NovelToon NovelToon
Kontrak Pernikahan 360 Hari

Kontrak Pernikahan 360 Hari

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Hamil di luar nikah / Nikah Kontrak / Mengubah Takdir / Wanita Karir / Keluarga
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Araya Noona

"Hanya satu tahun?" tanya Sean.
"Ya. Kurasa itu sudah cukup," jawab Nadia tersenyum tipis.
"Tapi, walaupun ini cuma pernikahan kontrak aku pengen kamu bersikap selayaknya istri buat aku dan aku akan bersikap selayaknya suami buat kamu," kata Sean memberikan kesepakatan membuat Nadia mengerutkan keningnya bingung.
"Maksud kamu?"
"Maksud aku, sebelum kontrak pernikahan ini berakhir kita harus menjalankan peran masing-masing dengan baik karena setidaknya setelah bercerai kita jadi tau gimana rasanya punya istri atau suami sesungguhnya. Mengerti, sayang!"
Loh, kok jadi kayak gini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Araya Noona, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pesta Pernikahan

"Aku tau kamu gak bisa menggantinya sendiri," ucap Sean penuh percaya diri sembari tersenyum manis.

"Aku bisa, Sean," balas Nadia tidak mau kalah.

Sean menghela napas lalu memicingkan matanya. "Kenapa sih cewek itu susah banget ngalah sama cowok?" Entah itu sebuah sindiran atau apa. Nadia hampir tak bisa membedakannya. Sean melangkah lebih dekat membuat Nadia semakin menempel pada cermin dengan mata melotot ke arahnya. Pikiran Nadia sudah tidak karuan di sana. Ditambah perasaan gugup dan gelisah yang tiba-tiba saja menyerangnya.

'Apa yang akan dilakukan Sean?' Pertanyaan yang berputar dalam kepala Nadia. Tidak. Sean tidak mungkin macam-macam padanya.

"Lagian, aku kan calon suami kamu. Jadi gak apa-apa dong kalo aku bantuin kamu ganti baju," ujar Sean terdengar begitu nakal dan kenapa juga pria itu selalu menyebut dirinya calon suami Nadia secara gamblang. Yah ... itu memang benar sih. Tapi, maksud Nadia, Sean tidak perlu membicarakannya setiap saat.

Sepertinya Nadia yang harus membatasi diri sebelum dia jatuh lebih dalam. Tidak. Hal itu tidak boleh terjadi. Wanita itu memejamkan matanya sesaat seakan sedang mengumpulkan seluruh keberanian yang masih tersisa. Merebut gaun di tangan Sean tanpa pria itu bisa menghindar lagi.

"Tolong tetap pada batasanmu, Sean," kata Nadia seketika membuat ekspresi Sean yang tadinya tengil kini berubah bingung dengan satu alis terangkat.

"Memang benar yang terlihat dari luar kita adalah calon suami istri. Namun pada kenyataannya kita melakukan semua ini untuk kepentingan masing-masing. Aku untuk kesembuhanku dan kamu untuk formalitas." Nadia mulai membangun dinding yang kokoh di antara mereka.

"Bukankah begitu?" Nadia kemudian bertanya namun Sean tetap diam saja sembari menatap wanita itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Jadi tolong, bersikaplah sewajarnya." Sekarang Nadia yang melangkah lebih dekat ke arah Sean.

"Kita ini hanya partner yang akan saling menguntungkan dalam hubungan pernikahan ini, tidak lebih itu," ujar Nadia penuh penekanan di setiap kata yang keluar dari mulutnya.

"Jadi, sekarang tolong kamu keluar," kata Nadia dan tanpa mengatakan apapun Sean menuruti apa keinginan wanita itu. Dan setelah tirai itu kembali tertutup Nadia menghela napas panjang beberapa kali untuk menetralkan perasaannya yang tadi sempat kacau.

"Kamu pasti kuat, Nadia. Kamu pasti bisa melewati semua ini," gumamnya menyemangati dirinya sendiri.

***

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dimana Nadia dan Sean akan mengikat janji suci di hadapan Tuhan, negara dan keluarga mereka. Nadia tampak sangat cantik dengan gaun yang Sean pilihkan hari itu untuknya. Pria itu ternyata cukup pintar juga memilih gaun karena gaun itu membalut tubuh Nadia dengan sempurna tanpa cela.

Dan Nadia sendiri menyukainya sebab gaun itu cukup tertutup tidak seperti yang dipilihkan oleh Indira yang hampir semuanya memperlihatkan sebagian bagian dada Nadia membuat wanita itu sedikit risih.

Beberapa orang teman dan sanak keluarga datang ke ruangan di mana Nadia berada. Memberikan selamat atau sekedar bersua berfoto sebelum Nadia naik ke atas altar. Nadia menyambut mereka dengan bahagia layaknya pengantin sungguhan. Senyumnya tidak pernah luntur sedikitpun.

"Selamat ya, Nadia!" ujar Gina tak mampu membendung air matanya melihat sang sahabat dalam balutan baju pengantin.

"Iya, makasih ya," jawab Nadia membalas pelukan Gina. Dia tidak menyangka Gina dan Tama akan menyempatkan diri untuk hadir di acara pernikahannya mengingat tempat tinggal mereka yang sangat berjauhan.

"Aku sudah menduga sih kalau Nadia bakalan cocok sama Sean," ujar Tama setelah bersalaman dengan Nadia.

"Namanya juga jodoh. Pasti akan ada aja jalannya buat ketemu," tambah Gina yang diangguki setuju oleh orang-orang yang mendengarnya di sana. Sementara Nadia justru tersenyum getir. Jodoh ya? Rasanya itu istilah paling menggelikan yang sejauh ini Nadia dengar.

"Nadia?" panggil seorang pria dari arah belakang mereka membuat mereka semua kompak menatap ke arahnya.

Nadia hampir saja meneteskan air mata ketika melihat kedua kakak laki-lakinya terlihat sangat tampan dalam balutan jas berwarna hitam. Damar dan Yudis.

"Yuk! Calon suami kamu udah nunggu di atas altar," kata Damar mengulurkan tangannya ke arah sang adik diikuti oleh Yudis. Dengan perasaan yang bercampur aduk, Nadia meraih kedua tangan kakaknya. Mengikuti langkah mereka membawanya keluar dari ruangan kemudian ke atas altar.

Awalnya Nadia merasa sangat sedih karena sang ayah sungguh lebih memilih pergi mengurus pekerjaan dari pada menghadiri pernikahannya. Hal itu membuat keluarga mereka harus memutar otak memberikan alasan paling logis pada para tamu yang mempertanyakan keberadaan Sandjaya. Terutama pada kedua orangtua Sean. Namun sekarang Nadia merasa jika kehadiran kedua kakak dan ibunya saja sudah lebih dari cukup.

Kini Nadia sudah berdiri tepat di depan Sean. Pria itu tersenyum lebar lalu meraih tangan Nadia untuk digenggam. Acara pengucapan janji suci pun dimulai. Seluruh tamu begitu hanyut dalam suasana khidmat ketika keduanya mulai mengucapkan janji masing-masing di depan Tuhan. Tak sedikit juga yang menetes air mata karena terharu dan ikut bahagia untuk kedua mempelai.

"Baiklah. Sekarang, mempelai pria dipersilakan untuk mencium mempelai wanita," kata pria yang menikahkan Nadia dan Sean.

Mendengar kata 'cium' membuat Nadia yang saat ini berdiri saling berhadapan dengan Sean seketika membulatkan mata. Astaga! Dia sampai lupa jika akan ada adegan seperti ini. Nadia melihat Sean yang mulai mendekat ke arahnya. Ingin sekali rasanya Nadia menghindar atau memberi alasan agar Sean tidak perlu menciumnya sekarang namun otaknya tak memberikan ide yang bagus hingga Sean kini memegang kedua rahang Nadia.

Baiklah. Yang bisa Nadia lakukan sekarang hanyalah menutup matanya. Dia sudah pasrah jika Sean benar-benar akan menciumnya. Dan ya, Sean mencium Nadia. Di kening dan itu berlangsung cukup lama. Meski membuat para tamu tidak puas namun momen itu justru terlihat sangat romantis.

Riuh tepuk tanganku bergema di ruangan itu. Mereka semua begitu bahagia untuk pasangan suami istri tersebut. Ya, semua kecuali Indira yang masih belum terima putranya menikah dengan wanita lain. Dialah satu-satunya orang yang tersenyum namun terlihat begitu dipaksakan.

Nadia perlahan membuka mata saat merasakan Sean mulai menjauh darinya. Dan yang pertama kali Nadia lihat adalah wajah tampan seorang pria yang tengah tersenyum manis ke arahnya. Pria yang mulai saat ini akan menjadi suaminya.

Apakah semua ini benar?

1
Nur Adam
lnjut
Araya Noona: Terimakasih sudah membaca kak. semoga suka yah dengan ceritanya😉
total 1 replies
Aery_your
good
Araya Noona: Terimakasih sudah membaca. semoga suka ya😉
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!