Doyama adalah segerombolan penjahat jenius yang diberi modal oleh salah satu perusahaan asing untuk mengubah limbah perusahaan nya menjadi ramuan yang dapat merubah karakter serta bentuk ras serupa manusia menjadi iblis dan monster kanibalisme.
Perusahaan tersebut mencampurkan DNA manusia terpilih dengan limbah serta bahan kimia yang ditemukan oleh peneliti untuk menciptakan ras baru yang berada dalam kendalinya yang dimana nanti nya ras baru tersebut menularkan racun kepada manusia normal sehingga menjadi mahluk yang sama yang berada di bawah kendalinya.
Iblis setengah monster setengah manusia itu dinamai Rambi. Rambi sendiri bisa bertindak anarkis bahkan bisa menghasut dan membunuh manusia sesuai dengan apa yang di isntruksikan oleh tuan nya.
Akankah ada pahlawan yang bisa menghentikan wabah buatan ini? Ataukah manusia akan benar-benar musnah dan bumi menjadi milik perusahaan tersebut secara tunggal beserta para budak iblisnya?
Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kalimat Fiktif, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kisah Seorang Kesatria #1
"Banyak kabar bahwa chanativ itu dipercaya sebagai dewa pelindung kota Ini sampai ia diburu oleh beberapa orang tidak dikenal lalu di aniaya hingga akhirnya tewas, Apa itu benar?" Wilsi bertanya lebih dulu saat sebelum Rekan bicara nya ini mulai menjabarkan segalanya.
"Iya itu benar, tapi ada beberapa versi yang beredar dikalangan masyarakat, jika kamu ingin tau cerita yang sebenarnya akan aku ceritakan dari bab paling awal dari alasan kenapa dia di utus dewa untuk lahir dikota Durjana ini" Balas Shanom.
"kedengeran nya ini akan jadi cerita yang menarik"
Pak Dosen kali ini mulai memperbaiki posisi duduk nya sambil menutup kaleng kue yang sudah tergeletak kosong di hadapan nya.
"Ayo kita mulai!" Gumam nya menambahkan.
......
(Tarkhil 1890)
Hari itu adalah hari dimana sudah bertahun tahun lamanya manusia berdampingan hidup dengan jin secara kasat tanpa sekat. Bahkan, kebanyakan dari manusia banyak yang mengabdikan tubuh mereka sebagai selir ataupun pelayan setia jin jin itu karena atas dasar ilmu magic serta ketakjuban nya dalam berkuasa.
Ketika ratusan manusia dipaksa nyaman dengan hal itu keadaan berbalik ketika seorang anak laki laki dari keluarga pedagang kerajinan tanah liat lahir siang itu. Konon katanya, karena tangisan anak itu yang bergema banyak jin jin dibumi kabur keatas langit hingga mengadu kepada raja mereka yang bernama balerix.
Siang itu langit menjadi hitam oleh sosok ratusan jin yang mengambang diudara lalu masuk menembus arash. Semua orang yang ada dikota ini saling bertatap bingung dengan apa yang sedang terjadi bahkan sebagaian dari mereka ada yang beranggapan bahwa pada hari itu akan terjadi kiamat atau badai tornado yang sangat dahsyat. Sebelum akhirnya seorang tetua kota ini menyuruh masyarakat semuanya untuk berkumpul di pusat kota.
"Jangan panik ini hanya peringatan, tenang, tenanglah" Kurang lebih seperti itu ucapan yang diteriakan oleh tetua kota itu, diatas mimbar kayu mencoba menenangkan warga nya yang berhamburan mulai datang ke pusat kota.
"Tenanglah, tidak akan terjadi apa apa hanya aja menurut ramalan bintang bahwa sudah lahir anak yang akan jadi pembatas dan Pembeda diantara kalangan kita.
"Apakah anak itu akan menyebabkan marabahaya bagi kita semua tetua?" Teriak salah sagu Warga dengan wajah pucat panik.
"Menurut ramalan bintangku anak itu bukan cuma akan jadi pembeda saja malahan dia yag akan memisahkan kondisi kita yang sekarang ini" Tetua sempat tertegun sejanak menimang ucapan nya yang sudah terlanjur di utarakan.
"Kalau begitu kita bunuh saja anak itu tetua!"
"Ya benar kita bunuh saja, daripada jadi mala. Petaka untuk kita ssmua"
"Benar, Bunuh, Bunuh, Bunuh! "
Masyarakat mulai berteriak lantang dengan urat leher yang menegang tanda bahwa mereka mulai angat murka.
Hari itu pamanku yang berada disana lantas dengan tergesa gesa kabur dari kerumunan orang itu untuk memberikan kabar yang sangat genting ini kepada keluarga nya, yang memang baru saja melahirkan.
Dibelakang nya sayup sayup masih terdengar teriakan dari tetua itu ia berteriak makin lantang bahwa ciri-ciri bayi yang akan menyebabkan malapetaka itu salah satunya adalah memiliki tanda matahari terbit dipunggungnya. Hal itu dikarenakan bahwa konon katanya anak tersebut melupakan salah satu titisan atau jelmaan batara surya.
Batara surya dipercaya oleh masyarakat pada jaman itu sebagai dewa yang sangat baik sekaligus Dewa pembawa cahaya terang kehidupan namun yang jadi kendala adalah bahwa ada satu koloni yang tidak menyukai sosok dewa tersebut.
Mereka adalah koloni jin yang dihasut oleh para iblis sehingga dengan hasutan itu semakin banyak manusia yang menentang kehadiran terang dan kemajuan di kota itu.
lantas ratusan orang itu pun mulai beranjak dari pusat kota, mereka berjalan sambil berteriak Lantang untuk menyergap rumah rumah warga yang pada hari ini tengah atau selesai melahirkan.
.....
Suara jeritan terdengar membahana saat orang orang itu satu persatu mulai masuk kerumah warga yang baru saja melahirkan lalu kemudian tanpa basa basi membunuh secara brutal bayi bayi tak berdosa itu disana.
Sebenarnya niat awal mereka bukanlah untuk membunuh para bayi yang baru lahir itu melainkan mengechek siapa tau bayi malapetaka itu ada disana, disalah satu rumah warga. Tapi segalanya berubah usai tetua mendapat bisikan ghaib dari salah satu jin biadab hingga instruksi untuk membunuh seluruh bayi yang ada dikota tercetus darinya dan mulai di ikuti oleh para pengikutnya yang dalam keadaan murka.
Pamanku pernah bercerita bahwa dari kota hingga ke pelosok pedesaan pada detik itu terlihat menyeramkan bahkan pemandangan saat itu katanya seperti melihat badai yang bergemuruh pekik dari ribuan jeritan manusia yang di ikuti banjir darah merah dan tulang belulang manusia bak laut yang pasang.
"Apakah tidak ada yang melawan saat itu?" Ucap Pak Dosen yang termenggu dan mulai terbawa masuk kedalam suasana.
"Melawan? Sugguh pertanyaan yang menggelikan bung, dikondisi tumpah ruah hampir 70 persen lebih masyarakat yang menyerbu perkampungAn dan pedesaan mustahil ada seseorang yang bisa membendungnya" Ujar Shoman, dan mulai melanjutkan kembali kisah nya itu.
Tepat hari itu sesampainya pamanku dirumah nya seketika ia membawa keluar anak beserta istrinya. dalam situasi ibu dari chanativ belum sepenuhnya sembuh total paska melahirkan. tapi keadaan hari itu memaksa keluarga tersebut untuk singgah dan menjauh dari pusat kota untuk menyelamatkan diri.
Disinilah kabar buruk dan kabar baik itu terjadi setelahnya. Tuan Chanativ yang masih bayi berada dalam gendongan pamanku serta ibu dari chantiv berjalan dengan tergopoh gopoh dibantu oleh Fuang oh iya, Fuang ini adalah sepupuku yang saat itu berusia masih sangat remaja sepertiku sekarang.
Saat dalam keadaan tengah mengendap ngendap untuk kabur dari kota tiba tiba saja langkah kami diketahui oleh salah satu pengikut dari tetua itu hingga kemudian dia berteriak dan memanggil nama rekan rekan lain nya untuk mengepung kami.
Pamanku bercerita bahwa Fuang sempat melawan mereka hingga salah satu dari mereka ada yang terbunuh sebelum akhirnya karena dikeroyok dan dianiaya oleh banyak orang Fuang Tewas dalam kondisi tubuh tercincang mengenaskan.
Tak berhenti sampai disana, ibu yang seharusnya Paman ku lindungi juga ikut dibantai habis oleh mereka setelah caranya yang mencoba menghalangi tubuh pamanku yang membawa anaknya gagal total dan sia sia.
"Pergiii bawaa diaa pergi!" Itulah ucapan terakhir yang diucapkan oleh nya usai sebilah pedang menebas lehernya hingga putus.
Hari itu pamanku mencoba berlari dengan sekuat mungkin sambil membawa anak yang tak lain adalah chanativ kecil dalam gendongan nya. Pamaku sebenarnya ingin melawan namun keadaan itu sepertinya akan sia sia melihat begitu banyak masa yang berlarian mengejarnya. Jika melawan mungkin jawaban terakhirnya adalah dia dan Chanativ akan meninggal dunia.
Langkah kaki nya terus berlari disertai ribuan bulir air mata yang menetes alon di kedua pipinya. Paman sudah tak peduli kemana langkah kakinya sekarang ini mengarahkan nya, satu satunya yang ia pedulikan adalah Chanativ dalam gendongan nya.
Saat tengah berlari kencang dengan sangat kalang kabut secara tanpa sadar tiba tiba saja kedua kaki pamanku terperosok kedalam sebuah jurang yang sangat curam hingga tubuhnya bergelinding dan jatuh. kemudian badan nya terhempas kedasar jurang dalam kondisi chanativ masih dalam pelukan nya.
(Bersambung Ke Part 14)