Arya Perkasa seorang teknisi senior berusia 50 tahun, kembali ke masa lalu oleh sebuah blackhole misterius. Namun masa lalu yang di nanti berbeda dari masa lalu yang dia ingat. keluarga nya menjadi sangat kaya dan tidak lagi miskin seperti kehidupan sebelum nya, meskipun demikian karena trauma kemiskinan di masa lalu Arya lebih bertekad untuk membuat keluarga menjadi keluarga terkaya di dunia seperti keluarga Rockefeller dan Rothschild.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chuis Al-katiri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23: Rencana Westeros Corporation Dimulai
Bab 23: Rencana Westeros Corporation Dimulai
Senin, 20 Februari 1984
Pulang sekolah hari itu, Arya berjalan menuju rumah dengan perasaan campur aduk. Sebagian pikirannya masih memikirkan pelajaran di sekolah dan ide-ide game elektronik baru yang ia dan Saka bicarakan saat istirahat. Namun, ada satu hal lain yang mengganggu pikirannya: kakek Thomas, nenek Sky, dan bibi Silvia, yang akan segera kembali ke Belanda.
Saat masuk ke rumah, ia melihat sosok nenek Sky duduk santai di teras sambil memandang taman yang asri. Suara kakek Thomas terdengar samar dari dalam rumah, berbicara dengan Sulastri. Arya menghampiri nenek Sky terlebih dahulu.
“Nenek Sky, apakah kalian akan segera kembali ke Belanda?” tanyanya sopan sambil duduk di kursi kayu yang ada di samping neneknya.
Nenek Sky tersenyum, menoleh ke arah cucunya yang istimewa ini. “Iya, besok kami akan berangkat ke Jakarta untuk menemui nenek Anna-mu. Setelah itu, kami akan langsung kembali ke Belanda.”
Arya mengangguk pelan, meski ada rasa kehilangan yang menghampiri. “Apakah nenek betah tinggal di sini? Apalagi di rumah kakek Juardi di Babat Toman. Tempatnya kan sederhana sekali.”
Nenek Sky tertawa kecil. “Tentu saja, Arya. Aku sangat menikmati waktuku di sana. Lagipula, itu bukan soal kemewahan tempat tinggal. Bertemu dengan kakak laki-lakiku setelah puluhan tahun, itu jauh lebih berharga.”
Arya tersenyum mendengar jawaban tersebut. Namun, percakapan mereka tak berlangsung lama karena seorang pembantu rumah tangga memanggil Arya.
“Den Arya, ibu dan bibi Silvia menunggu di ruang kerja. Silakan ke sana.”
***
Di ruang kerja, Sulastri dan Silvia sudah duduk bersama, tampak serius berbincang. Ketika Arya masuk, Sulastri segera menyambutnya. “Arya, duduk sini. Kita perlu membicarakan sesuatu yang penting dengan bibi Silvia.”
Silvia menoleh ke Arya dengan tatapan penasaran. Ia sudah mendengar banyak hal tentang kecerdasan dan wawasan keponakannya ini.
“Saudari Silvia,” Sulastri memulai, “Kami berencana mendiversifikasi bisnis keluarga ke Eropa dan Amerika. Namun, kami sadar bahwa memasuki pasar internasional secara langsung adalah langkah yang penuh risiko, terutama untuk keluarga kami yang masih belum dikenal di sana.”
“Jadi, apa yang kalian rencanakan?” tanya Silvia, suaranya menunjukkan ketertarikan.
“Kami ingin mendirikan sebuah perusahaan holding di Eropa, dengan Anda sebagai nominee owner. Melalui perusahaan itu, kami juga akan mendirikan beberapa anak perusahaan di tempat-tempat seperti Kepulauan Cayman untuk mendukung operasional dan investasi strategis kami,” jelas Sulastri dengan tegas.
Silvia menyilangkan tangannya, mendengarkan dengan seksama. “Lalu bagaimana dengan modal dan sektor investasi yang ingin kalian fokuskan?”
Sulastri melirik Arya. “Untuk hal itu, Arya yang akan menjelaskan. Kamu akan terkejut mendengar rencananya.”
Arya menarik napas panjang dan mulai menjelaskan.
***
Dengan bahasa yang sederhana namun penuh keyakinan, Arya memaparkan rencana investasi keluarga mereka tanpa membocorkan pengetahuannya tentang masa depan.
Real Estate
Arya menjelaskan potensi investasi properti di Amerika Serikat dan Eropa, seperti gedung-gedung di New York, California, London, dan Berlin. Ia juga mengantisipasi lonjakan nilai properti di Jerman Barat menjelang reunifikasi.
Pasar Saham
Arya membahas pentingnya berinvestasi di perusahaan teknologi seperti Microsoft dan Apple, serta perusahaan minyak seperti BP dan Shell.
Teknologi
Arya menekankan investasi di industri semikonduktor yang sedang berkembang pesat, terutama di Amerika Serikat.
Minyak dan Energi
Ia menjelaskan potensi membeli saham perusahaan minyak yang undervalued akibat krisis minyak tahun 1986.
Media dan Hiburan
Arya juga menyarankan berinvestasi di studio film besar seperti Disney dan Warner Bros, serta industri musik di London.
Silvia mendengarkan dengan penuh perhatian, terkadang melirik Sulastri dengan rasa kagum. Setelah Arya selesai, ia tidak bisa menyembunyikan kekagumannya.
“Informasi kamu sangat detail, Arya. Bahkan seorang ahli investasi sekalipun tidak bisa menjelaskan seperti ini. Bagaimana mungkin kamu bisa tahu semua ini di usia 10 tahun?” tanya Silvia.
Arya tersenyum tenang. “Aku banyak membaca, bibi Silvia. Buku-buku di rumah kakek dan ibu banyak membantu.”
“Lalu, bagaimana kamu berencana mengalokasikan modal sebesar itu?” lanjut Silvia.
Arya menjawab dengan tegas, “Dari total modal 1,4 miliar dolar AS, aku berencana mengalokasikan 1 miliar untuk investasi dan sisanya untuk operasional dan investasi mendadak. Distribusi investasinya adalah sebagai berikut:
Real Estate: 30% ($300 juta)
Pasar Saham: 25% ($250 juta)
Teknologi: 20% ($200 juta)
Obligasi dan Mata Uang: 15% ($150 juta)
Media dan Ritel: 10% ($100 juta).”
Silvia menatap Arya dengan tatapan bangga. “Rencana ini luar biasa. Bahkan perusahaan sebesar Philip, tempatku bekerja sebelumnya, tidak akan seberani ini. Aku sangat tertarik membantu kalian.”
“Jadi, bibi setuju menjadi nominee owner kami di Eropa?” tanya Arya memastikan.
“Tentu saja,” jawab Silvia dengan penuh semangat.
***
“Apakah kalian sudah menentukan nama untuk perusahaan holding ini?” tanya Silvia sambil tersenyum.
Sulastri dan Arya saling melirik sebelum Arya menjawab, “Kami sepakat menamakannya Westeros Corporation.”
Silvia tertawa kecil. “Nama yang sangat menarik, seperti berasal dari mitologi atau cerita fiksi.”
Arya hanya tersenyum, tidak ingin menjelaskan bahwa itu diambil dari sebuah serial populer di masa depan. Sulastri, yang lebih praktis, bertanya, “Apakah ini tidak akan menyulitkanmu atau keluarga kita di Belanda?”
Silvia menepuk pundak Sulastri dengan lembut. “Jangan khawatir. Keluarga Bern adalah keluarga Anglo-Saxon lama yang memiliki reputasi baik di Belanda. Dengan latar belakang itu, tidak akan banyak yang berani mencari masalah dengan kita. Lagipula, rencana seperti ini sudah biasa dilakukan oleh keluarga besar di Eropa.”
***
Malam itu, Sulastri dan Silvia menyelesaikan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk mendirikan perusahaan holding di Eropa. Jessica, yang akan membantu Silvia di Belanda, juga dipanggil untuk mempelajari rencana tersebut.
“Kamu akan menjadi asistenku di sana, Jessica. Tugasmu adalah menjaga komunikasi antara aku dan Sulastri tetap lancar,” kata Silvia.
“Baik, bibi. Saya siap,” jawab Jessica penuh keyakinan.
Ketika diskusi berakhir, Sulastri mendekati Arya. “Arya, apakah kamu yakin dengan semua ini? Ini langkah besar.”
Arya mengangguk. “Ibu, kita harus memulai dari sekarang. Masa depan keluarga kita bergantung pada ini.”
Sulastri tersenyum bangga. “Baiklah. Kita akan melangkah bersama.”
***
Keesokan harinya, nenek Sky, kakek Thomas, dan bibi Silvia bersiap untuk berangkat ke Jakarta. Arya dan Amanda melambaikan tangan mereka saat rombongan keluarga itu meninggalkan rumah.
Dengan dimulainya rencana Westeros Corporation, keluarga Arya mengambil langkah pertama menuju ekspansi besar-besaran ke pasar internasional. Namun, Arya tahu bahwa perjalanan ini masih panjang, dan ia harus tetap berhati-hati.
Arya juga memikirkan sebuah misteri aneh tentang kehidupan sebelumnya. keluarga Sulastri ibunya bukan keluarga biasa di Belanda, tapi kenapa kehidupan Arya sebelumnya sangat miskin? Arya tidak mengerti misteri apa yang terjadi saat itu.
kopi mana kopi....lanjuuuuttt kaaan Thor.....hahahahhaa