Tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Maxime Keano, bahwa dia akan menikahi seorang gadis yang masih SMA.
"Barang siapa yang bisa menemukan kalungku. Jika orang itu adalah laki-laki, maka aku akan memberikan apapun yang dia inginkan. Tapi jika orang itu adalah perempuan, maka aku akan menikahkan dia dengan cucuku." Ucap sang nenek.
Tak lama kemudian, datang seorang gadis remaja berusia 18 yang yang bernama Rachel. Dia adalah seorang siswi SMA yang magang sebagai OB di perusahaan Keano Group, Rachel berhasil menemukan kalung sang nenek tanpa mengetahui sayembara tersebut.
"Ingat, pernikahan kita hanya sementara. Setelah nenekku benar-benar sehat, kita akan berpisah. Seumur hidup aku tidak pernah bermimpi menikah dengan seorang bocah sepertimu." Maxime Keano.
"Kamu pikir aku ingin menikah dengan pria arogan dan menyebalkan sepertimu? Menikah denganmu seperti musibah untukku." Rachel Calista.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Malam ini Maxime terlihat tidak tenang, mungkin karena sedang memikirkan kesehatan neneknya. Dia tidak mungkin pergi ke Singapura, karena Nenek Margaretha telah meminta Boy untuk tidak memberitahu Maxime bahwa Nenek Margaretha datang ke Singapura untuk berobat. Yang diinginkan Nenek Margaretha saat dia pulang, Maxime dan Rachel akan segera melangsungkan pernikahan.
Padahal awalnya Maxime ingin berontak, lebih memilih tidak mendapatkan warisan dari pada harus menikah dengan Rachel. Apalagi Maxime sudah memiliki seorang kekasih. Tapi bagaimana kalau penyakit yang di derita oleh neneknya semakin bertambah parah?
Maxime sudah menyuruh Boy untuk mencari tahu penyakit apa yang di derita oleh sang nenek, sampai mengharuskan Nenek Margaretha pergi berobat ke Singapura.
Nenek Margaretha adalah satu-satunya keluarga yang Maxime miliki. Maxime tidak ingin kehilangannya. Dulu dia sudah merasakan bagaimana sakitnya ketika ditinggal pergi oleh kedua orangtuanya yang harus meninggal karena kecelakaan pada dua tahun yang lalu. Dan dia tidak ingin merasakan lagi bagaimana rasa sakitnya kehilangan orang yang sangat dia sayangi.
"Seharusnya aku jangan berbicara terlalu keras pada Oma." Maxime sangat merasa bersalah karena selama ini dia sudah sering sekali membuat neneknya kesal dan sering membantah perintah dari neneknya.
Maxime tidak tahu keputusan mana yang harus dia ambil. Apakah dia harus menikahi gadis bocah itu demi kesembuhan neneknya? Tapi bagaimana dengan Elsa?
...****************...
Semalaman Maxime tidak bisa tidur karena terus kepikiran dengan kesehatan Nenek Margaretha. Pagi ini dia sedang mengendarai mobilnya menuju kantor. Walaupun Maxime memiliki asisten dan supir, tapi dia lebih suka pergi kemana-mana sendirian. Tidak ada yang boleh tahu bahwa Maxime adalah kekasih dari seorang model yang lagi naik daun itu, atas permintaan Elsa.
Di pertengahan jalan, dia tidak sengaja melihat ada Rachel yang sedang berjalan kaki menuju sekolah.
"Kenapa dia selalu berjalan kaki? Aku tidak pernah melihat dia naik bis atau taksi." Gumam Maxime dengan pelan.
Maxime nampak tertegun ketika melihat Rachel yang sedang berjalan sambil bernyanyi dengan kedua telinganya yang tertutup headphone. Kemudian Rachel memberikan sebungkus roti kepada seorang pengemis.
"Kakek pasti belum makan, maaf aku cuma bisa memberikan roti untuk kakek." Ucap Rachel sambil memberikan roti kepada pengemis tersebut.
"Terimakasih, nak. Kakek do'akan semoga hidup kamu selalu bahagia."
Rachel hanya tersenyum, kalau dia tahu akan di do'akan. Dia pasti aku request mending pengemis itu mendo'akan agar Rachel tidak jadi menikah dengan Maxime.
Tapi Rachel tidak mungkin melakukannya. Dia tulus memberikan roti tersebut kepada pengemis itu.
Maxime yang sedari tadi memperhatikan Rachel dari kejauhan, pria itu tidak bisa berkata apa-apa dengan apa yang dia lihat tentang Rachel.
Maxime pun menggelengkan kepalanya. "Untuk apa juga aku peduli padanya. Dia mau melakukan apapun juga aku tidak peduli dan tak tersentuh."
Maxime pun memutuskan untuk menaikkan kecepatan mobilnya, agar dia tidak melihat Rachel lagi. Rachel sama sekali tidak menyadari bahwa sedari tadi Maxime sedang memperhatikannya, mungkin karena dia sedang fokus berjalan kaki. Tidak memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang di sekitarnya.
Namun, Maxime tiba-tiba teringat dengan neneknya yang sedang sakit. Sepertinya mau tidak mau, dia harus mengikuti permintaan sang nenek.
Sehingga terbesit di dalam pikirannya, bagaimana kalau dia mengikuti permintaan sang nenek. Dia akan menikah dengan Rachel secara kontrak. Mereka akan berpisah jika seandainya Nenek Margaretha benar-benar sudah sembuh dari sakitnya.
Dan dia akan bicara baik-baik dengan Elsa tentang hal ini. Yang penting selama menikah dengan Rachel, Maxime tidak akan pernah menyentuh Rachel. Maxime yakin Elsa pasti akan mengerti.
Andai saja dari dulu Elsa bersedia diperkenalkan kepada Nenek Margaretha dan tidak meminta hubungan mereka dirahasiakan, pasti Nenek Margaretha tidak akan mengucapkan janji seperti itu saat sang nenek kehilangan kalungnya.
Maxime segera memutar roda kemudinya, dia berbalik arah, sepertinya dia memutuskan untuk pergi menemui Rachel. Tidak peduli Rachel akan menolaknya, dia harus menikahi gadis itu, walaupun hanya sekedar pernikahan sementara.
Namun, Maxime tiba-tiba menghentikan mobilnya ketika dia melihat sebuah mobil sedan berwarna putih berhenti di dekat Rachel.
Dari kejauhan Maxime melihat ada seseorang yang keluar dari mobil tersebut. Dia mengerutkan keningnya ketika melihat dengan jelas pemilik mobil itu.
Terlihat Alvin yang sedang menawarkan tumpangan kepada Rachel, sampai Alvin membukakan pintu untuk gadis bocah itu.
Maxime memandangi mereka dari kejauhan, dia tidak paham mengapa ada seorang guru harus seperhatian itu kepada muridnya. Sampai menawarkan tumpangan segala.