Anstasya lausia adalah wanita cantik berumur 17 tahun dia hidup sendiri semenjak ayahnya meninggal dunia dua tahun yang lalu karena kecelakaan.
Tasya hidup sederhana di pinggiran kota dengan berandalan sebuah warung kecil. Walaupun hidup Tasya sendiri dia tetap menjalani hidupnya dengan rasa syukur.
Di suatu malam tasya tidak sengaja menemukan seorang pria sangat tampan yang tergeletak di pinggir jalan. Karena memiliki hati yang baik dan rasa tidak tega tasya akhirnya membawanya ke rumah dan merawatnya.
Tasya tidak tahu siapa pria itu tapi dia mengaku bernama alfred yang memiliki wajah tampan bak seperti dewa Yunani bahkan terlihat seperti tidak nyata.
" Siapa kamu Alfred? "
" Ternyata kamu memiliki darah yang istimewa. "
" Setelah aku kembali kamu adalah satu satunya ratu di dunia ku dan hatiku. "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon suriyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelakuan Anggun
Anggun menatap tajam mereka, dia dengan kuat memegang sepatunya. Baju sekolahnya berantakan beserta rambutnya yang sudah seperti singa. Di depannya ada 3 siswi yang tak kalah berantakannya.
" Maju kalian? Apa udah takut? Cemen kalian pada beraninya main keroyokan giliran kena tendang ampun ampun. Kayak...."
" Bacot kau!! "
" Apa bacot? Mulut kau itu yang bacot. " Judes anggun dengan gaya preman dia memandang tiga siswi itu yang terlihat terduduk di tanah. Di sini anggun berdiri dengan gaya preman yang sedang malakin orang.
" Kau..." Muka ketiga siswi itu merah padam.
" Hei! Selow dong matanya, mau aku congkel Mata kalian. " Gini anggun yang melotot mereka. Dia bahkan dengan gaya sok nya mengacungkan sepatunya yang di lepasnya tadi.
Mereka bertiga terdiam dengan tatapan benci. Diam diam tangan mereka terkepal tidak terima. Niat hati ingin membully anggun tapi sepertinya mereka yang sedang di buli. Nama dengan kelakuan sungguh bertolak belakang.
" Diam kan kalian pada? Gimana rasanya kena pukulan dan tendangan ku? Kurang kuat atau kurang sakit? " Anggun menaikan alisnya menatap mereka yang di pasti sedang mengutuk dirinya dalam hati.
Anggun memutarkan bola matanya dengan malas, dia kembali memakai sepatunya. " Dah ah, kalian gak seru. Padahal aku kan baru mulai. "
Baru mulai? Batin mereka berteriak marah. Kondisi mereka yang sudah hampir sekarat seperti ini di bilang baru mulai. Seketika mereka mendadak bisu karena anggun.
Anggun berbalik dan pergi. Dia sesekali menguap karena mengantuk.
" Lapar sekali! " Keluhnya. " Ngantuk lagi. Aku harus cepat ke rumah Tasya, pasti dia sedang masak enak. " Anggun bergegas pulang tanpa memperdulikan ketiga kakak kelasnya yang masih terduduk di tanah dengan ekspresi marah.
" Dia benar-benar keterlaluan, awas kau. " Salah satu dari mereka terlihat sangat membenci anggun.
Siswi lainnya berdiri dengan membenarkan seragam dan rambutnya. " Aku sudah bilang, dia itu tidak bisa di ganggu. " Sungutnya kesel.
" Namanya doang anggun, kelakuan kayak preman. " Ujar yang lain.
" Berisik kalian. " Mereka langsung bungkam karena ketua mereka terlihat sangat marah.
Nopi mengepal tangannya dengan kuat.
" Tunggu pembalasan ku. "
Kedua temannya mengalihkan pandanganya ke arah lain. Mereka tidak bisa melihat wajah Nopi yang sangat menakutkan. Penuh amarah dan dendam. Pasti setelah ini akan ada sesuatu yang terjadi dengan anggun.
.........
" Tasya!! " Anggun melambaikan tangannya dan berlari ke arah Tasya yang ternyata ada di warung. Anggun hari ini tersenyum cerah, bahkan matahari saja hampir kalah.
Tasya menaikan alisnya. " Bahagia banget? Baru mendapatkan nilai bagus? " Tangannya masih menggelap meja yang kotor karena beberapa saat yang lalu pelanggan sangat rame. Beruntung ada mas Angga yang membantu, kalau sendiri Tasya mungkin sudah kerepotan.
" Nilai ku tetap sama. " Ujar anggun mengambil air es di Kulkas.
" Sama? " Dahi putih Tasya sampai mengkerut saat bertanya.
Anggun mengangguk. " Iya sama, 50 ke bawah, hehe. " Anggun cengengesan membuat Tasya menepuk jidat.
" Setidaknya ada nilai. " Sahut Alfred yang tiba-tiba datang. Matanya menoleh pada Tasya. " Kamu sebaiknya istirahat, kamu pasti kelelahan. " Suaranya terdengar sangat perhatian membuat Tasya tersentuh, tapi langsung hancur mendengar suara pekikan anggun.
"Ihhh, mas ganteng, masa Tasya saja yang di perhatikan,padahal di sini dedek loh yang capek, dedek sekolah dengan keras, kepala dedek capek Karena terus mikir, terus dedek harus jalan jauh dari sekolah ke sini. Dedek cemburu loh. " Bibir anggun manyun seperti bebek, kelakuan nya hampir membuat Tasya tersedak air liurnya sendiri.
Tasya tersenyum canggung. Matanya mengarah pada Alfred.
" Kamu urus deh. " Tasya langsung kabur ke belakang meninggalkan Alfred dan anggun yang kini merengek bak anak kecil.
" Mas ganteng jahat, dedek sakit hati."
" Huaaaaa! " Anggun menangis dengan keras membuat Alfred mengerutkan dahinya karena merasa telinganya pekak.
" Masss! " Anggun menghentakan kakinya kesel karena Alfred yang tidak peka.
" Jadi apa yang harus saya lakukan?" Pertanyaan Alfred membuat anggun semakin kesel. Semakin kesel dirinya semakin menangis lah dia. " Bujuk dong mas, bujuk. " Paksa anggun menarik tangan Alfred, tapi Alfred langsung menghindar membuat anggun semakin sakit hati.
" Mas jelek, jahat. Huaaa! "
Gendang telinga Alfred hampir pecah mendengar suaranya, apalagi tingkah anggun yang sudah duduk di lantai. Membuat Alfred merasa geram namun lebih ke frustasi.
Di belakang Tasya yang sedang mencuci piring bersama Angga tertawa kecil. Dia tau saat ini anggun sedang datang bulan. Jadi jangan pernah sedikit saja membuat kesel maka masalahnya akan semakin besar.
Angga mantan preman itu tengah cuci piring hanya bisa mengerutkan keningnya dengan bingung. Apa yang terjadi?
........
" Siapa yang membuat mu seperti ini? "
Di sebuah rumah sederhana terdengar suara amarah yang tidak terkendali. Di depannya ada sosok yang sedang menangis sesenggukan.
" Nopi! Jawab kakak!. "
Nopi menatap takut takut kakanya. Dia ingin mengatakan sesuatu tapi tidak jadi. Melihat ekspresi ragu adiknya membuat dirinya semakin marah.
" Nopi!! Siapa yang membuat mu seperti ini. " Setiap katanya di tekan, hingga membuat nopi mengatakannya dengan nada pelan. " A.. anggun kak. "
" Anggun? " Tanyanya mengerutkan dahinya karena merasa tidak asing namanya.
Nopi mengangguk. " Dia adik kelasnya, dan dia itu merupakan tetangga Tasya. "
Oh, sekarang dia ingat. " Heh, mereka lagi? " Geram Ani. Ani? Ingat kan? Ani yang merupakan karyawan Tasya namun tidak jadi dan malah berujung adu bacot.
Melihat ekspresi marah kakaknya membuat nopi tersenyum saat menundukan kepala. " Di..dia membully ku kak, dia..."
Plak!
" Bodoh! Bagaimana kau bisa di bully olehnya, di sini kau yang kakak kelas, bagaimana kau pula yang di bully separah ini. " Maki Ani tidak segan segan menampar Nopi.
Tangan Nopi terkepal, salah satu tangannya memegang pipinya yang kebas. Dia dan kakaknya ini sebenarnya tidak lah dekat hingga menanyakan kabar satu sama lain. Tapi Ani tau keadaan adiknya harus sehat atau uang bukanya akan di potong oleh bapaknya, Maman.
" Ayo kita balas. " Setelah mengatakan itu ani pergi keluar meninggalkan Nopi yang memaki ani.
"Dasar ani Ani. " Gumam Nopi pada Ani sangking keselnya dia. Pipinya sangat panas bercampur sakit. Pukulan Ani memang tidak ada pelannya sama sekali.
terimakasih