NovelToon NovelToon
Siswi Pintar Bekerja Sebagai Bartender

Siswi Pintar Bekerja Sebagai Bartender

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Teen School/College
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Pria Bernada

Dulu, nilai-nilai Chira sering berada di peringkat terakhir.
Namun, suatu hari, Chira berhasil menyapu bersih semua peringkat pertama.

Orang-orang berkata:
"Nilai Chira yang sekarang masih terlalu rendah untuk menunjukkan betapa hebatnya dia."

Dia adalah mesin pengerjaan soal tanpa perasaan.

Shen Zul, yang biasanya selalu mendominasi di Kota Lin, merasa sedikit frustrasi karena Chira pernah berkata:
"Kakak ini adalah gadis yang tidak akan pernah bisa kau kejar."

Di reuni sekolah beberapa waktu kemudian, seseorang yang nekat bertanya pada Shen Zul setelah mabuk:
"Ipan, apakah kau jatuh cinta pada Chira pada pandangan pertama, atau karena waktu yang membuatmu jatuh hati?"

Shen Zul hanya tersenyum tanpa menjawab. Namun, pikirannya tiba-tiba melayang ke momen pertama kali Chira membuatkan koktail untuknya. Di tengah dentuman musik yang memekakkan telinga, entah kenapa dia mengatakan sesuatu yang Chira tidak bisa dengar dengan jelas:
"Setelah minum minumanmu, aku milikmu."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pria Bernada, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gak Jago-Jago Amat Minumnya

Libur Festival Tengah Musim Gugur udah sampe hari terakhir. Pagi-pagi banget, Chira bilang mau cabut.

Ilham sih gak bisa nolak.

Dia nganterin Chira balik ke apartemennya pake mobil.

Abis naro barang-barangnya, Chira liat kalender di dinding. Terus dia buka tiga halaman ke depan, ngitung-ngitung hari.

Udah deket.

Malam itu, pas anak-anak lain pada balik ke kampus buat les malam, Chira pake celana panjang sama kemeja putih, dandan simpel, terus pake sepatu kanvas yang biasa dia pake buat kerja. Dia langsung cabut buat kerja.

Kemeja putih yang dimasukin ke dalam celana panjang itu bikin tubuhnya keliatan makin ramping.

Chira jadi salah satu pemandangan kece di malam itu.

"Chira, tiga hari gak kerja, gimana rasanya?" Ilham, yang lagi peluk cewek pake gaun hitam spaghetti strap sama sepatu hak tinggi, jalan lewat.

Chira cuma liat sekilas, "Enak."

Cewek yang pake gaun hitam itu pake eyeliner bold, terus liatin Chira sambil menyipitkan mata. Suaranya manja banget, "Bos Ilham, bartender lo ternyata cewek, cantik banget lagi."

Ilham ngeliat cewek yang dipeluknya, terus jawab santai, "Kenapa, lo cemburu?"

"Cantiknya gitu, masa ada cowok yang gak ngeliat dua kali?"

Ilham angkat tangan, belai pipi cewek itu, "Diam ya."

Suara dia lembut, tapi lebih berasa dominannya.

Cewek itu langsung diem.

Cowok yang sayang sama lo, bukan berarti lo bisa seenaknya.

Dia kan bukan pacar lo.

Gak perlu disembah-sembah.

Chira sih pura-pura gak denger. Udah sering banget dia liat kayak gitu. Udah biasa banget di tempat kayak gini. Kalau dia liat pun, dia bisa pura-pura gak ngeliat apa-apa.

"Chira, bikin dua gelas minuman, suruh pelayan kirim ke mejaku," Ilham bilang sambil senyum. Abis itu dia jalan pergi, peluk cewek di tangannya.

"Siap."

Udah hampir sebulan dia kerja di sini, Chira mulai sadar kalau Ilham ini, meski keliatannya santai banget, sebenernya orangnya cepat dan cekatan dalam kerjaan. Semua cewek yang dia pilih tau aturan mainnya.

Gak ganggu, gak coba-coba buat ninggiin diri.

Buat yang gak tau, dia mungkin cuma keliatan kayak anak bos gede di Kota Lin yang hidup seenaknya gitu aja.

Tapi buat yang tau, mereka ngerti kalau Ilham ini punya cara.

Chira ambil dua bongkahan es buat latihan. Udah lama juga dia gak mainin seni ukir es. Minuman yang diminta Ilham emang biasanya dikasih dia bebasin aja.

Dalam waktu cepat, es yang dia ukir jadi dua bola es dengan tekstur keren.

Chira ambil dua gelas, masukin bola es itu, terus tuangin wiski ke dalam shaker, tambahin satu ons vermouth manis, satu mililiter angostura bitters, sama es batu, terus dia kocok-kocok dengan keras.

Abis itu, dia saring esnya, tuangin minumannya ke gelas yang ada bola esnya. Terus hiasin dengan ceri di bibir gelas. Jadi deh dua gelas Manhattan oranye kemerahan.

Dia suruh pelayan bawa minuman itu ke meja Ilham.

Di bar, musiknya kedengeran bising banget. Di panggung, penari-penari pada gerakannya menggoda banget. Tempat ini gampang banget bikin orang tenggelam dalam kehidupan malam yang glamor. Tapi buat orang yang masih sadar, alkohol gak bakal bisa bikin mereka mabuk.

Chira jarang minum koktail yang dia buat sendiri. Malam itu, dia nyicipin satu gelas rainbow cocktail yang tujuh lapis warna, kece banget.

Setiap lapisan rasanya beda-beda.

Dia langsung habisin dalam sekali teguk.

Dia pengen banget lupa sama semua yang bikin dia gak nyaman. Tapi malah, dia makin sadar banget, yang bikin dia jadi takut.

Kemampuan minumnya sih gak jago-jago amat.

Tapi, pas lagi sedikit mabuk, gak ada yang bakal sadar kalau dia sebenernya udah mulai kena efeknya.

Sebenarnya, bartender tuh nggak boleh minum waktu kerja, apalagi buat Chira yang kemampuan minumnya parah banget. Tapi, hari ini dia emang lagi nggak enak hati.

Chira punya kebiasaan buruk kalo udah agak mabuk: dia gak bisa diem. Apa aja yang dia liat, pasti dia sentuh atau dia lakuin.

Nah, pas ada pelanggan yang pesen minuman, dia langsung bikin sambil senyum-senyum.

Dalam sebulan terakhir, para pelanggan di Nighhade udah pada tahu kalo ada bartender baru di sini—cewek, cantik, tapi dingin banget.

Apalagi, dia punya “pelindung”.

Putra bungsu keluarga Shen (Zul), si “pengacau kecil” yang terkenal di Lin City, pernah ngebela dia.

Bahkan, bos Nighhade sendiri juga ngefavoritin dia.

Tapi kalo lagi kerja, Chira hampir nggak pernah senyum. Kalo senyum pun, cuma senyum formal, kayak sekadar basa-basi.

Malam ini beda.

Senyumnya terang banget, sampe bikin pelanggan, baik cowok maupun cewek, kaget sekaligus ngerasa dihargai.

Pas gak ada yang pesen minuman, dia malah bikin minuman sesukanya. Tapi dia gak minum, cuma ditaruh aja di samping.

Rekan kerjanya, Pak Deni sama Ripal, yang lagi jaga malam itu, cuma bisa bengong ngeliat tingkahnya.

Setelah beberapa lama, Pak Deni nyeletuk ke Ripal. “Eh, lo cegah dia deh. Kalo enggak, gajinya bulan ini habis cuma semalam.”

Ripal emang niat mau ngelarang.

“Chira, stop bikin minuman,” katanya sambil megang lengan Chira.

Chira yang lagi asyik banget bikin minuman, keliatan bingung. Suaranya agak lesu, “Tapi, aku pengen bikin.”

Ripal diem aja.

“Gak ada pelanggan yang pesen minuman.” Ripal masih megang lengan Chira, ngerasa aneh ngeliat cewek yang biasanya kalem ini jadi kayak gini.

“Aku pengen bikin.” Suaranya yang biasanya dingin sekarang malah ada nada manja, bikin Ripal nggak sadar ngelepas pegangan.

“Biarkan dia bikin.”

Seorang cowok berambut pendek hitam tiba-tiba muncul di depan meja bar. Dia pake kaos merah terang dengan grafiti gede di punggungnya, keliatan mencolok tapi penuh semangat muda.

“Bang Shen Zul,” kata Ripal, langsung lepasin tangannya sambil ngeliatin cowok itu.

Zul liat Chira, yang malam ini keliatan beda banget, terus liat ke Ripal. “Dia orang yang gue lindungin. Lo gak tahu? Malam ini semua minuman yang dia bikin, gue yang bayar. Biarkan dia lakuin apa yang dia mau.”

Kalo ada istilah “marah demi cewek cantik,” mungkin Zul gak marah. Tapi kalo soal ngeluarin duit buat cewek, dia udah nggak asing lagi.

Walaupun nggak boros banget, dia juga gak pelit.

Jadi, Zul duduk di meja bar dan nontonin Chira bikin minuman terus malam itu.

Minuman yang dia pengen, diminumnya. Yang gak, dikasih ke orang lain.

Selain dikenal sebagai pengacau, Zul juga terkenal sebagai orang yang gampang banget ngeluarin duit.

Menjelang jam tutup, Chira akhirnya capek dan berhenti bikin minuman. Dia gak ngomong apa-apa.

Zul Shen juga diem aja.

“Shen Zul,” setelah beberapa lama, akhirnya Chira buka suara. “Kamu gila.”

Zul jarang banget kejadian gini, udah ngeluarin duit buat orang malah disebut gila.

“Ini seru juga,” jawabnya sambil ketawa. “Lo udah ngerasa lebih baik?”

Chira liat dia. Di bawah cahaya neon, wajah Zul jadi keliatan lebih misterius daripada biasanya.

Wajah itu emang cakep banget. Gak heran dia dijuluki “pangeran tampan” di sekolahnya.

Tapi setelah semua keributan ini, Chira udah mulai sadar lagi.

Suara dia balik dingin, dia bilang, “Berapa banyak yang tadi lo bayar? Gue gantiin.”

Zul Shen ketawa lagi. “Kalo gue bilang udah bayar, ya udah. Mana ada orang yang ngasih duit ke cewek terus minta dia gantiin?”

“Tapi gue gak mau utang sama lo.”

“Tapi gue pengen lo utang sama gue.”

1
Pria Bernada
tenang kak proses😍😘❤️🔥
Sol Ronconi
Thor, kapan update lagi nih?
SHAIDDY STHEFANÍA AGUIRRE
Saya sangat terkesan dengan perkembangan karakter yang konsisten.
Rizky Mwe
Terima kasih kepada author, sudah menyajikan cerita indah yang menghibur hati ini.
Yoseph Bambang: ayo mulai bacanovelnya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!