"Cuma karna I-Phone, kamu sampai rela jual diri.?" Kalimat julid itu keluar dari mulut Xander dengan tatapan mengejek.
Serra memutar malas bola matanya. "Dengar ya Dok, teman Serra banyak yang menyerahkan keperawanannya secara cuma-cuma ke pacar mereka, tanpa imbalan. Masih mending Serra, di tukar sampa I-Phone mahal.!" Serunya membela diri.
Tawa Xander tidak bisa di tahan. Dia benar-benar di buat tertawa oleh remaja berusia 17 tahun setelah bertahun-tahun mengubur tawanya untuk orang lain, kecuali orang terdekatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Serra tidak kesal sama sekali meski di dalam kamar mandi disuruh menggosok punggung lebar Xander. Dia mengaplikasikan sabun dengan spons mandi ke punggung Xander dan mulai menggosoknya teratur. Xander tidak benar-benar telan jang, dia menyisakan celana da lamnya untuk menghindari tatapan mesum Serra. Sementara itu, Serra malah semangat mengumbar tubuh polosnya di hadapan Xander. Dia berfikir Xander bisa sembuh dengan perlahan jika sering melihatnya telan jang, jadi Serra tidak pernah ragu melakukannya. Lagipula dia bisa meminta banyak imbalan jika berhasil menyembuhkan Xander. Serra tidak akan menyia-nyiakan selama disitu ada kesempatan.
"Dok, Serra boleh tanya nggak.?" Serra bicara tanpa menghentikan gerakan tangannya di punggung Xander.
"Sejak kapan mau bertanya harus tanya dulu." Suara Xander terdengar santai, pria itu bahkan memejamkan matanya menikmati punggungnya yang sedang digosok oleh Serra.
Serra terkekeh mendengar perkataan Xander. "Iya juga ya." Ucapnya membenarkan. "Harusnya Serra langsung tanya aja, di jawab atau nggak, urusan belakangan." Gumamnya geli sendiri.
Xander diam-diam mengulum senyum kecil. Dia tidak pernah merasa kesepian lagi sejak ada Serra. Dulu meski masih bersama Lucy, namun Xander mulai merasa kesepian sejak miliknya tidak berfungsi lagi. Perhatian dan sikap Lucy memang masih sama, namun rasanya sangat beda. Rasanya hambar dan seperti tidak ada ketulusan di dalamnya.
"Kamu mau tanya apa.?" Xander membuka suara lantaran Serra malah diam saja.
"Seandainya Serra nggak bisa sembuhin Dokter, apa Dokter akan cari cara lain.?" Tanyanya gugup. "Maksud Serra, apa Dokter akan cari pengganti Serra.?" Ralatnya dan memelankan suara di akhir kalimat. Serra sampai berhenti menggosok punggung Xander karna ingin mendengarkan jawaban Xander.
Kebenaran Serra di sisi Xander jelas karna untuk membantunya sembuh, jadi Serra memiliki pemikiran itu sejak beberapa hari terakhir, namun baru hari ini dia berani bertanya.
Bukannya menjawab, Xander malah keluar dari bathtub dan berdiri di bawah shower dan menyalakannya. Air yang keluar dari shower itu langsung menyingkirkan busa sabun dari tubuh Xander.
Serra yang masih menunggu jawaban Xander, segera keluar dari bathtub juga dan berdiri di depan Xander tanpa ragu. Gemercik air dari shower ikut mengguyur tubuh polos Serra.
"Dokter nggak mau jawab ya.?" Ujar Serra penasaran.
"Bukannya saya udah pernah bilang sama kamu, saya nggak tertarik lagi untuk sembuh, jadi buat apa ganti wanita lain." Sahutnya datar. Tidak ada semangat dalam diri Xander. Semangat yang dulu pernah Serra lihat di awal-awal pertemuan mereka, pudar sejak berakhirnya hubungan Xander dengan kekasihnya.
"Tapi Serra mau Dokter sembuh. Serra pengen lihat punya Dokter kalau lagi bangun, pasti,,"
Plakk.!!
Xander memukul pelan kening Serra sebelum ucapan Serra semakin vulgar. Pukulan kecil itu membuat Serra memekik pelan. Bibirnya mencebik sambil mengusap keningnya yang sebenarnya tidak sakit.
"Kamu baru 17 tahun tapi mesumnya ngalahin orang dewasa." Ujar Xander yang lagi-lagi tidak habis pikir dengan remaja jaman sekarang. Dulu saat usianya 17 tahun, dia hanya fokus belajar, belum memiliki ketertarikan pada lawan jenis, apalagi punya pikiran mesum seperti Serra.
Bukannya malu, Serra malah menyengir kuda seolah-olah berfikir mesum adalah hal yang wajar untuk gadis seusianya.
"Ya mau gimana lagi Dok, semua temen-temen Serra selalu cerita vulgar, belum lagi ngasih link bo kep. Serra jadi kebawa mesumnya." Jawabnya jujur.
Xander menghela nafas. Remaja sekarang darurat rasa malu. Meski begitu, dia cukup kagum pada pertahanan diri Serra yang masih perawan sampai sekarang. Padahal sudah lama dia di cekoki adegan dewasa oleh teman-temannya, tapi tidak membuat Serra mencoba hal itu dengan sembarang orang.
...*****...
Serra tertidur pulas setelah memijat seluruh tubuh Xander malam ini. Dia kelelahan karna tenaganya terkuras. Jika bukan karna mainan gratis untuk kedua sepupunya, Serra tidak akan mau memijat Xander selama 2 jam. Namun dia sudah terlanjur menyetujui Syarat yang berikan Xander tadi siang.
Di ranjang yang sama, Xander terbangun dari tidurnya. Dia terlalu menikmati pijatan Serra sampai-sampai ketiduran. Dia menoleh ke samping, menatap Serra yang tidur pulas dengan hembusan nafas teratur. Xander memperhatikan wajah cantik yang tidur menghadap ke arahnya. Semakin lama diperhatikan, wajah Serra semakin mirip dengan Zayn versi perempuan. Ada kemiripan di bibir, hidung dan bentuk wajah.
"Bagaimana bisa wajah kalian sangat mirip.?" Lirih Xander penuh tanya.
Rasanya tidak mungkin mereka memiliki hubungan darah, apalagi Xander sudah mendengar sendiri asal usul Serra.
...*****...
lebih dari 1 minggu Xander tidak bertemu dengan Serra karna sibuk dengan jadwal operasi, bahkan tidak sempat membalas ataupun menjawab pesan dari Serra. Dan di saat libur, Xander malah memutuskan pulang ke rumah orang tuanya untuk menginap beberapa hari di sana karna sudah sangat lama tidak menginap.
Samar-samar, Xander mendengar orang-orang yang sedang mengobrol di ruang tamu. Dia melebarkan langkahnya untuk cepat sampai di sana karna tidak sabar ingin bergabung dengan mereka. Semua anggota keluarnya pasti sedang berkumpul karna sekarang hari libur.
"Serra gadis yang baik dan sopan, Mama setuju saja kalau kamu ingin serius. Papa sama Kakek juga pasti setuju, iya kan.?" Seru Alice pada Abraham dan Albert.
"Jangan asal setuju saja, kamu harus bertanya juga pada Serra. Belum tentu Serra mau sama anak nakal ini.!" Albert memukul pelan kaki Aron menggunakan tongkatnya.
Aron berdecak kesal. "Kakek, kamu kenapa sangat hobby menyiksa cucu sendiri. Jangan-jangan aku bukan cucu kandung mu." Protes Aron.
Serra menahan tawa, dia dalam hatinya bersorak melihat Aron selalu ditindas oleh kakeknya sendiri.
"Kamu itu dipungut dari kardus di dapan gerbang, jadi memang bukan cucu kandungku." Sahut Albert santai.
Aron memutar malas bola matanya. "Sudah tua nggak sadar diri." Gumamnya pelan.
"Mereka memang suka bercanda seperti itu, kamu jangan kaget ya." Ucap Alice seraya mengusap pucuk kepala Serra.
Gadis berpenampilan sederhana itu mengangguk dengan senyum tipis. Serra justru merasa terhibur berada di tengah-tengah keluarga ini. Semua orang sangat baik padanya, kecuali Aron yang tetap menyebalkan di mata Serra.
"Bagaimana nak.? Apa kamu bersedia menjalin hubungan dengan Aron.?" Tanya Alice lembut.
Serra hampir saja membuka mulut untuk menjawab, namun dia terkejut melihat Xander datang dan bergabung di sebelah Kakek Albert.
"Sedang membicarakan apa.? Sepertinya sangat seru." Seloroh Xander santai.
"Anak ini.! Kemana saja hah.?! Lagi-lagi kamu melupakan Kakek mu satu-satunya.!" Omel Albert sambil memukul pelan bahu Xander.
"Papa, kamu yang membuat putraku malas pulang karna selalu di pukuli." Ujar Abraham pada Albert.
Albert berdecak, namun mengabaikan perkataan Abraham.
Sementara itu, Serra masih dengan keterkejutannya. Bahkan semakin terkejut setelah mendengar percakapan mereka yang menjelaskan jika Xander adalah anak Abraham dan Alice, yang artinya Kakak kandung Aron.
"Xander, kenalin ini Serra. Serra yang menolong Mama saat hampir di rampok di toko kue." Ujar Alice mengenalkan Serra yang duduk di sebelahnya.
Xander mengulurkan tangannya. Ukuran tangan itu di sambut dengan ragu oleh Serra.
"Xander. Makasih sudah menolong Mama saya." Ucapnya datar.
Serra hanya mengangguk, dia sedang berkutat dengan pikirannya karna melihat Xander pura-pura tidak mengenalnya dan bersikap acuh.
"Serra ingin Mama jodohkan dengan Aron, menurut kamu bagaimana.?" Tanya Alice pada Xander.
"Kelihatannya mereka cocok. Aku setuju." Jawab Xander cepat.
Serra menunduk, dia kecewa dengan jawaban Xander. Selama ini dia merasa kedekatannya dengan Xander istimewa, namun Xander tidak menganggapnya istimewa. Malah terang-terangan mendukung perjodohannya dengan Aron.
stik golf 🤭
pdhl lg melow,mlah belok bhas anu...
gmna xander ga awet muda,tiap hri yg d kelonin jg daun muda.....
🤭🤭🤭....
jangan ngomel aja bu Martha , .. tapi kamu harus cek dan ricek semua perbuatan Darwin , setelah banyak bukti tendang aja Darwin ke hutan Amazon ..../Joyful//Joyful/🤣🤣🤪🤪