mereka.

#flashback

Di masa lalu, Gajah Mada tengah berlatih dengan berjalan di atas permukaan laut untuk mencari tempat yang luas. Tiba-tiba, seekor monster Titan muncul dan menyerangnya dengan ekor raksasa yang menciptakan ombak dahsyat. Namun, karena makhluk mistis itu dilindungi oleh Serikat Nuswantorra, ia tidak bisa menyerang secara langsung. Yang bisa dilakukan Gajah Mada hanyalah bertahan dan menghindari serangan dengan penuh kewaspadaan.

"Duarr, duaarr, duaar,"

Dari tengah air tiba tiba muncul suara "berhenti" seketika titan itu pun berhenti menyerang dan hilang kedalam air. Dari dalam air Keluarlah wanita bersisik yang sangat cantik keluar dari dalam air. Gajahmada yang melihat itu pun terpaku dan mematung karena kecantikan nya.

"Maafkan aku, mahkluk itu memang susah untuk dikontrol" ucap sang ratu cantik itu.

"Oh ya. Tidak apa-apa, aku akan baik baik saja" jawab gajah mada.

Semenjak pertemuan itu gajahmada selalu mengutarakan cinta setiap dia bertemu ratu danush dan memintanya untuk menjadi istrinya. Sudah ratusan kali dia mengutarakan cinta namun tidak pernah sekalipun ratu danush menerimanya.

Ras Matsytatian adalah makhluk yang hidup di kedalaman laut. Ras ini selalu dipimpin oleh seorang ratu, namun ratu Matsytatian tidak dilahirkan melalui hubungan biologis. Ia lahir dari Hati Matsytatian, sebuah tempat suci yang terletak di pusat Kerajaan Masalembo, yang dipercaya sebagai jantung lautan Nuswantorra. Kecantikan setiap ratu Matsytatian merupakan perwujudan energi mistis dari alam semesta. Oleh karena itu, Ratu Danush dikenal memiliki kecantikan yang tak tertandingi dan menjadi simbol kesucian itu sendiri.

#flashback end

Kembali ke Dalam pertemuan para raja dan ratu, mereka membahas semua laporan penyidikan dari wilayah kerajaan masing-masing. Setelah menganalisis data, mereka menemukan sebuah pola yang mencolok terkait serangan-serangan para Raksha.

Pasukan Raksha tampaknya hanya menyerang di wilayah pedesaan yang tidak memiliki penjagaan militer yang ketat. Yang lebih mencurigakan lagi, setiap kali mereka muncul, selalu ada batu-batu besar yang seakan menjadi nisan, dihiasi dengan pola mantra mistis. Berdasarkan penyelidikan sejauh ini, pola mistis pada batu-batu tersebut diketahui merupakan sebuah mantra kuno yang digunakan untuk membuka portal.

Bersambung..

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!